v Ngobrol dengan kamputer
Dr. George Piligan, seorang ahli penyakit profesi di Miller, menyatakan, ketegangan bisa mengakibatkan perobekan ofot kecil atau sendi. Namun, tidak seperti cedera pada pemain tenis, cedera pada artis panggung, operator komputer, dan pekerja kasar, secara ilmiah memang belum diteliti secara cermat. Karena itu, barangkali, sampai sekarang para peneliti belum tahu dengan jelas mengapa jaringan yang robek lambat sekali sembuhnya. Dugaan Piligan, mungkin otot tegang pada daerah bersangkutan tiba-tiba mengerut sehingga menekan pembuluh kapiler. Akibatnya, jaringan yang cedera akan menerima terlalu sedikit darah. Tambahan lagi, daerah tersebut tidak menerima cukup zat asam dan nutrisi, serta tidak banyak buangan yang dapat dikeluarkan. Pascarelli menambahkan, cedera akibat ketegangan bisa semakin buruk kalau didiamkan. Jaringan parut secara perlahan-lahan akan menggantikan otot. Bisa merintangi otot di sekelilingnya, sehingga akan menambah cedera kecil serta memperluas jaringan parut. Jika jaringan parut makin dominan, penderita bisa lumpuh.
Grant McCool yang asal Skotlandia, penyunting bahasa pada Kantor Berita Reuter di New York, pada suatu hari mengalami pembengkakan pada lengannya. Terlihat jelas ia menderita RSI akibat selama berjama-jam jarinya bekerja keras di atas keyboard komputernya. Gangguan sakit dimulai pada lengan bawahnya. "Saat bangun pagi, lengan saya kadang terasa bebal," katanya.
Seorang dokter pernah menganjurkannya untuk tidak mengetik lagi. Tetapi rupanya anjuran itu sudah terlambat. McCool selamanya tidak bisa mengetik lagi. Pada saat ia memeriksakan diri ke Miller, jaringan parut pada lengannya sudah demikian meluas, sehingga Pascarelli tidak bisa mengobatinya. "Kini tinggal bagaimana saya harus mengurus penyakitnya saja," keluh Pascarelli. Namun, McCool masih beruntung karena atasan memberinya komputer yang bekerja berdasarkan suara. Jadi sekarang setiap hari McCool mengobrol dengan komputer. Rupanya McCool bukan satusatunya staf Reuter yang menderita RSI. Dari 130 wartawan, 60 di antaranya terjangkit semacam RSI.
Pascarelli mengingatkan, keyboard komputer yang rata bisa merupakan bencana. Sebab, dalam pengoperasiannya, posisi telapak tangan lebih turun. Ditambah lagi, orang masih harus menekan beberapa tombol yang paling sering digunakan, seperti "A" atau "Shift" dengan kelingking, jari yang terlemah. Untuk mencapai beberapa tombol, kita harus meregangkan jari terlalu jauh. Lebih buruk lagi, kita sering harus meregangkan dua jari dari satu tangan untuk menekan dua tombol sekaligus.
Kasus yang dialami Joice, seorang pasien, diperlihatkan Pascarelli melalui videotape. Ia langsung memperlihatkan kesalahan cara mengetik Joice. Setiap mengetik, kedua kelingkingnya diangkat. Pascarelli lalu pura-pura bermain suling, mengangkat kedua kelingking, seperti yang dilakukan banyak pemain suling. "Lihat," katanya, “Di sini kelingking kita tertarik ke atas seperti ibu jari. Ini memberikan beban pada saraf sehingga kerja otot akan saling berlawanan."
Menurut dia, Joice bukan penderita tendonitis (cedera pada otot dan saraf dekat sendi bahu, banyak disebabkan oleh keyboard terlalu tinggi). Jari-jarinya juga tidak terasa bebal seperti pada penderita sindroma carpal tunnel (terowongan pergelangan). Sepertinya Joice menderita epicondylitis tingkat menengah, atau rasa sakit yang disebabkan perobekan kecil jaringan bagian dalam siku, dan juga peradangan saraf.
Akhirnya, seorang ahli terapi memperkenalkan Joice pada keyboard komputer yang ergonomik dilengkapi mouse. Keduanya dirancang untuk mengurangi ketegangan pada siku.
Jumat, 27 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar