Kamis, 26 November 2009

Gejala Paranoid

Awal serangan
Saya mendapat guncangan pertama pada umur 28 tahun. Serangan itu menimbulkan rasa takut yang sangat besar. Hal itu membuat saya tidak dapat menginterpretasikan ke­adaan dengan benar. Kehi­langan kesadaran membuat saya dirawat untuk pertama kalinya. Di dalam literatur, ketakut­an itu timbul disebabkan oleh inflasi ego. Keadaan yang meruntuhkan pertahanan pemikiran seseorang. Sekali seseorang pernah dirawat di rumah sakit jiwa, ia akan kehilangan banyak hal penting dalam masa de­pannya. Pengalaman dirawat adalah pengalaman yang mencoreng muka, kehilangan kesempatan, dan kepercayaan dari orang lain, serta dapat mempengaruhi karier. Problem yang dihadapi da­lam proses penyembuhan sungguh berat. Diperlukan se­mangat ekstra untuk mengha­dapinya. Merasa tidak bergu­na dan sedikit tersingkir dari lingkungan sering menggang­gu pikiran, apalagi jika dirasa­kan dalam usia produktif.
Winston Churchill pernah mengatakan bahwa empires of the futures are empire of the mind. Jika merujuk kepada pernyataan itu sebetulnya sa­ya telah kehilangan masa de­pan. Kesempatan berkembang setelah keluar dari rumah sa­kit betul-betul berkurang. Pada usia 30-an, ketika teman-teman sebaya sedang aktif membina karier, saya harus mengha­dapi masalah bagaimana mendapat kesempatan. Berbagai rintangan saya temui dalam pekerjaan sehari­-hari sampai yang menyangkut masa depan. Usaha untuk menembus itu haruslah sangat keras. Hambatan yang ada sepertinya sulit ditembus. Buk­tinya adalah kenyataan pahit ketika sebuah lembaga per­wakilan asing menolak mem­berikan beasiswa kepada saya untuk rnelanjutkan pendidikan pada sebuah fakultas di luar negeri. Padahal jelas-jelas saya berhasil lulus tes yang diadakan dan menyisihkan puluhan kan­didat lainnya. Penyebabnya yang pasti adalah kare­na saya per­nah sakit jiwa. Mereka tidak mau meng­ambil risiko. Bisakah saya memberikan garansi bahwa risiko yang dimak­sud tidak akan ada? Sesuatu yang sangat sulit untuk di­buktikan. Tidak ada dok­ter yang ber­sedia mem­berikan du­kungan, dan dalam buku­-buku psikologi diungkapkan bahwa hanya jika selama 17-30 tahun seseorang yang pernah sakit jiwa tidak kambuh dapat dikatagorikan mencapai kesembuhan permanen.
Ada satu hal yang menarik yang diceritakan Alvin Toffler dalam bukunya Powershift. Aktor Sean Connery, dalam sebuah film yang menceri­takan tentang Kuba di masa pemerintahan diktator Batista, bermain sebagai tentara ba­yaran dari Inggris. Di dalam salah satu adegannya digambarkan seorang perwira militer yang bertanya kepadanya, "Mayor, beritahukanlah apa senjata favorit Anda dan saya akan menyediakannya." Con­nery menjawab, "Otak!" Atas jawaban itu, saya yang per­nah kehilangan "senjata fa­vorit" itu berharap kehilangan itu tidaklah selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar