Sabtu, 28 November 2009

Sampai Dimana Kegunaan Tes IQ 1

Tes IQ Itu, Apa Sih?

Skor tes 10 sering dilihat sebagal ukuran kecerdasan seorang anak. Padahal skor tersebut fidak berdiri sendirl. Ia berhubungan dengan pola asuh, hubungan anak den orangtua, kebiasaan belajar, dan faktor lingkungan lainnya. Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Daiam arti yang febih luas, para ahli mengartikan intelegensi sebagai suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Menurut Indri Savitri, S. Psi, Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat LPT UI, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan wujud dari proses berpikir rasional itu. Tes IQ adalah alat ukur kecerdasan yang hasilnya berupa skor. Tetapi skor tersebut hanya memberi sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan secara keseluruhan.

Scor bukan harga mati
Howard Gardner, psikolog pendidikan asal Amerika yang terkenal dengan teori kecerdasan gandanya menyatakan, kecerdasan intelektual hanyalah salah satu dari 8 kecerdasan yang dimiliki seseorang. Kecerdasan ganda yang dimaksud Gardner adalah kecerdasan di bidang bahasa, berpikir logis atau matematis, musk visual, dan gerak. "Sayangnya, alat ukur untuk kecerdasan ganda itu masith dikembangkan Gardner. Perlu waktu lama untuk bisa menerapkannya di negara yang berbeda kultur seperti Indonesia," tutur Indri.
AwaInya, tes IQ diterapkan di masyarakat Barat karena adanya kebutuhan untuk seleksi. Anakanak dengan kemampuan rata-rata, di bawah, dan di atas rata-rata, memerlukan penanganan yang berbeda. Tapi sekarang di sana skor IQ sudah tidak lagi dipakai karena mulai dikembangkan pendekatan-pendekatan lain yang melihat faktor kecerdasan secara menyeluruh. Sayangnya, di Indonesia banyak lembaga pendidikan yang mewajibkan calon siswanya untuk tes IQ terlebih dahulu sebagai salah satu syarat penerimaan siswa baru. Ada sekolah yang menetapkan syarat penerimaan tes IQ minimal 120 skala Weschler. " Bahkan, ada anak yang disarankan untuk sekolah di SLB karena skornya di bawah rata-rata, tanpa ada tahapan melithat latar belakang anak terlebih dahulu," kata ibu satu anak ini menyayangkan.

Situasi saat tes

Menurut Indri, setidaknya tiga faktor yang berhubungan dengan tes IQ. Pertama, reliabifitas atau sejauh mana hasi) tes itu dapat dipercaya. Skor IQ Vang diperoleh akan sama walaupun seorang anak melakukannya pada kondisi yang berbeda. Kedua, validitas atau sejauh mana alat ini mampu mengukur apa yang hendak diukur. Jika tes itu mengukur kemampuan berbahasa, maka yang diukur adalah kemampuan anak dalam mengeWarkan pendapat, bukan mengukur kepercayaan diri. Ketiga, standarisasi, yaitu apakah afat yang dipakai sesuai dengan norma masVarakat setempat. Tiap masyarakat tentu mempunya norma berbeda satu sama lain.
Menurut Indri, saat ini banyak dilakukan tes psikologi secara massal, misainya dalam satu ruang kelas. Padahal, tes yang dilakukan secara massal itu bisa menimbulkan banyak kemungkinan. Sehingga, seorang anak yang skor IGnya 140 belum tentu memiliki prestasi yang baik di sekolah. Sebaliknya, anak dengan skor IQ 85 tidak berarti harus masuk SLB. Orangtua perlu kritis melihat skor tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar