Lembaga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) di Yogyakarta telah berhasil menanami lahan kritis seluas 12.400 mz dengan empon-empon. Jahe, kunyit, temu lawak, temu giring, temu hitam, kencur, laos. Dengan bantuan Rp 16 juta dari Yayasan Kehati (Keanekaragaman Hayati) dari Jakarta, LSPPA telah menggerakkan enam kelompok tani beranggotakan 120 orang di Desa Genjahan, Kabupaten Gunung Kidul. Karena sukses, mereka memperluas sendiri pertaniannya sampai 24.000 m2.
Sudah sejak lama sebagian besar mereka hanya mengandalkan hasil sawah tadah hujan berupa padi gogo di musim hujan, dan palawija di musim kemarau berupa singkong, jagung, kacang panjang, dan ubi. Tetapi kini, dengan bertanam empon-empon, ada penghasilan tambahan berupa jamu yang meningkatkan pendapat-an mereka.
Pemicu gerakan itu ialah keluarga Suratman, seorang penyuluh lapangan Keluarga Berencana di Ponjong, dari kabupaten yang sama. Istrinya yang semula terkena infeksi darah dan tidak dapat sembuh oleh obat dokter, dirawat di Rumah Sakit Yogyakarta, dengan pengobatan jamu tradisional, tusuk jarum, dan pijat refleksi. Ternyata sembuh, dan tinggal berobat jalan saja. Suratman semula turun ke Yogya sepekan sekali untuk membeli jamu. Kebutuhan membeli jamu inilah yang menggugah pikiran sahabat Suratman, Ir. Henu Putranto, dari LSPPA di Yogya. Bagaimana kalau Suratman menanam sendiri empon-empon itu di desanya? Jadi tidak perlu turun ke Yogya lagi untuk mencari jamu. Maka, jadilah gerakan menanam empon-empon itu.
Empon-empon itu kemudian ditanam oleh istri petani, para tetangga Suratman. Permulaannya memang dibantu oleh para suami, dalam pengolahan tanah dan pembersihan lahan, tetapi perawatan tanaman selanjutnya dilakukan oleh para istri. Tanah yang sudah dibersihkan dari rerumputan liar dan dicangkul gembur itu langsung ditanami bibit empon-empon berupa belahan umbi akarnya, kemudian dinaungi dengan atap daun-daunan, atau anyaman bambu, agar tidak rusak disengat matahari. Karena disirami secara teratur (kadang air harus didatangkan dari tempat yang jauh), bibit empon-empon bertunas, tumbuh, dan merighasilkan umbi empon-empon baru.
Hasil umbi jahe, kencur, dan temulawak dijual ke pasar kota, sedangkan kelebihannya diolah menjadi minuman sekaligus jamu. Antara lain wedang (minuman) jahe, beras kencur, temu lawak.
Tindakan mereka berfungsi ganda. Pertama, lahan kritis yang semula tidak produktif diubah menjadi lahan yang memberi penghasilan tambahan. Hasil yang dipungut dari usaha ini memberi manfaat kepada masyarakat berupa empon-empon penjaga kesehatan tubuh secara tradisional. Kedua (dan ini sama pentingnya dengan fungsi pertama), lahan yang semula makin merana kalau dibiarkan berupa "perkebunan" rumput itu, kini berubah menjadi lahan subur berisi tanaman bermanfaat yang menjaga mikroklimat di permukaan tanah, di bawah naungan daun empon-empon itu. Penanaman tumbuh-tumbuhan yang memberi naungan kepada permukaan tanah ini seperti pemberian mulsa di kebun (atau taman) yang mampu mempertahankan kegemburan dan kelembapan tanah.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar