Kamis, 26 November 2009

Pengaruh Negatif Melukis pada Anak

Ada lagi kasus lain. Kali ini seorang anak yang amat benci terhadap orang tuanya. "Ia menggambar sesuatu yang disebutnya sebagai bom untuk membunuh terapisnya. Ketika sang terapis bertanya adakah orang lain yang ingin dibomnya pula, ternyata sang anak menyebutkan, Ayah dan ibu," tutur Moss.
"Bisa dimaklumi bila orang lalu terkejut dan berpikir, Sungguh tidak pantas anak sekecil itu mengucapkan hal­-hal seperti itu! Namun yang lebih penting, ternyata de­ngan cara itu si anak jadi terbuka, beram mengungkap­kan perasaannya melalui pro­ses penciptaan gambar. Iba­ratnya, gambar adalah spons yang akan menyerap apa sa­ja, bahkan hal-hal yang sulit diterima masyarakatnya."
Dalam kelompoknya, tidak pernah ditanamkan harapan bahwa lukisan-lukisan itu akan memperoleh pengharga­an seni atau harus dikerjakan dengan tingkat keterampilan seni yang tinggi. "Perasaan itu sesungguhnya cuma ben­da abstrak yang sangat mo­rat-marit. Apalagi tak jarang gambar berfungsi sebagai penampung banyak cetusan kesakitan."
Moss sangat yakin, terapi sem dapat dikeriakan oleh setiap orang. Dalam setiap budayaan kelompok masya­rakat mana pun selalu ter­pendam jiwa kanak-kanak da­lam sosok manusia dewasa. Bila jiwa kanak-kanak ini sampai terluka pada tingkat apa pun, ia perlu segera disemhuhkan."
Moss sendiri berlatar be­lakang seni dan desain. Na­mun, ia baru mengenal tera­pi seni ketika dirawat di ru­mah sakit tahun 1980 setelah menjalani sebuah operasi be­sar. Dari sanalah ia kemudi­an tergerak umuk mengambil kursus pendidikan pascascir­jana selarna 2 tahun di bi­dang terapi seni.
"Dulu saya mengira terap seni dapat dipelajari hanya dalam beberapa jam," ujarnya setengah bercanda. Namun, ternyata terapis seni yang andal di Hongkong, selain harus punya minat kuat terha­dap seni setidaknya juga memerlukan masa pendidikan pascasarjana selama dua tahun, dengan kesarjanaan di bidang seni, psikologi, atau sokolgi. Juga ia perlu me­miliki pengalaman selama 2 tahun bekerja dalam klinik kesehatan mental.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar