Jumat, 27 November 2009

Terapi Sinar Lampu

v Terapi Sinar Lampu
Sebenarnya tubuh ma­nusia menyimpan lima.ma­cam energi hayati. Empat di antaranya terdapat pada "ba­dan kasar," meliputi energi kinetik (gerak otot), kalorik (suhu tubuh), elektrik (rang­sangan saraf), dan energi ki­mia (proses metabolisme). Se­dangkan energi elektromag­netik (sinar) ada pada "badan halus” Frekuensi gelombang (ener­gi) eletromagnetik, berada jauh di bawah si­nar inframerah (far infra­red rays, FIR) sehing­ga tidak kasat mata. Pada FIR terdapat gelombang bio­genetik (6 - 14 u), yang juga me­rupakan satu set pelangi (me­rah sampai ungu). Gelom­hang yang bersumber dari ma­tahari ini menjadi makanan bagi 'badan halus' dan juga dapat ditangkap pepo­honan hijau ser­ta bebatuan ter­tentu.
Dalam terapi warna, ada beberapa metode atau teknik memanfaatkan energi warna yang pada hakikatnya ada­lah cahaya. Yakni, teknik le­wat visual warna (pandangan mata), lampu (penyinaran), pigmen (pakaian, sutera, atau makanan), atau metode so­larized water (air berenergi matahari).
Terapi dengan lampu ber­warna dilakukan dalam ruang kedap sinar matahari atau sinar lain. Pasien duduk da­lam ruangan yang terpapar sinar lampu dan berpakaian katun putih atau tanpa baju. Ambil contoh, untuk meng­atasi masalah pencernaan bisa dilakukan dengan te­rapi lampu kuning. "Ruang terapi dipa­sangi lampu ku­ning tidak lebih dari 40 watt. Untuk pasien dengan gang­guan pencer­naan, misal­nya maag, sinar diarah­kan ke solar plexus-nya (ce­kungan di an­tara tulang rusuk). Tapi bi­sa juga pasien mengenakan pakaian kuning lalu berjemur.
Terapi warna kuning, juga bisa membantu anak yang susah makan, penyerapan mineral kalium dan vitamin C, Me­rangsang otak, serta menghi­langkan stres. Selain juga membantu menyembuhkan infeksi kulit atau masalah ku­lit lainnya, merangsang sistem saraf dan kelenjar limia, menghilangkan gangguan mental, dan membantu meng­obati radang sendi (artritis). Tapi penggunaannya harus hati-hati karena warna ku­ning bersifat stimulans dan bisa menyebabkan kelelahan dan depresi. Sementara itu paparan si­nar lampu biru 15 watt pada saat tidur, bisa membantu melancarkan metabolisme dan anabolisme tubuh. "Lebih-lebih bagi anak yang susah tidur, lampu biru bisa menenangkan.
Penyinaran lampu biru se­lama 10 - 30 menit setiap malam bisa menurunkan emosi. Selain bersifat menye­jukkan pikiran, biru juga men­ciptakan rasa tenang bagi yang gugup, dan menjernih­kan pikiran yang jenuh. War­na biru. pun membantu meng­hentikan pendarahan, menyembuhkan sakit telinga, hi­dung dan mata, varises, bisul dan borok, penyakit kulit, ra­dang dan eksem, juga seba­gai pencuci darah. Penyinar­an lampu biru pada bagian leher dapat mempercepat pe­nyembuhan luka.
Selain menurunkan tekan­an darah, biru juga mengen­durkan saraf, mengatur pertumbuhan jaringan secara seimbang. Ia baik bagi yang mengalami guncangan jiwa, gangguan sistem saraf, serta dapat meningkatkan kemam­puan intelektual. Tapi bila diberikan secara berlebihan, tulis Theo Gimbel dalam The Book of Colour Healing, warna biru bisa menyebabkan sakit kepala, me­nimbulkan rasa malas dan mengantuk, depresi, dan se­dih. Karena bersifat "dingin", warna biru mesti dihindari oleh mereka yang sirkulasi darahnya kurang baik.

v Bisa dikombinasi
Pemberian terapi warna lewat lampu, bisa merupakan kom­binasi dari beberapa warna. Misalnya, oranye dengan biru, magenta-hijau, ungu-kuning, dan merah dengan pirus. Se­lama terapi, pasien duduk atau berbaring sekitar 2 m dari lampu, dan mengenakan pakaian katun putih supaya tak terjadi distorsi warna yang merasuk ke dalam tubuh le­wat pakaian.
Terapi dengan mengguna­kan dua warna (warna uta­ma dan warna pelengkap) dilakukan bergantian. Ambil contoh, terapi dengan warna oranye dan biru. Mula-mula diberikan warna utama (ora­nye) selama 3/4 menit, lalu disusul warna pelengkap (bi­ru) selama 3 1/4 menit. Selanjutnya lama pemberian war­na utama meningkat 5 1/4 me­nit, sebaliknya lama pema­paran warna pelengkap me­nurun 3/4 menit. Total waktu pemaparan 19 3/4 menit (12 1/2 menit untuk pemaparan war­na utama, dan 7 1/4 menit untuk warna pelengkap).
Pada akhir tiap tahap pe­maparan warna, satu lampu dikecilkan dan lampu yang lain perlahan-lahan dibesar­kan. Pasien yang tidur pulas merupakan pertanda baik, karena hal itu memastikan bahwa energi warna diserap secara baik. Ketika pasien ter­bangun akan segera terjadi respons emosional. Ini dapat segera mempengaruhi aura. Warna aura umumnya akan menjadi lebih cerah dan ce­merlang. Bisa berubah seben­tar (24 - 72 jam), sementara (2 - 12 minggu), atau perma­nen. Sebaliknya, terapi kombi­nasi biru (sebagai warna uta­ma) dan oranye (warna pelengkap) bisa untuk mengu­rangi stres, insomnia, dan ke­tegangan otot.
Sirkulasi darah yang ku­rang beres sering menyebab­kan badan capek, pegal-linu, malas, dan tidak bersema­ngat saat bangun pagi: Untuk kondisi demikian, bisa dibantu dengan terapi warna merah dikombinasikan dengan ku­ning. Setengah jam dengan terapi lampu merah, dan setengah jam dengan lampu kuning. Badan pun akan te­rasa lebih enak. Bahkan gangguan penglihatan (mata lelah, katarak, glukoma), menurut Theo Gim­bel, bisa diterapi dengan kombinasi lampu warna. Pa­sien duduk pada jarak 0,7 - 0,9 m di depan lampu, dan posisi mata sejajar dengan lampu yang dilengkapi filter merah dan pirus yang bisa diubah-ubah. Mula-mula ma­ta menatap cahaya berfilter pirus, lalu menatap lampu filter merah. Masing-masing selama 20 - 30 detik. Kemu­dian memandang panel war­na putih, hitam atau abu-abu masing-masing 20 - 30 detik. Terapi ini dilakukan dua kali sehari dan akan membuat mata jadi rileks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar