Sabtu, 28 November 2009

Penderita Rapuh Tulang 2

Sutijah, Ibu Solikin:
Perasaan saya terasa teriris ketika melihat penderitaan anak saya. Ia tumbuh tidak seperti anak lainnya. Saya mengerti perasaannya yang terkadang minder dengan teman-temannya. Mungkin ini takdir bagi keluarga kami. Penyakit itu telah merenggut anak-anak saya. Saya hanya bisa berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya.
Jika malam hari, Solikin kerap mengeluh sakit di sekujur badannya. Bahkan jika rasa sakit itu makin luar biasa, Solikin sering minta mati saja. Semoga ada pihak yang mau membantu meringankan penderitaan sekaligus mengembalikan keceriaan anak saya.

v Pengobatan Buah Hatinya
“Jangankan untuk berobat ke rumah sakit, untuk perban saja saya menggunakan kain bekas," terang Sutijah yang tercatat sebagai penerima BLT (Bantuan Langsung Tunai). Yang bisa ia lakukan saat ini untuk Solikin adalah mengantarnya ke sekolah. Dengan bersepeda, Sutijah membonceng Solikin melewati jalanan desa yang tidak beraspal. "Mudah-mudahan anak saya bisa sembuh dan bisa pandai seperti teman-temannya.

v Bisa Berakibat Kematian
Berbagai pihak ikut prihatin dengan penyakit yang diderita Solikin. Salah satunya ada yang memberi bantuan kursi roda. Tapi sayang, jalan tak beraspal yang harus dilalui Solikin, tidak memungkinkan ia naik kursi roda. Dari pihak sekolah sendiri, mereka sudah memberikan perhatian yang khusus kepadanya. Pihak SD I Kutuk Kudus membebaskan semua biaya sekolah bagi Solikin. Malah semua keperluan sekolahnya disediakan oleh sekolah. Pihak sekolah juga sangat menyayangkan dengan keadaan Solikin. Sebab, ia anak yang rajin dan pandai serta cerdas.
Menurut wali kelas tiga SD 1 Kutuk, Sunardi (59) bahwa Solikin sebenarnya mempunyai kecerdasan yang tinggi. Bidang studi yang menonjol adalah matematika dan menggambar. Bahkan, tahun lalu Solikin berhasil menjadi peringkat dua di kelasnya. "Ia anak yang cerdas, semua temannya sangat menyukainya," ujarnya. "Kasihan dia memang sangat membutuhkan pertolongan," lanjut Sunardi.

v Belum Ada Obatnya
Lalu, mungkinkah Solikin tetap akan tersiksa dengan penyakitnya itu? Tentu semua pihak, khususnya ibunya berharap sebaliknya. Namun apa boleh buat, penyakit yang diderita Solikin memang parah. Menurut dr Bambang Sutedja SpB SP OT FICS, dokter spesialis bedah tulang RSUP Kariadi Semarang, Solikin menderita penyakit oesteogenesis imperecta (rapuh tulang sejak lahir). Penyakit ini sampai sekarang belum ada obatnya dan bisa merengggut nyawa si penderita. "Risiko kematian sangat tinggi," katanya di RSUP Kariadi, Semarang.
Dr Bambang menambahkan, penyakit rapuh tulang ini terdiri dari tiga tipe. Pertama, karegori berat, seperti kasus bayi yang meninggal dalam kandungan karena seluruh tulangnya remuk dan membentuk kantung tulang.
Kedua, kategori sedang, yakni bayi bisa lahir tetapi tidak akan berumur panjang, paling lama bayi tersebut bertahan tidak lebih dari usia empat minggu.
Ketiga adalah kategori ringan, yakni penderita dapat hidup sampai dewasa. Biasanya telah terjadi metabolisme kolagen dengan sendirinya dalam tubuh si penderita.
"Kasus rapuh tulang seperti ini sering terjadi dan berujung kematian," tegasnya. Akhirnya, Solikin dan ibunya berharap, ada orang yang bersedia membantu membiayai operasi Solikin sehingga ia bisa merajut cita-citanya untuk sekolah.
"Kami sangat berterima kasih jika ada yang membantu kami," ujarnva seraya menutup matanya yang berair.
Apa yang dialami Solikin adalah bentuk penyakit kongenital sejak lahir. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat kolagen (bahan dasar pembentuk tulang) dalam tubuh penderita. Faktor yang lebih dominan adalah faktor keturunan. Apalagi sejarah keluarganya juga ada yang menderita penyakit serupa
Pasien penderita rapuh tulang sangat mudah mengalami patah tulang. Jika digunakan untuk mengangkat beban yang yang agak berat, potensi patah tulang cukup tinggi. Selain itu risiko kematian sangat tinggi jika kadar kolagen sudah menipis, maka ketahahanan tulang-tulangnya akan melemah.

v Perhatikan Pertumbuhan Tulang Batita
Seringkali ibu-ibu kebingungan melihat kaki bayinya yangtidak seperti biasanya atau memiliki bentuk kaki yang agak berbeda dengan anak lain. Mereka pun lantas berpikir, jangan-jangan kaki bayinya tidak normal.
Perlu diketahui sendi-sendi pada bayi memang masih sangat lentur. Karenanya seringkali terkesan bisa menekuk ke segala arah. Ini disebabkan karena ligament-ligamennya, yaitu pengikat yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya masih sangat lentur. Akibat sendi yang masih lentur ini tak jarang kita dibingungkan dengan kondisi kaki si kecil yang tampak seperti tidak normal, misalnya terlihat tertekuk atau terlipat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar