Membaca
Islam adalah ilmu pengetahuan. Cukuplah sebagai bukti atas hal ini. bahwa wahyu yang pertama turun kepada Muhammad saw bukan perintah syahadat, bukan pula perintah shalat. Melainkan perintah untuk membaca: Iqra'(Bacalah!). Dan membaca adalah salah satu kunci asasi untuk menyelami bahtera ilmu pengetahuan yang tersebar petunjuknya dalam Al-Qur’an dan dianjurkan Rasulullah saw dalam banyak sekali hadits.
v Ilmu Manfaat Menyebabkan Takut kepada Allah
Ayat di atas menerangkan keutamaan ilmu dan ulama. Sekaligus meluruskan definisi dan persepsi yang salah tentang ilmu dan ulama.
Sesungguhnya ilmu yang sejati adalah ilmu yang dapat mengenal Sang Pemberi Ilmu, Allah swt secara mendalam sehingga mampu menghadirkan takut kepada-Nya. Pada gilirannya ilmu tersebut mampu menciptakan ketenteraman, kedamaian dan kesejahteraan umat manusia. Berarti mencakup semua disiplin ilmu dan tidak terbatas pada suatu ilmu tertentu. Baik, ilmu syar'i maupun ilmu kauni, atau yang masyarakat luas sering mendikotomikan dengan istilah ilmu agama dan ilmu umum. Sebab, semua ilmu hakikatnya bersumber dari Allah.
Abdullah bin Mas'ud berkata, "Ilmu yang sejati bukanlah diukur karena banyaknya meriwayatkan hadits, melainkan banyak menghadirkan takut" (Tafsir Ibnu Katsir IV/281).
Dan khasy-yah (takut), menurut Said bin Jubair rahimahullah adalah "Perisai antara dirimu dan maksiat kepada Allah `Azza wa lalla" (Tafsir Ibnu Katsir IV/281)
Sementara Imam Malik rahimahullah mengatakan, "Sesungguhnya ilmu yang hakiki bukanlah dlihat dari banyaknya riwayat. Namun, ilmu yang sejati adalah nur (cahaya) yang dijadikan/ditancapkan oleh Allah dalam hati (Tafsir Ibnu Katsir IV/281).
Saat menafsirkan ayat tersebut. Ibnu Katsir rahimahullah berkomentar, bahwasanya yang takut kepada Allah dengan sebenar-benar takut hanyalah para ulama, yang mengenal Allah (makrifatullah) secara mendalam. Sebab, ketika ma'rifat (mengenal) Yang Maha Agung, Yang Maha Kuasa, Yang Disifati dengan sifat-sifat yang sempurna dan nama-nama yang bagus ~asma al husnaJ sangat mendalam dan sempurna. tentu saja pasti rasa khasy-yah (takut) kepada-Nya pun semakin besar dan banyak (Lihat Tafsir Ibnu Katsir IV/281).
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar