Sabtu, 28 November 2009

Pencipta Syair-Syair kesenangan Rasulullah

Umar Ibnu Faridh, Sufi dari Mesir

Pencipta Syair-Syair kesenangan Rasulullah


Selama 15 tahun. Umar ibnu Faridh belajar ilmu tasawuf di beberapa ulama di Makkah dan Madinah sehingga dirinya menjadi seorang sufi yang terkenal dan sebagai penyair ulung pertama dari Mesir. Bahkan karena begitu indahnya syair yang ia ciptakan, membuat dirinya bisa bertemu dengan Rasulullah, bahkan nabi SAW senang dengan syairnya. Kendati semuanya terjadi dalam mimpi. Bukankah dalam sebuah hadits disebutkan bahwa syetan tidak akan bisa menyerupai diri Rasulullah Saw. Artinya, jika seseorang bermimpi ketemu Rasulullah Saw, itu adalah mimpi yang dijamin kebenarannya.
Salah seorang tokoh sufi yang ternama dan sekaligus seorang penyair terkenal dari Mesir adalah Ibnu Faridh. Ia mempunyai nama lengkap Abu Hafidz Abul Qasim Umar bin Abul Hasan Ali bin al Mursyid bin Ali. Ia mendapat gelar Umar Ibnu Faridh. Laki-laki berbadan tegap ini dilahirkan di kota Kairo pada 576 H. Sedangkan ayahnya berasal dari Suria yang pindah ke Mesir dan akhimya menetap di sana.
Umar Ibnu Faridh adalah seorang keturunan Arab pertama dari kalangan sufi, yang bangkit sebagai penyair ketuhanan yang terbesar. Di antara syair-syairnya ada syair indah yang pernah ditulisnya dan judulnya ketika bermimpi bertemu Rasulullah. Dalam mimpinya itu, Rasulullah minta agar syair-syair itu dikasih judul Nazm al Suluk.
Sayangnya, tidak ada catatan ialam sejarah para sufi yang bisa menerangkan tentang kehidupan dan pendidikan yang Umar tempuh, sampai dapat mengantarkan dia menjadi seorang sufi, sekaligus seorang penyair yang karya-karya syairnya, yang banyak menggambarkan kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya.
Ketika masih kecil Umar tinggal di Kairo. Umar Ibnu Farid sering tinggal di sekitar Jabal Mukattam, untuk belajar Alquran dan belajar ilmu Fiqih. Ayahnya seorang pejabat kehakiman yang membuat dirinya sering diajak ayahnya pergi ke kantor pengadilan, untuk menyaksikan jalannya penetapan hukum.

v Penyair Ketuhanan
Setelah mendalami dasar-dasar agama selama tinggal di Mesir, kemudian Umar meneruskan usahanya untuk mendalami ilmu-ilmu agama dengan mengembara .ke beberapa .ulama selama 15 tahun, ke kota Makkah dan Madinah. Selama hidup di kedua kota itu, Umar Faridh sering menyepi dan menekuni ajaran tasawuf. Dia belajar demikian, memang karena tumbuh dalam jiwa seninya yang tinggi sebagai penyair. Sehingga, dia. termasuk salah seorang Arab pertama di kalangan para sufi yang bangkit sebagai penyair ketuhanan yang paling besar.
Sebagai seorang sufi Ibnu Farid melaksanakan hidup zuhud, wara, dan selalu menggunakan hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ternyata, dengan kehidupan zuhud dan mendekatkan diri kepada Allah dapat menumbuhkan jiwa seni dan memiliki daya cipta yang luar biasa dalam susunan kata dan kalimat-kalimat yang dapat membentuk sajak indah, yang menggambarkan kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya, sebagaimana syairnya pernah dia tulis.
"Setiap anggota badanku melihatnya. Meski setiap zat yang lembut, jernih, dan bahagia.
Dalam nada kecapi dan seruling berbaur getar. Dan dalam padang rumput rusa yang hijau. Dalam kesejukan senja dan sinar fajar pagi. Dan, dalam hujan berkabut di hamparan bunga. Dan ketika angin sepoi-sepoi menyingkap jubahnya. Lembut menyabar wangi mawar semerbak menyibak..

v Panggung Sandiwara
Syair-syair Ibnu Faridh itu lahir dari lautan ilham yang suci, dari seorang hamba yang mempunyai hati dan jiwa yang bersih dan bening sepanjang siang, dan malam penuh zikir kepada Allah SWT. cinta Ibnu Faridh kepada Tuhan membuat ia lupa kepada dunia dan alam ini dianggapnya sebagai permainan dan panggung sandiwara. Syair-syairnya adalah pancaran rohani yang bergejolak oleh riyadah dan Mujahadah memantapkan kecin-taan abadi kepada Allah.
Umar Ibnu Faridh mempunyai kecerdasan yang luar biasa dalam menulis syair, salah satunya syair yang indah, dan cukup panjang dengan jumlah 756 baris. Uniknya dengan persesuaian bunyi suka kata akhir pada huruf T. Syair judulnya beberapa kali berupa pertama berjudul Anfas al Jinan. Kemudian diganti menjadi Nafais al Jinan, dan diganti lagi dengan judul Lawaih al Jinan, dan diganti lagi dengan Rawaih al Jinan, akhirnya dia bermimpi bertemu Rasulullah dan mendapat judul Nazm al Suluk.
Dan, syair lain yang cukup mengagumkan adalah yang berjudul Ak Kham-riyah yang suku kata akhirnya huruf "M", isi syair ini mengenai keasyikan hubungan kasih antara hamba dan Allah, Ibnu Faridh meninggal dunia .di Kairo tahun 632 H.

1 komentar:

  1. karangan-karangan ibnu Farid apa aja ya, ? bisa minta di link PDF nya, mungkin saya bisa download

    BalasHapus