Kamis, 26 November 2009

Pengaruh Lukisan pada Jiwa

v Orang dewasa pun perlu bermain
Di Hongkong, terapi sema­cam ini belum banyak dite­mukan. Baru ada beberapa terapis seni yang mampu mendalami bidang ini. Apa kata Judith Moss, terapis seni yang membimbing Marie?
Moss yakin, sesungguhnya setiap orang lahir dengan ba­kat kreatif. Ia menunjuk beta­pa anak-anak dapat bermain dengan begitu spontan dan tidak malu-malu. "Kita, orang dewasa, perlu menyadari pentingnya ber­main. Karena bermain berarti mencoba menjelajah, mene­mukan, dan menggunakan kreativitas kita untuk menye­lesaikan masalah. Masalah justru timbul akibat kita kehi­langan kreativitas dan tak mau tahu tentang perasaan kita," ujarnya. Di sinilah dibutuh­kan keterlibatan terapis seni untuk membantu menghidup­kan kembali hubungan kita dengan daya kreasi dan pe­rasaan-perasaan kita sendiri.
Langkah-langkah yang di­ambil Moss dalam kelas tera­pinya yakni pada sesi perta­ma, peserta dan terapis men­diskusikan cara kerja sama mereka dan bagaimana meng­gali manfaat dari terapi seni. Setelah itu, ia membiarkan para peserta bebas melaku­kan yang mereka inginkan.
"Tak jarang ada peserta yang salah tingkah, namun itu bisa diterima. Bahkan si­kap tersebut perlu dihadapi dan diatasi," kisahnya sambil menceritakan pengamatannya terhadap para peserta terapi ini, yang biasanya merasa. tidak nyaman dengan diri sendiri.
"Ketidaknyamanan itu iba­rat luka fisik. Luka yang tidak.
dirawat tidak akan pernah pulih. Sedangkan luka yang ditutup untuk dilupakan, pasti akan memburuk dan berlarut­-larut. Nah, luka emosional pun bisa demikian," Moss membandingkan antara luka fisik dan luka mental.
Meskipun ia mengakui, emosi sering kali sulit untuk diatasi, terapi seni bisa ampuh untuk menyembuhkan, teruta­ma orang-orang yang selama ini menekan perasaannya. "Katakanlah, melalui terapi seni orang dapat mengeks­presikan rasa frustrasinya ka­rena berbagai sebab. Entah itu frustrasi di sekolah, trau­ma karena keluarga beran­takan, pokoknya, perasaan-perasaan yang telah terkubur lama bertahun-tahun," pa­par Moss.

v Menyalurkan Perasaan Terpendam
Masalah perasaan dan emosi memang sangat rumit, dan tidak semua orang dapat menguitarakannya dengan mudah. Apalagi di suatu ma­yarakat kota besar yang me­nuntut orang untuk selalu ber­wajah cerah penuh senyum. Contohnya, sebut saja X yang ketika masih kanak-ka­nak pernah mengalami luka bakar yang cukup parah. Saat itu ia dilarang me­nangis supaya tidak membuat sekitarnya gundah. Kesakitan yang ditekan sedemikian ru­pa itulah yang kemudian" di­yakini jadi penyebab sulitnya X berkonsentrasi dan berpres­tasi. Ketika berhasil mengung­kap kejadian tersebut dalam terapi di bawah bimbingan Moss, ia mulai menjadi war­ga masyarakat yang berguna.
Tak hanya itu, terapi seni juga sangat efektif bagi orang yang punya dorongan untuk melakukan tindak kekerasan. Moss menceritakan kasus se­orang remaja pria yang diki­rim ke sebuah asrama khusus karena keluarganya tidak mampu merawatnya. Tak di­nyana, pemuda yang ternya­ta sangat mencintai keluarga­nya itu amat terpukul. la pun memendam hasrat membakar sebuah gedung sekolah.
"Dalam terapi seni ini ke­mudian ia dapat mengutara­kan perasaannya, dan me nyalurkan hasratnya memba­kar gedung sekolah di atas bidang kertas gambar. Di akhir masa latihannya, ia pun me­rasa mulai bisa membaur dan lebih bahagia," jelas Moss.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar