Jumat, 27 November 2009

Manfaat Sinar Rontgen

Revolusi bidang kedokteron
Di dalam sejarah ilmu pe­ngetahuan, barangkali hanya penemuan sinar rontgen inilah yang dalam waktu relatif singkat sudah tersebar, diakui, dan digunakan secara luas. Hanya beberapa minggu sete­lah penemuannya, pengambilan gambar dengan sinar ini telah dilakukan di berbagai tempat. Pemeriksaan paru-pa­ru, ginjal, dan rongga perut dengan bantuan sinar rontgen
Haah dilakukan di berbagai penjuru dunia, tidak lebih dari satu tahun setelah penemuannya. Gambar foto hasil pemeriksaan tersebut sudah dapat membantu pengenalan penya­kit TBC secara dini beserta penilaian proses penyembuh­annya. Begitu pula dengan kasus patah tulang, yang da­pat diketahui tanpa harus membelah daging yang mem­bungkusnya.
Sepuluh tahun berikutnya mulai dikembangkan pemakai­an zat kontras. Sampai sekarang kita masih mengenal zat kontras ini, yaitu zat yang ber­warna putih yang dibuat adonan seperti susu dan diminum­kan pada pasien sebelum di­rontgen. Tujuannya, agar gam­bar foto yang dihasilkan tam­pak lebih jelas. Pada tahun 1927 zat kontras ini malah ber­hasil digunakan untuk peng­ambilan gambar foto pembu­Iuh otak pada orang yang ma­sih hidup. Cara ini pun sam­pai sekarang masih tetap di­gunakan, khususnya untuk diagnosis tukak dan tumor pada lambung usus 12 jari dan ginjal.
Berkembangnya teknik peng­olahan data dan komputerisa­si setelah itu, ternyata membawa dampak pasitif bagi perkembangan diagnosis dengan sinar rontgen.. Perkembangan besar-besaran terjadi pada 1972 dengan hadirnya compu­ter-tomograph (CT scan). Alat ini terdiri atas tiga bagian, ta­bung penghasil sinar rontgen, sistem detektor, dan komputer. Alat ini sangat canggih, kare­na dapat menampilkan secara langsung gambar bagian tu­buh yang dirontgen pada la­yar monitor komputer.
Kalau 20 tahun lalu diper­lukan beberapa menit untuk menampilkan gambar tersebut, tetapi kini hanya butuh waktu tidak sampai satu detik. Gam­bar yang dihasilkannya pun tidak lagi dua dimensi, mela­inkan tiga dimensi: Kehadiran CT scan sangat membantu diagnosis suatu penyakit, bah­kan terhadap penyakit yang sangat sulit seperti penyakit tumor pada otak, tulang, sen­di, hati, dan ginjal.
Selain untuk diagnosis pe­nyakit, sinar rontgen diman­faatkan pula untuk terapi. Bahkan sejak tahun 1903 su­dah diberitakan, sinar ini ber­manfaat untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Namun dilaporkan pula aki­bat-akibat negatifnya, seperti kulit menjadi merah, terbakar, rambut rontok sampai terjadi­nya mutasi gen pembawa sifat. ® (Drs. m. Yuwana. Apt. MS. dan dr. Bastiana, keduanya sedang atudi lanjut di Univezsitas Wunburg. Jerman)

v Seluk-Beluk Sinar Rontgen
Sinar yang ditemukan Rontgen sebenarnya memerupakan sebuah gelombang elektromagnetik. Panjang gelombangnya 1/10.000 kali panjang gelombang sinar matahari. Kita tidak dapat melihat sinar ini, tetapi dapat menembus benda, misalnya kertas, kayu, bahkan logam. Kristal tertentu seperti seng sulfida (ZnS) atau barium platinsianat dapat bercahaya (fluo-resensi) bila terkena sinar itu.
Untuk memperoleh sinar rontgen diperlukan seperangkat peralatan seperti alat penghasil panas dan aliran listrik tegangan tinggi (transformator), tabung penghasil sinar - atau disebut juga tabung rontgen - dan lembar film untuk pengamatan hasilnya. Tabung rontgen terdiri atas silinder gelas hampa udara berisikan kawat pijar sebagai kutub negatif dan lempeng wolfram sebagai kutub positif. Masing-masing kutub bertindak sebagai katoda dan anoda, mirip bola lampu pijar. Jika tabung dialiri listrik, pada kawat pijar terjadi panas sampai mencapai suhu di atas 2.000°C, dan keluarlah partikel-partikel elektron darinya menuju kutub positif. Apabila di antara kutub negatif dan positif diberi beda aliran listrik tegangan tinggi, ribuan elektron tersebut bergerak sangat cepat, dan membentur lempeng kutub positif. Pada proses ini terjadi perubahan energi, 99% energi diubah dalam bentuk panas dan 1% dalam bentuk sinar tidak tampak, yakni sinar rontgen.
Sama halnya dengan sinar matahari, sinar rontgen dapat juga menghitamkan kertas film karena dapat mengubah ion perak dalam kertas film menjadi logam perak yang berwarna hitam. Bedanya, sinar matahari merupakan sinar tampak mata, sedangkan sinar rontgen tidak. Selain itu, dibandingkan dengan sinar matahari daya tembusnya jauh lebih besar, tergantung pada besarnya tegangan listrik yang digunakan. Apabila dilewatkan tubuh kita, massa padatan, misalnya tulang, lebih banyak menyerap sinar tersebut dibandingkan dengan massa setengah padat, cair, dan gas seperti darah, daging, dan rongga-rongga udara. Perbedaan daya serapan ini memberikan gambaran yang berbeda pada kertas film.
Kalau kita sedang dirontgen, misalnya untuk pemeriksaan paru-paru, tegangan listrik atau dosis serapan sudah diatur begitu rupa. Dalam sekian detik saja, sinar tersebut sudah menembus dada. Yang dapat diamati hanyalah hasilnya pada lembar film setelah dicuci. Jika tidak ada kelainan, di situ terlihat gambar terang (opaque) dari tulang-tulang rusuk dan massa padatan lainnya. Gambaran paru-parunya sendiri didominasi warna gelap. Ini bisa dimengerti karena paru-paru sebagai organ pernapasan sebagian besar berisi udara, yang tidak banyak menyerap sinar rontgen. Karena itu sinar ini lebih banyak jatuh pada kertas film, sehingga menjadi hitam atau gelap pada daerah paru-paru.
Lain halnya pada penderita TBC misalnya, gambaran pa­ru-parunya akan tampak lain, seperti adanya bercak-bercak terang. Dengan prinsip ini, sinar rontgen banyak digunakan untuk diagnosis berbagai penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar