Jumat, 27 November 2009

Merasa Nyeri Ketika Haid

Merasa Nyeri Ketika Haid


Hampir separuh populasi wanita dewasa meng­alami sindrom pra­menstruasi alias PMS (premen­struation syn­drome). Geja­lanya sangat beragam dan acapkali ber­beda antara penderita yang satu dengan yang lain. Ada empat tipe PMS yang masing-masing memiliki gejalanya sendiri. PMS Anda termasuk tipe yang mana? Simak pula diet tepat untuk mencegah sindrom yang men­jengkelkan ini.
Setiap menjelang haid, selalu saja Mbak Marta mera­sa pusing dan gampang marah. Sampai-sampai peker­jaan kantornya terganggu ka­lau ia sedang didera gejala-­gejala yang menjengkelkan itu. Yang lebih membuat dong­kol, teman-temannya jarang merasakan gejala demikian. Gangguan kesehatan be­rupa pusing, depresi, perasa­an sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia pro­duktif. Sekitar 40% wa­nita berusia 14 - 50 tahun, me­nurut suatu penelitian, meng­alami sindrom pramenstruasi atau yang lebih dikenal de­ngan PMS. Bahkan survai ta­hun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.
PMS memang kum­pulan gejala akibat per­ubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pele­pasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat men­struasi dimulai sampai beber­apa hari setelah selesai haid. Penyebab munculnya sin­drom ini memang belum je­las. Beberapa teori menyebut­kan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseim­bangan antara hormon estro­gen dan progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Pa­ra peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah ada­nya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang me­nyampaikan pengeluaran hor­mon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam si­klus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang mening­katkan risiko terjadinya PMS. Pertama, wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin be­rat setelah melahirkan beberapa anak, teruta­ma bila pernah meng­alami kehamilan de ngan komplikasi seperti toksima). Kedua, status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS di­bandingkan yang belum). Ke­tiga, usia (PMS semakin se­ring dan mengganggu de­ngan bertambahnya usia, ter­utama antara usia 30 - 45 ta­hun). Keempat, stres (faktor stres memperberat gangguan PMS). Kelima, diet (faktor kebia­saan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, mem­perberat gejala PMS). Ke­enam, kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (ter­utama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan mi­num alkohol juga dapat mem­perberat gejala PMS. Ketujuh, kegiatan fisik, kurang berolah­raga dan aktivitas fisik me­nyebabkan semakin beratnya PMS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar