Sebagai tanaman gurun, jojoba memberi harapan untuk mendayagunakan tanah kering yang menganggur. Minyaknya bisa mengganti minyak lodan. Untuk apa saja minyak jojoba ini?
Gara-gara Kongres Amerika melarang impor minyak lodan (sejenis "ikan" paus), pada tahun 1975 dimulai pencarian bahan pengganti minyak itu. Soalnya, binatang itu dilindungi oleh undang-undang, tetapi dilanggar terus oleh pihak lain dari luar negeri. Eh, minyak hasil pelanggaran itu diekspor ke negara yang justru melarang penangkapan "ikan" itu.
v Sudah dipakai orang Indian
Dulu "ikan" lodan, Physeter macrocephalus (kepala besar, maksudnya), diburu orang untuk diambil minyaknya. Sebagian besar dari lapisan lemak di bawah kulitnya (yang dikenal sebagai minyak ikan) dan sebagian lagi dari kepalanya yang besar, yang dikenal sebagai minyak spermaceti. Disebut begini karena dulu dikira sperma lodan itu, yang sudah menggumpal tatkala minyak itu dibekukan agar tahan disimpan lama. "Minyak sperma" ini sungguh bagus untuk membuat kosmetik eksklusif dan salep istimewa. Pernah juga ia dipakai membuat lilin gereja, pengganti lilin karnauba yang tahan lama. Namun, sejak ada lilin dari rninyak bumi yang lebih murah, "lilin sperma" itu tak dibuat lagi.
Bertahun-tahun lamanya Amerika, Jepang dan negara-
negara yang berbatasan dengan Samudera Pasifik berburu "ikari " lodan spermaceti ini, sampai jumlahnya tinggal sedikit, lalu dinyatakan sebagai "hampir punah" dalam Red Data Book dari CITES, Convention on International Trade in Endangered Species (of wild fauna and flora).
Walaupun sudah disepakati begitu, tetap saja penangkapan lodan berjalan terus. Para anggota Kongres Amerika yang kecewa bahwa kesepakatan mereka dikhianati kemudian memberi keputusan telak: Stop impor minyak sperma itu!
Mati kutulah industri minyak lodan di luar Amerika itu. Namun, industri kimia dalam negeri (Amerika) sendiri, yang sejauh ini mengolah minyak itu menjadi bahan kosmetik, berteriak protes. Bagaimana dengan pengangguran masal yang bakalan timbul, kalau pabrik ditutup? Apa mata pencarian pengganti mereka? Apa pengganti bahan itu?
National Academy of Sciences di Washington, DC. kemudian mengerahkan para pakar untuk mencari sumber minyak pengganti yang ditanyakan itu. Pilihan jatuh pada sejenis tanaman gurun pasir orang Indian Meksiko, yang mereka tulis sebagai jojoba, tetapi mereka bunyikan hohoba.
Ternyata, tanaman ini sudah pernah dilaporkan sebelumnya oleh Junipero Serra (seorang anggota misi katolik) yang bertugas di Meksiko pada tahun 1769. Minyak itu sudah lama dimanfaatkan oleh orang Indian Meksiko dan Papago gurun pasir Sonora, Arizona. Mereka memakainya sebagai minyak rambut dan gosok sakit perut. Akan tetapi karena dalam abad ke-18 itu orang masih belum kekurangan minyak sperma, maka minyak jojoba itu tidak ada yang menaruh minat, kecuali orang Indian tadi.
Baru pada tahun 1935 diketahui berkat penelitian dua peneliti dari Universitas Arizona, bahwa minyak jojoba itu struktur molekulnya menyimpang dari minyak nabati biasa, tapi mirip sekali dengan minyak sperma hasil paus spermaceti.
Hasil penelitian itu menarik perhatian seorang pakar biologi Raimundo Gladstone, yang kemudian meneliti tanaman itu lebih mendalam. Dalam penelitiannya untuk meraih gelar doktor pada universitas yang sama itu terungkap, bahwa minyak itu tahan sekali terhadap suhu tinggi, sehingga amat bagus kalau dipakai untuk melumasi mesin mobil: Sesudah 90.000 mil, baru minta diganti. Padahal, minyak pelumas super prima dari minyak bumi yang dipakca sejauh ini hanya tahan 10.000 mil. Tentu saja, harga minyak pelumas jojoba melejit setinggi langit ke tujuh. Yaitu $ 20 AS tiap kilogramnya (Rp 38.000,00 per kilo). Mana ada harga segila itu! Sebagai pelumas mobil ia menjadi tidak praktis dan tidak ada gunanya. Gunanya hanya untuk diperbincangkan saja.
Akan tetapi untuk melumasi instrumen presisi yang rumit, minyak itu sungguh bermutu, karena tahan lama tidak kering-kering. Untuk instrumen kecil-kecil itu, harga setinggi langit ini tidak jadi soal, karena pemakaiannya hanya sedikit-sedikit.
Minyak jojoba kemudian lebih banyak dipakai sebagai "pelumas" kulit orang. Untuk menghaluskan kulit muka, menghilangkan bekas jerawat dan eksem, serta mencegah lecet pada kulit sehingga dapat dimanfaatkan untuk bedak dan cream, dan sebagainya.
Industri kosmetik kemudian ikut memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan sampo eksklusif, yang memperkuat rambut jangan sampai mudah rontok. Penguatan ini terselenggara karena minyak jojoba sangat stabil sebagai pelembap. Ia mampu mencegah kulit kepala agar tidak kering sampai rambut jadi goyah, lalu rontok.
Sebagai pelembap itu pula ia dicampurkan pada lipstick, agar bibir tidak kering dan pecah-pecah. Agak kurang sedap kelihatannya, kalau bibir sudah diberi pemerah lalu pecah. Mestinya tetap utuh, halus dan "agak basah".
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar