Kamis, 26 November 2009

Terbebas dari Gangguan Paranoid

Terbebas dari Gangguan Paranoid


Paranoid atau penyakit jiwa kronis jarang dibahas orang. Padahal penderitanya tak kalah menderitanya dibandingkan dengan penderita AIDS. Ada baiknya kita simak apa dan bagaimana pengalaman pribadi salah seorang mantan penderita paranoid.
Rafiqah seorang pa­sien di ru­mah sakit jiwa menunjuk sebuah bola lampu listrik dan bertanya kepada temannya, sesama pasien, "Apakah itu bu­lan atau mata­hari?" Teman­nya dengan spontan menjawab, "Entah ya, saya orang baru di sini." Banyak orang tertawa men­dengar lelucon tersebut. Te­tapi, tidak bagi sebagian orang dan itu termasuk saya. Soalnya, saya pernah dirawat di sana, bahkan lebih dari satu kali.
Menderita sakit merupakan peristiwa yang tidak menye­nangkan, dan bisa dianggap sebagai musibah. Selain itu ada beberapa jenis penyakit yang tidak bisa diungkapkan secara terus terang kepada orang lain. Memang sulit untuk membandingkan jenis pe­nyakit yang satu dengan yang lain, te­tapi ada penyakit yang me­nimbulkan perasaan malu un­tuk diceritakan. Hal tersebut tentu lebih memberatkan pen­derita, karena tidak dapat membagi kesusahan dengan orang lain. Apalagi kalau penyakit itu bersifat kronis dan penyakitnya adalah penyakit jiwa.
Hampir tak ada tulisan di media massa Indonesia yang secara eksplisit "membela" penderita penyakit ini. Pende­rita AIDS saja secara psikolo­gis lebih baik. Media massa memberitakan secara luas dan penderitanya pun orang-orang terkenal seperti Freddy Mercu­ry, vokalis kelompok Queen atau petenis andal asal Aus­tralia, Arthur Ashe. Sedikit banyak pemberitaan itu ber­dampak positif dalam mem­berikan citra penderitanya di masyarakat. AIDS memang menyebabkan kematian, tetapi sakit jiwa bisa tidak berguna sepanjang hidup.Bukannya tidak ada orang terkenal yang menderita pe­nyakit jiwa akut. Contohnya, Dick Cavett, seorang penyiar dan pembawa acara televisi terkenal di Prancis. Kisah ten­tang dirinya dimuat di Ma­jalah Time terbitan 6 Juli 1992 ketika ditemukan obat baru, chlozaril. Dalam edisi itu juga diceritakan tentang kisah suk­ses penderita penyakit jiwa yang lain. Sayangnya, pemberitaan semacam itu masih langka di tanah air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar