v Orang dewasa pun perlu bermain
Di Hongkong, terapi semacam ini belum banyak ditemukan. Baru ada beberapa terapis seni yang mampu mendalami bidang ini. Apa kata Judith Moss, terapis seni yang membimbing Marie?
Moss yakin, sesungguhnya setiap orang lahir dengan bakat kreatif. Ia menunjuk betapa anak-anak dapat bermain dengan begitu spontan dan tidak malu-malu. "Kita, orang dewasa, perlu menyadari pentingnya bermain. Karena bermain berarti mencoba menjelajah, menemukan, dan menggunakan kreativitas kita untuk menyelesaikan masalah. Masalah justru timbul akibat kita kehilangan kreativitas dan tak mau tahu tentang perasaan kita," ujarnya. Di sinilah dibutuhkan keterlibatan terapis seni untuk membantu menghidupkan kembali hubungan kita dengan daya kreasi dan perasaan-perasaan kita sendiri.
Langkah-langkah yang diambil Moss dalam kelas terapinya yakni pada sesi pertama, peserta dan terapis mendiskusikan cara kerja sama mereka dan bagaimana menggali manfaat dari terapi seni. Setelah itu, ia membiarkan para peserta bebas melakukan yang mereka inginkan.
"Tak jarang ada peserta yang salah tingkah, namun itu bisa diterima. Bahkan sikap tersebut perlu dihadapi dan diatasi," kisahnya sambil menceritakan pengamatannya terhadap para peserta terapi ini, yang biasanya merasa. tidak nyaman dengan diri sendiri.
"Ketidaknyamanan itu ibarat luka fisik. Luka yang tidak.
dirawat tidak akan pernah pulih. Sedangkan luka yang ditutup untuk dilupakan, pasti akan memburuk dan berlarut-larut. Nah, luka emosional pun bisa demikian," Moss membandingkan antara luka fisik dan luka mental.
Meskipun ia mengakui, emosi sering kali sulit untuk diatasi, terapi seni bisa ampuh untuk menyembuhkan, terutama orang-orang yang selama ini menekan perasaannya. "Katakanlah, melalui terapi seni orang dapat mengekspresikan rasa frustrasinya karena berbagai sebab. Entah itu frustrasi di sekolah, trauma karena keluarga berantakan, pokoknya, perasaan-perasaan yang telah terkubur lama bertahun-tahun," papar Moss.
v Menyalurkan Perasaan Terpendam
Masalah perasaan dan emosi memang sangat rumit, dan tidak semua orang dapat menguitarakannya dengan mudah. Apalagi di suatu mayarakat kota besar yang menuntut orang untuk selalu berwajah cerah penuh senyum. Contohnya, sebut saja X yang ketika masih kanak-kanak pernah mengalami luka bakar yang cukup parah. Saat itu ia dilarang menangis supaya tidak membuat sekitarnya gundah. Kesakitan yang ditekan sedemikian rupa itulah yang kemudian" diyakini jadi penyebab sulitnya X berkonsentrasi dan berprestasi. Ketika berhasil mengungkap kejadian tersebut dalam terapi di bawah bimbingan Moss, ia mulai menjadi warga masyarakat yang berguna.
Tak hanya itu, terapi seni juga sangat efektif bagi orang yang punya dorongan untuk melakukan tindak kekerasan. Moss menceritakan kasus seorang remaja pria yang dikirim ke sebuah asrama khusus karena keluarganya tidak mampu merawatnya. Tak dinyana, pemuda yang ternyata sangat mencintai keluarganya itu amat terpukul. la pun memendam hasrat membakar sebuah gedung sekolah.
"Dalam terapi seni ini kemudian ia dapat mengutarakan perasaannya, dan me nyalurkan hasratnya membakar gedung sekolah di atas bidang kertas gambar. Di akhir masa latihannya, ia pun merasa mulai bisa membaur dan lebih bahagia," jelas Moss.
Kamis, 26 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar