Jumat, 27 November 2009

Penemuan Sinar Rontgen.

Aneh, sinar tak kasat mata yang pada November1995 lalu berumur 100 tahun itu ditemukan oleh orang yang tak mengantungi ijazah SMTA, Wilhelm Conrad Rontgen. Karena tak tahu namanya dia sebut saja sinar X. Pemanfaatannya tidak hanya di seputar dunia medis, tetapi meluas sampai ke bidang-bidang lain. Efek sinarnya bisa menyebabkan kanker, tetapi Anda jangan takut dirontgen. Kenapa?
Cuaca musim gugur pa­da 8 November di Kota Wurzburg, Jerman, sera­tus tahun lalu memang se­dang tidak cerah. Suhu udara sangat dingin. Angin bertiup kencang dan turun salju lebat seharian. Namun justru di ha­ri itulah, Wilhelm Conrad Rbnt­gen, seorang profesor pimpin­an Institut Kimia Fisik Univer­sitas Wurzburg, sedang terhe­ran-heran dengan hasil per­cobaannya. Di ruang labora­torium yang sengaja dibuat gelap, dia saat itu lagi asyik "bermain-main" dengan suatu alat listrik yang dilengkapi tabung-tabung gelas pengha­sil suatu sinar.
Dalam percobaan hari itu Rontgen membungkus tabung penghasil sinar itu dengan lembaran kertas-kertas hitam tidak tembus cahaya. Setelah alat tersebut dialiri listrik, tiba-tiba saja kristal barium plantinsianat yang kebetulan terletak di atas meja dekat ta­bung itu tampak bercahaya. Inilah yang membuat dia terheran-heran. Wajar kalau dia keheran­an. Sebab menurut logika, ka­lau bola lampu ditutup dengan kertas hitam tidak tembus ca­haya, tentu tidak ada sinar yang keluar darinya. Kristal itu pun tidak akan menyala, kalau tidak ada energi yang datang dari luar. Oleh karena itulah dia yakin, kristal yang bercahaya itu pasti diakibat­kan oleh pancaran suatu sinar yang keluar dari tabung ter­sebut. Sinar yang tidak tam­pak mata tersebut kala itu belum dia ketahui namanya. Makanya dia lalu menyebut­nya sebagai sinar "X".
Tertarik akan fenomena si­nar ini, Rontgen kemudian mengambil kertas, yang lalu diletakkan berdiri di antara tabung dan kristal. Maksudnya untuk mengalang-alangi pancaran sinar yang diduga keluar dari tabung menuju kristal. Lagi-lagi dia heran, karena kristal itu masih tetap ber­cahaya. Karena pena­saran, diambilnyalah berganti-gantian buku setebal 1.000 halaman, kaleng, lalu kayu un­tuk menggantikan po­sisi kertas itu. Kristal pun masih bercahaya. Ini berarti sinar "X" itu da­pat menembus benda-benda itu. Dia lalu menggeser letak kristal itu sedikit demi sedikit. Ternyata sampai dengan jarak 2 m dari tabung, kristal itu pun masih menyala. Kemudi­an dia mencoba mengenakan tangannya sendiri pada sinar tersebut. Hasilnya benar-benar mengejutkan: Dengan bantuan film dia memperoleh gambar tulang tangan­nya. Sampai beberapa hari setelah itu, dia terus penasaran dan mengem­bangkan cara baru untuk memperbaiki penampilan gam­bar foto yang dihasilkan. Akhirnya, pada 22 Desember 1895, Rontgen memfoto tangan istrinya sendiri, Anna Bertha. Walhasil, gambar relief tulang tangan kiri istrinya terlihat dengan jelas.
Enam hari setelah itu, ront­gen menyerahkan makalah­nya kepada senat universitas, yang berisi tulisan tentang apa yang diamatinya. Walau dalam suasana liburan Natal, pegawai percetakan bekerja lembur untuk menggandakan makalah ini. Tiga hari kemu­dian disebarluaskan dalam Berbagai bahasa. Barulah pada 23 Januari 1896 Rontgen memberikan ceramah tentang penemuan­nya di hadapan para ilmu­wan. Seusai ceramah dilaku­an pula peragaan untuk pengambilan foto tangan Prof. Albert von Kolliker, seorang ahli anatomi. Hasilnya benar-­benar menakjubkan para peserta. Atas saran Prof. Kolliker, jenis sinar baru yang ditemu­kan oleh Rontgen itu diberi nama sinar rontgen. Berkat penemuannya, pada 10 De­sember 1901 Rontgen memper­oleh sertifikat dan medali penghargaan Hadiah Nobel. Dia adalah orang pertama yang menerima Hadiah Nobel di bidang fisika.

v Tidak Berijazah SMA
Wilhelm Conrad Rontgen lahir pada 27 Maret 1845 di kota Lennep, Jerman. Dia anak tunggal dari pasangan pedagang kaya raya, Fried­rich Conrad Rontgen dan Charlotte Constanze. Tiga ta­hun setelah kelahiran Wilhelm, nama kecilnya, keluarga ini pindah ke Belanda. Di Kota Apeldoorn dan Utrecht, Wil­helm mulai bersekolah. Dia memperoleh nilai bagus, na­mun tidak diperkenankan me­nempuh ujian Abitur, semacam ujian akhir sekolah me­nengah atas. Alasannya sepele, gara-gara karikatur. Pada saat itu salah satu teman Wilhelm membuat karikatur tentang gurunya dan menempelkan­nya di ruang kelas. Konon, gurunya tersinggung, dan Wilhelm yang diduga sebagai pelakunya. Karena Wilhelm tidak mau mengatakan keja­dian sesungguhnya, maka se­bagai hukumannya dia tidak boleh ikut ujian akhir. Otornatis dia tidak memiliki ijazah SMTA.
Akhirnya, Wilhelm keluar dari sekolah itu dan pindah ke sekolah swasta. Dasar apes, pada saat ujian, yang menguji ternyata guru itu lagi, sehing­ga dia tidak diluluskan dan tetap tidak memiliki ijazah Abitur.
Pada usia 20 tuhun, dia kuliah di Universitas Utrech selama dua tahun. Tetapi ka­rena tak mempunyai ijazah Abitur, dia pun tidak diperke­nankan mengikuti ujian se­mesteran. Kemudian Wilhelm pindah ke Kota Zurich, Swis. Di kota ini dia kuliah di politeknik bi­dang teknik mesin. Untunglah di perguruan tinggi ini, ijazah Abitur tidak dipersyaratkan. Pemuda Rontgen kemudian memasuki kuliah di Universi­tas Zurich. Itu pun berkat per­tolongan seorang profesor fi­sika bernama August Kundt. Atas bujukannya, Rontgen pindah ke jurusan fisika. Di universitas inilah Rontgen ber­hasil meraih gelar doktor pa­da 1869.
Pada 1872 dia menikah dengan Anna Bertha Ludwig. Pada tahun itu pula Prof. Kundt pindah kerja ke Wizrzburg, dari Rontgen ikut sebagai asisten­nya. Di Universitas Wurzburg, Rontgen ingin menempuh pro­gram habilitasi untuk meraih gelar profesor. Tetapi lagi-lagi karena tidak mengantungi ijazah Abitur, dia tidak men­dapat izin dan akhirnya pin­dah ke Austria. Di sanalah ia meraih gelar profesor.
Setelah beberapa kali ber­pindah-pindah sebagai profe­sor dari satu universitas ke universitas lain, baru sejak tahun 1888 Rontgen bekerja sebagai profesor di Universi­tas Wurzburg. Pada 1894 ia terpilih sebagai rektor, dan setahun kemudian berhasil menemukan sesuatu. yang bermanfaat bagi umat manusia. Rontgen dinobatkan sebagai warga kehormatan Oberbayern dan Wurzburg. Istrinya meninggal pada 1919, dan empat tahun berikutnya Rontgen pun meninggal di Munchen. Sayangnya, keluar­ga ini tidak dikaruniai anak. Mereka hanya memiliki anak angkat. Sampai akhir hidup­nya, Rontgen tidak bersedia penemuannya dipatenkan. Nama rontgen masih banyak dikenang. Berkali-kali gambar foto Rontgen menghiasi perangko, medali, dan uang logam. Tidak hanya di Jerman, melainkan juga di negara-ne­gara lain.

v Peringatan 100 tahun
Untuk memperingati 100 ta­hun ditemukannya sinar rontgen, di Kota Wurzburg sepan­jang tahun 1995 diselenggara­kan berbagai kegiatan. Misal­nya, pameran yang bertempat di Residen Wurzburg mulai 14 Februari 1995 - 19 November 1995. Menyuguhkan dokumen­-dokumen asli, foto, dan alat-­alat tua yang digunakan Rontgen saat itu.
Selain itu disajikan pula peralatan-peralatan lain yang menggambarkan perkembang­an pemakaian sinar rontgen baik di bidang kedokteran, astronomi, seni, dan kristalo­grafi. Di samping itu, ada 100 macam pertemuan ilmiah na­sional maupun internasional yang diselenggarakan oleh Universitas Wurzburg sepan­jang tahun lalu, yang berte­



makan sinar rontgen.
Kini sinar temuan Wilhelm telah berusia 100 tahun. Nama rontgen dikenal di mana-mana. Hampir setiap orang per­nah dirontgen. Selain untuk diagnosis dan terapi suatu penyakit, sinar itu digunakan pula dalam bi­dang astronomi, arkeologi, dan juga untuk pengenalan struk­tur kristal zat kimia (kristalo­grafi). Harus diakui, penemu­an Rontgen tersebut telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi umat ma­nusia. Bahkan mengilhami pe­nemuan-penemuan besar bi­dang fisika setelah itu, seperti penemuan sinar radioaktif oleh Henri Bacquerel, ahli fisika Prancis, (1896), dan pene­muan elektron oleh J.J. Thomp­son (1899).
Sampai saat ini sudah ter­catat 22 karya ilmiah yang berhasil menerima penghar­gaan Hadiah Nobel yang ber­kaitan dengan sinar ini. Tentu penerima pertama adalah Rontgen sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar