Ada lagi kasus lain. Kali ini seorang anak yang amat benci terhadap orang tuanya. "Ia menggambar sesuatu yang disebutnya sebagai bom untuk membunuh terapisnya. Ketika sang terapis bertanya adakah orang lain yang ingin dibomnya pula, ternyata sang anak menyebutkan, Ayah dan ibu," tutur Moss.
"Bisa dimaklumi bila orang lalu terkejut dan berpikir, Sungguh tidak pantas anak sekecil itu mengucapkan hal-hal seperti itu! Namun yang lebih penting, ternyata dengan cara itu si anak jadi terbuka, beram mengungkapkan perasaannya melalui proses penciptaan gambar. Ibaratnya, gambar adalah spons yang akan menyerap apa saja, bahkan hal-hal yang sulit diterima masyarakatnya."
Dalam kelompoknya, tidak pernah ditanamkan harapan bahwa lukisan-lukisan itu akan memperoleh penghargaan seni atau harus dikerjakan dengan tingkat keterampilan seni yang tinggi. "Perasaan itu sesungguhnya cuma benda abstrak yang sangat morat-marit. Apalagi tak jarang gambar berfungsi sebagai penampung banyak cetusan kesakitan."
Moss sangat yakin, terapi sem dapat dikeriakan oleh setiap orang. Dalam setiap budayaan kelompok masyarakat mana pun selalu terpendam jiwa kanak-kanak dalam sosok manusia dewasa. Bila jiwa kanak-kanak ini sampai terluka pada tingkat apa pun, ia perlu segera disemhuhkan."
Moss sendiri berlatar belakang seni dan desain. Namun, ia baru mengenal terapi seni ketika dirawat di rumah sakit tahun 1980 setelah menjalani sebuah operasi besar. Dari sanalah ia kemudian tergerak umuk mengambil kursus pendidikan pascascirjana selarna 2 tahun di bidang terapi seni.
"Dulu saya mengira terap seni dapat dipelajari hanya dalam beberapa jam," ujarnya setengah bercanda. Namun, ternyata terapis seni yang andal di Hongkong, selain harus punya minat kuat terhadap seni setidaknya juga memerlukan masa pendidikan pascasarjana selama dua tahun, dengan kesarjanaan di bidang seni, psikologi, atau sokolgi. Juga ia perlu memiliki pengalaman selama 2 tahun bekerja dalam klinik kesehatan mental.
Kamis, 26 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar