Jumat, 27 November 2009

Terapi Warna Pelangi

Merah menyuburkan
Seperti diungkap oleh Theo Gimbel, beberapa penyakit lebih cocok diterapi dengan metode pigmen warna. Terapi ini pun dapat diterapkan sen­diri di rumah. Namun sebaik­nya dibimbing oleh ahli te­rapi warna. Sarananya bisa berupa kain sutera, pakaian, dan makanan yang berwarna alami. Pakaian yang akan di­kenakan disarankan ber­bahan serat alam. Hal ini un­tuk mempermudah keluar­masuknya udara dan energi warna ke daiam tubuh.
Pakaian biru, misalnya, akan menurunkan tekanan darah tinggi. Urusan tekanan darah (tinggi atau rendah) bi­sa juga menggunakan terapi sutera, visualisasi warna, atau lampu warna.
Pakaian merah bisa me­nambah tenaga dan menaik­kan tekanan darah. Bahkan, seperti ditulis Theo Gimbel, pakaian merah bisa menyem­buhkan ketidaksuburan akibat suhu tubuh dan tekanan da­rah rendah.
Begitu pula de­ngan masalah kerontokan rambut, bisa diatasi dengan terapi warna merah. Masalah rambut ber­kaitan erat dengan sirkulasi darah yang kurang baik. Ini perlu diimbangi olahraga su­paya jantung terpompa dan sirkulasi darah pun lancar. Selain disebut-sebut seba­gai warna penuh energi, vi­talitas dan kekuatan, merah memiliki daya penyembuh. Di antaranya, untuk penyakit yang berkaitan dengan darah dan sirkulasinya, membantu "membakar" sel kanker, dan mengeringkan luka atau bo­rok; membantu menyembuh­kan rematik serta radang sendi. Selain rnenghangatkan dan mengurangi rasa sakit, merah juga mengurangi depresi.
Karena kekuatannya pe­nuh, warna merah tidak boleh diterapikan pada pende­rita tekanan darah tinggi atau yang gelisah. Terpapar sinar merah terlalu lama bisa menjadi tidak tenang atau agresif. Bagi penderita darah ting­gi, jantung, dan emosional, lebih baik diberi paparan si­nar lampu hijau. "Kalau lang­sung diberi energi (merah) dalam jumlah banyak, jantung akan berdetak keras. Se­baliknya dengan lampu hijau akan lebih enak dan tenang.
Hijau konon baik untuk yang lemah saraf, membantu fungsi jantung, menyeimbang­kan emosi, menciptakan sua­sana tenteram dan ketenang­an. Selain merangsang ke­lenjar pituitari dan pertum­buhan, hijau juga membantu menyembuhkan patah tulang, merangsang pertumbuhan kembali jaringan, dan mem­bantu menyembuhkan luka atau memar, serta kanker. Namun pemakaian sinar hi­jau berlebihan akan mencip­takan energi negatif.
Selain sebagai antidepresi dan memberikan energi, war­na oranye (jingga) juga memperbaiki fungsi pencernaan, meningkatkan sistem kekebal­an dan potensi seksual, juga pasokan oksigen, serta mem­bantu kerja paru-paru. Ora­nye pun katanya punya daya terapi terhadap gangguan batu empedu dan ginjal, pe­nyakit dada, radang sendi, serta meningkatkan tekanan darah. Pemakaian ringan memberi kehangatan. Tapi ia kurang baik bagi orang yang "kasar" atau mudah resah.
Ungu (violet) baik untuk mengatasi masalah saraf dan mental. Ia juga membantu penderita rematik dan epilep­si. Warna ungu pengaruhnya sampai ke jaringan terdalam, sehingga membantu penyem­buhan sakit tulang. Sedang­kan lembayung muda bisa sebagai "obat" penenang dan mempercepat tidur. Ia ibarat tonik (obat kuat) bagi tubuh. Tapi kalau berlebihan bisa menyebabkan kelelahan dan kehilangan orientasi.
Terapi warna bisa juga le­wat kristal. Karena menyim­pan energi dari bumi, kristal dapat menyumbang energi dan menyeimbangkan sistem "cakra" (pusat energi dalam tubuh manusia). Selama te­rapi, pasien mengenakan pa­kaian putih untuk menghin­dari terjadinya distorsi warna.
Penentuan terapi warna memang mesti tepat. Bisa le­wat analisis aura, atau teknik lain, dan dilakukan oleh orang yang ahli. Kesalahan dalam menentukan warna justru bisa menimbulkan ke­tidakseimbangan energi da­lam tubuh. Pasalnya, tiap warna punya getaran terten­tu. Jadi, warna tertentu bisa menjadi "obat" bagi seseorang, tetapi belum tentu cocok bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar