Sabtu, 26 Desember 2009

Hidup Sehat Meneladani Rasulullah Saw

Kesehatan bagaikan mahkota yang bertenger di kepala orang sehat yang hanya dapat dilihat oleh orang sakit. Rasulullah Saw bersabda: "Gunakan masa sehatmu sebelum datang masa sakit." Ya, sehat telah menjadi barang mahal dan berharga yang dicari banyak orang.
Siapa tak ingin tampil sehat dan bugar? Seiring dengan meningkatnya taraf pendidikan dan taraf hidup masyarakat, perhatian terhadap masalah kesehatan dan kebugaran tubuh semakin tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk meraihnya, mulai dari mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, terapi tradisional, mengkonsumsi aneka suplemen hingga mendatangi tempat kebugaran. Semuanya dengan niat satu: meraih hidup sehat.
Lalu sehatkah kita? Kebalkah kita terhadap serangan kuman dan penyakit? Kita tahu jawabnya. Dunia kedokteran kini mencatat jumlah virus dan kuman yang menyerang manusia jauh berlipat. Menurut para ahli, penyebabnya ada dua. Pertama, karena kian canggihnya alat pendeteksi kuman. Kedua, karena munculnya virus atau kuman baru, semisal HIV, yang antara lain disebabkan oleh polah manusia sendiri.
Sehat yang kita cita-citakan ternyata berbeda dengan apa yang kita dapatkan. Di antara penyebab utama kegagalan kita meraih mahkota kesehatan itu mungkin karena kita salah memahami makna sehat.

v Hakikat Sehat dan Bugar
Selain merujuk pada pengertian fisik, istilah sehat juga meliputi pengertian yang lebih luas, antara lain, sehat secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini, seseorang dikatakan sehat jika ia terbebas dari segala penyakit, kelemahan dan kecacatan, dapat bersosialisasi dengan baik dan mandiri secara ekonomi.
Lagi, sehat adalah bebas dari segala keluhan sakit, baik sakit fisik, psikis dan sosial. Namun, buat masyarakat awam, sehat itu hanya terbebas dari penyakit fisik, padahal sekarang ini lebih banyak penyakit disebabkan oleh faktor psikologis can sosial. Sehat secara fisik adalah suatu kondisi tubuh dimana semua proses metabolisme di dalamnya berjalan lancar akibat berfungsinya secara optimal organ-organ tubuh (paru-paru, jantung, otot dan sebagainya). Juga dikatakan sehat fisik saat tidak adanya gangguan gerak, fleksibilitas dan kemampuan fisik. Kalau dari segi fleksibility, misalnya, orang bisa gerak dengan enak, kemudian dia bisa membungkuk dengan enak, berarti dia sehat.
Dari segi beban jantung, seseorang dikatakan sehat jika pada ia dapat menempuh jarak tertentu, dalam waktu yang sesuai dengan usianya. Kalau dia terlalu lambat, misalnya, berarti aerobiknya, fleksibititasnya dan abilitasnya sudah menurun. Dia tidak dikatakan sehat. Lalu apa beda sehat dan bugar? Sehat dan bugar itu hampir setali tiga uang. Sehat fisik inilah yang biasa disebut dengan bugar. Bugar itu penampilan yang kita peroleh akibat sehat. Terlihat dari geraknya, penampilan wajahnya, atau cara bicaranya yang optimal. Namun sehat belum tentu bugar. Sebab, sehat itu terbebas dari penyakit, sedangkan bugar memerlukan ukuran-ukuran kesegaran tersendiri. Sehehat dan bugar pun bukan berarti bebas dari penyakit sama sekali.
Tingkat kesehatan untuk setiap orang berbeda. Untuk orang normal, dia memerlukan tubuh yang sehat dengan tingkat kebugaran yang cukup untuk menjalankan kebutuhan sehari-harinya. Bangun pagi, mandi, terus ke kantor. Di kantor, tergantung kalau dia orangnya di meja, dia nggak perlu daya tahan yang terlalu berlebihan. Sedangkan atlet memerlukan tingkat kesehatan dan kebugaran yang sesuai untuk menjalankan program latihan yang berat supaya dia kuat, cepat dan bisa menang.

v Menuju Sehat dan Bugar
Setelah memahami hakikat sehat dan bugar, bagaimana cara meraihnya? Penelitian yang dilakukan Pusat Pengontrolan Penyakit Negara Amerika Serikat menyimpulkan, ada empat faktor utama yang menentukan kesehatan seseorang. Pertama, gaya hidup dan perilaku kesehatan. Kedua, hereditas (keturunan). Ketiga, kondisi lingkungan. Dan keempat, mutu pelayanan yang tersedia.
Keempat faktor ini memiliki kadar yang berbeda-beda. Faktor paling dominan ditentukan oleh gaya hidup. Tak kurang 51% kualitas kesehatan seseorang dipengaruhi oleh gaya hidupnya. Faktor keturunan memiliki nilai 19% dan lingkungan memiliki saham 20%. Sisanya yang tak lebih dari 10%, dimiliki oleh mutu pelayanan kesehatan di klinik dan rumah sakit.
Karena itu, mengkonsumsi obat-obat sehat serta tinggal di lingkungan terbaik sekalipun, tidak menjamin akan selalu sehat, manakala gaya hidup yang kita jalani malah merusak kesehatan. Mengubah gaya hidup tak sekadar membiasakan diri bangun pagi, berolah raga, dan menjaga kebersihan. Tapi lebih dari itu. Gaya hidup sehat ditentukan oleh masalah hawa nafsu. Penyakit hawa nafsu inilah yang sebenarnya merupakan musuh utama manusia. Sumbernya, dari perut. Rasulullah Saw bersabda, “sumber penyakit manusia itu dari perut."
Sebenarnya kesehatan fisik dapat diraih metalui pola makan (asupan gizi) dan pola hidup yang teratur. "Tidak merokok, berolah raga, dan memiliki pola makan yang baik merupakan bagian dari life style yang bagus."

v Perilaku hidup bersih
Berperilaku hidup bersih, baik badan, pakaian, makanan, dan minuman, tempat tinggal, dan bersih lingkungan hidup, merupakan perilaku yang sangat ditekankan dalam Islam. Ketinggian iman seseorang dapat dilihat dari kebersihan dirinya, sebagaimana Allah swt berfirman:
"Allah senang kepada mereka yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
"Dan bersihkanlah pakaianmu dan hindarilah perkara yang tidak suci." (QS. Al-Mudatsir [74]: 4-5).

v Makan - Minum yang Halal dan Bergizi
Pola makan berkaitan dengan frekuensi makan dan komposisinya. Dari segi frekuensi, makan tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Makan pagi sebaiknya dalam porsi besar, setidaknya seperlima dari kebutuhan kalori sehari. Minum teh manis satu gelas itu bukan sarapan. Mengapa perlu sarapan dengan porsi besar? Sebab, energi tersebut dibutuhkan untuk aktivitas di siang hari. Menurut penetitian, ada hubungan yang signifikan antara sarapan pagi dengan indeks prestasi belajar. Mereka yang terbiasa sarapan pagi, IP-nya lebih bagus daripada mereka yang tidak sarapan pagi. Sarapan pagi yang cukup lalu disambung makan siang dan pada malam hari tidak perlu terlalu banyak karena aktivitas fisik praktis tidak ada. Jadi, kalau makan malam dengan porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas maka akan terjadi penumpukan lemak.
Bagaimana dengan komposisi zat gizinya? Sebenarnya seluruh zat gizi, baik yang mikro (vitamin dan mineral) maupun yang makro (protein, karbohidrat, lemak dan air) harus terpenuhi secara proposional. Zat gizi makro yang banyak mengandung energi seperti protein, karbohidrat dan lemak mutlak harus ada sebab kita selalu memerlukan energi. Sedangkan vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah kecil saja. Air tergolong makro karena sangat dibutuhkan namun tidak menyimpan energi. Tidaklah cukup jika hanya makan buah-buahan atau sayur-sayuran.
Asupan gizi di atas diperlukan tubuh secara proposional. Misatnya, untuk zat gizi makro, kita membutuhkan karbohidrat sampai 50 -60%, protein 15-20 % dan sisanya temak (dianjurkan tidak lebih dari 30%).
Besarnya angka kecukupan gizi setiap orang berbeda, bergantung pada jenis kelaminnya, usianya dan juga aktivitasnya. Yang dimaksud dengan angka kecukupan gizi itu adalah besarnya kebutuhan seseorang akan kalori, vitamin, dan mineral setiap harinya. Misalnya kita banyak memerlukan zat besi untuk membentuk sel darah merah, kalsium untuk pembentukan tulang, flouride untuk gigi, seng untuk enzim, dan vitamin-vitamin, sel epitel kulit dan saraf-saraf mata."
Umat Islam diharuskan memilih makanan dan minumannya yang bersih, halal, dan bergizi sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 168 dan 172, Al-Maidah ayat 88, dan Al-A'raf ayat 156.
Umat Islam dilarang makan dan minum secara berlebihan (al-A'raf: 31). Makan kekenyangan dapat mengakibatkan perut terasa tidak enak, mengantuk, dan badan menjadi lemah.
Prinsip seimbang, sederhana dan tak berlebihan menjadi dasar dalam hal makanan. Sabda Rasul:
"Dalam perutmu ada 3 bagian, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk udara dan sisanya untuk minuman".
Berlebihan dalam makanan atau minuman mendatangkan banyak petaka. Pengolahan makanan pun dilakukan secara sederhana agar zat gizinya tidak rusak. Tatkala memasak daging, cukup direbus dan diberi garam sedikit. Ketika membuat roti, adonan roti dibuat kasar sehingga karbohidratnya tidak hilang. Dan tak pernah membiarkan makanan berlama-lama tersimpan dalam lemari. Kelebihan makanan selalu disedekahkan pada yang lain.
Para sahabat terbiasa makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Ini membuat kerja pencernaan menjadi mudah, di samping lebih syukur nikmat. Karena makanan yang dimakan saat lapar akan menjadi nikmat. Dan kenikmatan dalam menyantap makanan juga menentukan kualitas dari makanan.
Rasulullah Saw tak hanya memperhatikan masalah yang berdimensi fisik seperti mencuci tangan sebelum makan. Bahkan masalah keberkahan dalam makanan yang disantap juga menjadi perhatian utama. Maka tak heran jika beliau bersabda, "Bersihkanlah piring kalian dan jangan sisakan makan pada telapak tangan karena kalian tak mengetahui di mana Allah meletakkan keberkahan dalam makanan kalian."
Bagaimana dengan suplemen? Untuk meraih sehat, kadang orang menempuh banyak cara, termasuk mengkonsumsi makanan dan minuman suplemen. Apakah ini diperlukan tubuh? Pada dasarnya tubuh tidak memerlukannya karena bisa diperoleh dari makanan alami yang bervariasi. Terlebih suplemen biasanya buatan pabrik yang banyak mengandung racikan zat kimia, jamu yang dianggap tradisional, ternyata banyak juga yang dibubuhi zat kimia.
Menurut penelitian di Australia, dari sejumlah lansia yang terbiasa mengonsumsi suplemen, ternyata 50%-nya tidak memertukan. Itu mubazir, secara ekonomi dia menghambur-hamburkan uang. Sedangkan yang 50 % lagi bisa jadi memang membutuhkan karena setelah tua porsi makan (buah-buahan dan sayuran) menjadi berkurang dan pertu diganti dalam bentuk tablet.

v Beristirahat Cukup
Salah satu bentuk istirahat adalah tidur, sebagaimana firman Allah swt.
"Dan Kami telah jadikan tidur kamu untuk beristirahat. " (QS. An-Naba [78]: 9).
Sunnah Rasul pun mengajarkan agar tidur tidak larut malam dan tidak banyak berbicara setelah waktu Isya.
Tubuh kita memerlukan istirahat, yaitu satu fase dimana seluruh aktifitas tubuh direndahkan. Ini diperlukan agar ada waktu untuk memperbaiki diri dan memelihara kondisi. Sehingga, pada saat digunakan, tubuh dapat berfungsi optimal. Istirahat juga berfungsi untuk melepas lelah bagi otototot dan sel-sel syaraf yang telah bekerja sepanjang waktu. Kelelahan timbul akibat tertimbunnya asam laktat dalam tubuh sebagai hasii pembakaran zat makanan (glukosa) secara on aerobik (tanpa oksigen). Dengan istirahat, asam laktat yang tertimbun itu, sedikit demi sedikit dihilangkan melalui proses biokimia tertentu.
Nah, tidur merupakan satu bentuk aktivitas untuk mengistirahatkan fungsi tubuh. Pada saat tidur semua fungsi tubuh, seperti, denyut jantung, pernafasan, organ pencernaan, peredaran darah dan lain-lain, berada datam batas minimal. Selain itu, posisi tidur (berbaring atau tertentang) menghilangkan pengaruh grafitasi terhadap penekanan tulang dibanding pada saat berdiri tegak sehingga memudahkan pertumbuhan tulang. Remaja yang banyak tidur akan memiliki postur tubuh yang tebih tinggi dibandingkan yang selalu bergerak atau begadang.
Berapa lama tubuh membutuhkan istirahat? Kebutuhan akan tidur semakin berkurang secara alamiah seiring meningkatnya usia. Bayi membutuhkan 20 jam, remaja masih sangat memerlukan istirahat yang lebih lama untuk mengoptimalkan pertumbuhan, dan orang dewasa 8 jam. Untuk lansia tidak 8 jam, karena mudah sekali terjaga. Makin tua kesadaran beragama makin tinggi, sehingga ia bisa menggunakan waktu-waktu jaganya untuk mendekatkan diri pada yang Kuasa.

v Bekerja Sebatas Kemampuan
Islam melarang seseorang memaksakan diri mengerjakan sesuatu di luar batas kemampuannya. Firman Allah swt.
"Allah tidak membebankan pada diriseseorang melainkan sekedar yang bisa terpikul olehnya. " (QS. Al-Baqarah [2]: 286).

v Menjaga Jarak dengan Penderita Penyakit Menular
Orang sehat, terutama anak-anak yang peka terhadap penularan penyakit, dilarang didekatkan pada orang yang sakit terutama penderita penyakit menular (ath-Tha'un). Rasulullah bersabda, "Orang yang sakit jangan dibawa mendekati orang yang sehat." (HR. Bukhari-Muslim).
"Ath-Tha'un adalah penyakit yang dikirimkan kepada golongan Bani Israil dan orang sebelummu. Maka apabila kamu mendengar penyakit menular tersebut berjangkit di suatu tempat, janganlah kamu memasuki daerah itu. Dan apabila di suatu tempat berjangkit penyakit menular sedang kamu berada di dalamnya, janganlah kamu keluar dari tempat itu." (HR. Bukhari-Muslim).

v Segera Berobat Bila Sakit
Berobat adalah usaha untuk membasmi penyebab satu penyakit dengan tujuan agar badan sehat kembali. Juga untuk mencegah agar penyakit yang dideritanya itu tidak menular kepada orang lain; apabila penyakitnya itu tergolong penyakit menular. Setiap jenis penyakit pasti ada obatnya, kecuali penyakit pikun.
Sabda Rasulullah. Saw. "Berobalah kamu sekalian (bila sakit), karena sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mendatangkan suatu penyakit keculi mendatangkan pula obatnya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit tua." (HR. Tirmidzi).
Pada zaman Rasulullah, dunia kedokteran belum berkembang seperti sekarang ini. Saat itu, ada 3 macam pengobatan yang sering digunakan, sebagaimana sabda beliau dalam hadits yang diriwayatkan oleh Said bin Zubair dari Ibnu Abbas:
"Pengobatan itu ada tiga macam, yaitu minum madu, pembedahan dengan pisau bedah (hijamah), dan pemanasan dengan api, aku larang ummatku berobat dengan kai (besi panas)." (HR. Bukhari).

v Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Agar tidak mudah terserang penyakit, dayatahan tubuh perlu ditingkatkan, terutama bayi dan anak-anak. Mereka sangat mudah terserang penyakit. Dalam sebuah kata hikmah disebutkan bahwa mencegah kerusakan itu lebih baik daripada berbuat kebaikan (Dar-ul mafasid muqadamun 'ala jalbil mashalih).

v Berolah Raga Secara Secara Rutin
Rasulullah saw telah menganjurkan setiap muslim untuk berolah raga secara rutin sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Sabda beliau, "Ajarilah anakmu (olah raga) berenong dan memanah. " (HR. Dailami).

v Menyesuaikan Waktu dan aktivitas
Pagi hari seorang muslim sangat dianjurkan untuk segera mungkin memulai aktivitas. Sabda Rasulullah,
"Keberkahan ummatku ada pada kediniannya (memulai aktivitas)."
Udara segar dan suasana yang tak bising merupakan makanan utama jantung.
Menjelang dzuhur (tengah hari) Rasul biasa melakukan qailulah (tidur siang sejenak). Belakangan terbukti bahwa tidur siang sejenak mengembalikan vitalitas dan gairah kerja. Sementara Rasul bersabda bahwa tidur sore makruh bahkan membuat mereka yang melakukan dapat terkena penyakit hilang ingatan.
Malam hari digunakan Rasulullah Saw untuk melakukan qiyamulail. Aktivitas shalat pada sepertiga malam terakhir itu selain membawa kesegaran ruhani, juga meriangkan. Rasul membolehkan seorang muslim yang malamnya qiyamulail untuk tidur sejenak setelah subuh. Sedang yang tidak qiyam, makruh hukumnya.
Ritme waktu yang Rasulullah ajarkan pada kita seperti terpapar di atas amat menyehatkan dan sesuai dengan tuntutan jasad manusia.

v Melaksanakan Ibadah
Shalat merupakan wahana rekreasi yang amat menyehatkan. Ritual haji, semisal sai -berlari-lari kecil- antara Safa dan Marwa, wukuf di Arafah atau tawaf amat diwarnai aktivitas fisik dan psikis yang menyehatkan. Dan begitulah, seluruh dimensi ibadah selain menyegarkan ruh juga menyehatkan jasad.

v Menjaga kebersihan hati
Sebagai ajaran yang universal dan integral, Islam tidak memisahkan antara sehat jasmani dan sehat rohani. Sehat jasmani hanyalah cermin dari sehat rohani. Tak akan tercapai sehat jasmani manakala rohani sakit. Jiwa yang sehat akan menghidupkan seluruh jasad, dan hati yang mati akan merusak raga. Rasulullah Saw bersabda:
"Ingatlah, dalam tubuh ini terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah se(uruh badan, don apabila ia rusak maka rusaklah se(uruh badan. Ingatlah, bahwa ia itu adalah hati. " (HR. Bukhari-Muslim).
Oleh karena itu menjaga kebersihan hati adalah hal yang harus dilakukan untuk menyehatkan fisik. Jauhilah penyakit hati semisal hasad (dengki, iri hati), hirsh (serakah, tamak, loba), kibir (sombong, congkak, takabur), kadzdzab (dusta, bohong) su'udzhan (prasangka buruk), riya dan dendam.
Hati yang bersih akan melahirkan keikhlasan dan kesabaran yang tinggi. Sehingga, seorang mumin akan terbebas dari rasa takut mati, takut miskin, dan takut terkena musibah sehingga pikiran tenang tidur pun nyenyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar