Jumat, 27 November 2009

Tipe dan gejala Nyeri Ketika Haid

v Tipe dan gejalanya
Tipe PMS bermacam-ma­cam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidan­an dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita ti­pe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-ka­dang seorang wanita meng­alami gejala gabungan, misal­nya tipe A dan D secara ber­samaan.
Setiap tipe memiliki gejala­nya sendiri. PMS tipe A (an­xiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbang­an hormon estrogen dan pro­gesteron, hormon estrogen ter­lalu tinggi dibandingkan de­ngan hormon progesteron. Pemberian hormon proges­teron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi be­berapa peneliti mengatakan, pada- penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium.
Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkon­sumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi. PMS tipe H (hyperhydra­tion) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kem­bung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersa­maan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi aki­bat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan ga­ram atau gula pada diet Penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjur­kan mengurangi asupan ga­ram dan gula pada diet ma­kanan serta membatasi minum sehari-hari.
PMS tipe C (craving) di­tandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat seder­hana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula da­lam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala, terkadang sam­pai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin me­nyantap makanan manis da­pat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet ma­kanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magne­sium.
PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, le­mah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam meng­ucapkan kata-kata (verbali­sasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri, atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlang­sung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
PMS tipe D murni disebab­kan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan es­trogen, di mana hormon pro­gesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino ty­rosine, penyerapan dan pe­nyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi ma­kanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

v Kram perut
Pada hari pertama atau satu hari menjelang datang bulan, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea sangat mengganggu aktivitas wanita, bahkan acapkali meng­haruskan penderita beristi­rahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam­-jam atau beberapa hari.
Namun dismenorea bukan PMS. Dismenorea primer umum­nya tidak ada hubungannya dengan kelainan pada organ reproduksi wanita dan hanya terjadi sehari sebelum haid atau hari pertama haid. Nyeri perut ini juga tidak ada hu­bungannya dengan PMS yang mulai terasa 10 - 14 hari sebelum haid. Gejala malah hi­lang begitu haid datang. Ka­lau dismenorea membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah seseorang melahirkan, tidak demikian dengan PMS. Wanita yang pernah melahir­kan malah berisiko lebih ting­gi menderita PMS.
Untuk mengatasi PMS, bia­sanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis ke­cil dapat dilakukan selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk me­thiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar