Jumat, 27 November 2009

Penyakit dari Pekerjaan 2

v Lembaga nirlaba
Kemunculan Lembaga Miller pada tahun 1985 tidak bisa dilepaskan dari sosok Pascarelli. Niatnya semula membantu kaum pemusik yang cedera. Rupanya, pekerjaan sebagai dokter jenis ini memang pas dengan dirinya.
Setelah lulus dari jurusan seni murni Universitas Colombia, 1953, ia bekerja di Italia, sambil melanjutkan sekolah untuk meraih gelar master dalam bidang tersebut. Namun, Pascarelli yakin, pekerjaan sebagai pelukis tidak akan menghasilkan uang. Maka, ia memutuskan untuk menjadi dokter seperti ayahnya. Ia mendaftarkan diri masuk Fakultas Kedokteran Universitas Pavia di Italia Utara. Kini ia bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Colombia, merangkap sebagai direktur klinik pengobatan jalan di rumah sakit pusat St. Luke's Roosevelt. "Kebetulan, rumah sakit itu terletak persis di tengah Lincoln Center, Carnegie Hall, City Center, stasiun TV ABC, NBC, dan CBS, sekolah Juilliard di Broadway, lingkungan yang banyak pemusiknya," kata Pascarelli. Berdasarkan pengalaman di situ, tercetuslah ide mendirikan sebuah klinik bagi para artis panggung, dilengkapi dengan staf ahli penyakit kulit. Soalnya, banyak pemain biola mengalami cedera pada dagu. Karena rata-rata cedera para pemusik disebabkan RSI, klinik yang didirikan tahun 1985 atas biaya para dermawan ini juga menerima pelayanan seperti bedah tulang (ortopedi), terapi fisik, dan patologi wicara. Sekitar 1.000 pasien datang setiap bulan. Mereka berasal dari berbagai tempat dan cabang kesenian.

v Menekan tuts terialu keras
John Jake Kella, pemain biola kelompok Opera Metropolitan, master dalam bidang biomekanika dari MIT dan doktor lulusan Universitas New York dengan disertasi Psikologi dan Fisiologi Teknik dalam Pertunjukan Seni, juga bekerja di Lembaga Miller. Tugasnya antara lain mengoreksi teknik bermain alat musik.
Berbagai kasus penyakit tersimpan di dalam rekaman komputer dr. Pascarelli. Ada pemain piano wanita usia 20-an asal Puerto Rico yang menderita RSI pada lengan bawah. Pada layar monitor tampak ia bermain piano sambil kesakitan, karena menekan tuts terlalu keras. Ia meletakkan kedua pergelangan tangannya terlalu rendah, sehingga ibu jarinya selalu terlipat ke bawah. Dalam kasus ini, dokter menyarankan agar kedua tangan dan bahu selalu dalam posisi benar, sehingga ia tidak hanya menggunakan otot pergelangan dan jari, tapi juga otot bahu. Kasus lain menimpa seorang pemain piano, Leon Fleisher. Ia kehilangan fungsi tangan kanannya.
Pernah Pascarelli menyembuhkan seorang juara banyo yang menderita RSI dengan hanya memindahkan selempang penahan instrumen tersebut dari bahu kanan ke kiri. Bill Gordon, seorang pemain piano jazz yang juga pasien Miller, bercerita, "Suatu pagi di tahun 1979, ketika saya ingin bermain piano, salah satu jari kiri saya mendadak tidak bisa digerakkan. Menekan tuts pada nada rendah sulit sekali. Untuk melupakan derita, saya mengarang komposisi sebanyak-banyaknya." Gordon tidak tahu, ia menderita focal dystonia. Celakanya, para dokter juga tidak tahu persis. "Saya mengunjungi berbagai macam dokter, dari yang tidak punya perasaan sampai dokter yang angkuh," tambahnya. "Tapi keadaan malah semakin parah."
Akhirnya, pada 1988 Gordon menghubungi Lembaga Miller. Pascarelli menganjurkan Gordon tidak bermain piano selama 1 minggu. Kemudian bermain tidak lebih dari 3 menit sementara ia menjalani terapi. Sedikit demi sedikit waktu bermain piano ditambah, sampai 45 menit sekali main. Selama menjalani terapi, Pascarelli dan Kella mengajarkan teknik yang benar, antara lain Gordon harus menggunakan seluruh bagian tangan untuk memainkan tuts, tidak cukup hanya jari-jarinya saja.

v Biola bencana ergonomik
Setiap instrumen mempunyai risiko. Alat musik tiup lain lagi masalahnya. Pada umumnya berakibat gangguan pada gigi, lidah, batang hidung, dan bagian lain dari mulut, termasuk gangguan paru-paru dan organ pernapasan. Soalnya, organ-organ tersebut harus bekerja sama untuk rnengeluarkan bunyi yang tepat. "Kami anjurkan agar semua pemakai instrumen tiup memiliki plester pembalut untuk melindungi gigi. Jadi, kalau sampai kehilangan gigi, mereka tidak perlu belajar kembali cara memainkan alat musik tersebut," nasihat Pascarelli yang dituruti pemain terompet, Chet Baker.
Seorang pria pemain suling yang masih muda datang mengeluh. Suara musiknya semakin lama semakin jelek. Ternyata, bibir atasnya menonjol keluar (monyong), kehilangan kontak dengan organ mulutnya. "Begitu merigambil napas, bibir saya kembali monyong," keluhnya hampir menangis.
Kelainan. ini dinamakan focal dystonia pada bibir atas. Sebabnya adalah terlalu aktifnya organ tertentu, sehingga kerja sama antara otak dengan organ pelaku seperti jari atau bibir, salah kaprah. Cedera itu dapat mematikan atau mengubah karier. Pemain obo adakalanya harus menahan banyak udara dalam mulut, sehingga bagian belakang langit-langit halusnya bisa lumpuh. Pemain alat tiup juga bisa menderita dystonia bibir, yang umumnya tidak dapat disembuhkan.
Resep Pascarelli acap kali termasuk juga mengubah bentuk atau ukuran alat musik. "Kadang ada yang sampai menangis karena suling yang indah terpaksa diberi sambungan untuk alasan terapi."
Pascarelli juga mengritik kesalahan metode pada sekolah rnusik. "Sekolah itu tidak menekankan kondisi fisik murid atau pemain. Kebanyakan para pemusik tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya mirip seorang atlet. Sebaiknya, mereka tidak berlatih selama 6 jam terus-menerus. Alangkah baiknya kalau diselingi olahraga barang sejam, misalnya, berlari atau angkat besi."
Desain insirumen juga merupakan masalah, kata Pascarelli. "Kita harus berusaha beradaptasi dengan alat musik yang kita gunakan, bukan sebaliknya." Karena itulah, bagi Pascarelli, biola merupakan bencana ergonomik. Ibu jari yang lemah kerap cedera. Ia memberi contoh cara bermain biola, menunjukkan bahwa gerakan instrumen ini bisa berputar-putar, memaksa pemain menggunakan ibu jari denaan tekanan kuat.
Tim Fine (4l) contohnya. Eksekutif real estate yang juga pemain biola amatir sejak usia 16 tahun ini mengeluh pernah tidak dapat menggerakkan telunjuk kirinya. Dua orang ahli bedah memberinya obat anti radang. Kemudian, seorang ahli terapi menaruh splint (belat) pada tangannya. Tapi ternyata, penyakitnya malah menjalar ke jari lain. Akhirnya, ia dikirim kepada Dr. Kella.
Kelumpuhan jari Fine, menurut Kella, berasal dari posisi pangkal jari dan sikunya pada saat memainkan biola. Akibatnya, terjadi tenosynovitis, yakni peradangan sarung otot (tendon) antara telunjuk dan ibu jari., sehingga mengakibatkan RSI.
Pengobatan terhadap Fine antara lain pemanasan dengan mengayun-ayunkan lengan, disusul pijatan pada tangan. "Sekarang mulai membaik. Padahal sebelumnya para ahli bedah mengatakan, keadaan bisa semakin buruk," kata Fine. Malah latihan tersebut tidak hanya membantu menyembuhkan kelumpuhannya, tapi menurut istrinya, memperbaiki mutu bermain.

v Suara merupakan instrumen
Ahli patologi wicara dan bahasa di Miller, Lynda Marvin, menyatakan, peradangan RSI juga sering menimpa para penyanyi. Pita suara adalah semacam saraf. Agar suara keluar, udara dari paru-paru menggetarkan pita suara. Kalau udara mendesak pita suara sekaligus, sementara ia bergetar, maka terjadilah colluslike nodules.
Seperti halnya para staf lain di Miller, Marvin juga dekat dengan masalah pasiennya. Soalnya, dulu ia seorang penyanyi profesional. "Halus dan mengalun merupakan kunci terapi suara. Kalau kita menggunakan terlalu banyak energi pada tempat yang salah, maka akan timbul ketegangan," katanya
Seorang ahli tulang, Philip Bauman, ikut mengobati para penari di Miller. "Menjadi penari profesional pasti pernah mengalami cedera," katanya. Cedera yang khas, menurut Bauman, berupa radang otot kronis di bagian belakang pergelangan kaki yang bertugas menahan jempol kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar