Kamis, 26 November 2009

Terapi dengan Melukis

Terapi dengan Melukis


Corat-coret sederhana mung­kin tidak cukup bermakna ba­gi orang awam. Namun di ma­ta terapis seni, bisa jadi lukis­an tersebut menyuarakan gejolak emosi yang terpen­dam dalam diri pelakunya, Kegiatan melukis dalam tera­pi seni seperti itu dapat me merangi derita akibat kanker
Sudah empat tahun Marie mengidap kanker. Banyak hal telah pula dialaminya, mulai dari menjalani kemoterapi, gagal cangkok surnsurn tulang, serta penderitaan batin berat lainnya. Bila untuk kesembuhan fisik ia mencoba berbagai metode pengobatan, baik Ba­rat maupun Timur, maka un­tuk pikiran ia memilih menja­lani art theraphy (terapi seni). Terapi ini berupa semacam penyuluhan di mana perasa­an seseorang terhadap suatu kejadian atau trauma lebih banyak diekspresikan dalarn bentuk karya seni, bukan de­ngan kata-kata. Bagi banyak orang, cara ini menawarkan pilihan yang lebih halus dibandingkan dengan metode konvensional. Manfaatnya terutama un­tuk merawat orang yang mengalami bermacam masa­lah, mulai dari gangguan sa­raf ringan hingga sakit jiwa berat, derita kelainan nafsu makan, kecanduan obat, atau schizofrenia. Peserta terapi bi­sa siapa saja, orang dewasa anak-anak dengan latar belakang apa pun. Tera­pi tersebut juga bisa juga jadi pilihan mereka yang ingin bel­ajar mengenal lebih jauh diri sendiri.Dalam hal ini peserta tidak dituntut untuk menjadi seniman. Saya tidak pernah menorehkan kuas lukis sejak seko­lah," ujar Marie. "Apalagi da­lam diri saya tidak mengalir darah seni, tapi ternyata bagi saya berbagai sarana untuk berkarya seni tersebut sangat mudah digunakan, untuk mengekspresikan diri," simpul Marie yang Januari lalu ber­gabung dalam kelompok te­rapi seni selama 8 minggu.
Dalam kelompok tersebut ditegaskan tidak akan ada penilaian atas karya mereka, sebaliknya mereka pun tidak dituntut menghasilkan karya seni yang hebat. Tema pertama yang dilempar dalam kelompok terse­but adalah sinar. "Saya langsung menang­gapi berdasarkan intuisi," ka­ta Marie. "Kuas pun saya pi­lih untuk membuat corat-coret di atas kertas. Yang muncul mula-mula lingkaran-lingkar­an biru, lalu saya timpa de­ngan warna-warna lain. Gam­bar itu mengingatkan saya pada perahu-perahu di perair­an kampung halaman saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar