Minggu, 29 November 2009

Si Wati yang Membuat Mabuk Kepayang 2

v Dongeng Lain Tentang Wati
Nama wati berasal dari bahasa Marind di Irian Jaya selatan bagi Piper methysticum. Tanaman ini masih kepernah saudara dengan sirih Piper betle, merica Piper nigrum, dan kemukus Piper cubeba. Semuanya terkenal berkhasiat obat yang tidak mempunyai efek sampingan yang menyebalkan. Di Irian Jaya selatan, sari batang Piper methysticum dipakai sebagai penyegar yang agak membius. Cara pembuatannya di sana masih primitif. Tetapi di Kepulauan Polinesia, cara pembuatannya lebih berbudaya.
Setelah akar, batang, atau daun wati dipukuli batu, bahan setengah hancur itu dikunyah lebih lanjut sampai halus. Hasil kunyahan ditampung dalam batok kelapa dan disaring dengan rumput kering.
Sari wati yang pahit memuakkan tetapi harum itu hanya diminum pada upacara adat. Kebetulan upacara adat ini banyak sekali. Misalnya, rapat akbar para kepala suku, kunjungan resmi seorang kepala suku dari kampung sahabat, atau musyawarah besar seluruh suku bangsa sebelum maju perang.
Juga sidang umum para tetua kampung yang akan dibuka (dan ditutup) oleh raja dan penobatan seseorang menjadi kepala suku, termasuk upacara adat yang wajib memakai kava itu. Tetapi yang boleh minum hanya kaum pria yang sudah dewasa. Orang lain seperti para jejaka dan wanita muda hanya mendapat tugas mengolah bahan mentah menjadi minuman dengan pengerahan mulut-mulut.
Para lansia juga tidak boleh minum iava karena ditakutkan mabuk dan tidur berkepanjangan. Mereka hanya diberi tugas sebagai instruktur dalam kunyah-mengunyah.
Minuman yang berwarna hijau kekuning-kuningan itu terasa seperti sabun. Minum satu sloki (gelas anggur) saja sudah bikin teler dalam waktu setengah jam, seperti orang mabuk minum minuman keras. Penglihatannya menjadi dobel dan kaki tangan tak dapat dikuasai lagi. Tetapi penyebab mabuk ini bukan alkohol, melainkan senyawaan alkaloid.
Orang yang sudah mabuk minum kava biasanya mencari tempat yang enak di atas pasir, lalu tidur karena mengantuk dan sulit berpikir. Setelah nyenyak selama beberapa jam, badan pemabuk sudah segar bugar lagi.
Akar wati di Samoa pernah diekspor ke Jerman untuk diolah menjadi obat penenang gonosan. Tetapi sejak awal Perang Dunia II, obat itu tidak dibuat lagi karena ekspor dari Samoa macet total. Belakangan ditemukan bahwa Piper mefhysticum juga banyak tumbuh di hutan belantara tropis Amerika Selatan. Di sana daunnya dipakai sebagai obat penenang juga, agar penderita sakit tidak merasa nyeri ketika menunggu kesembuhan dari luka berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar