Ubah Batu Jadi Emas
Ketika siang, budak itu rajln bekerja. Di malam hari, ia tak pernah ada di rumah majikannya. Rupanya ia pergi ke padang pasir dan salat malam sampai pagi. Subhanallah, berkat kesalehan itu, ia sanggup ubah batu jadi emas.
Abdul Wahid mempunyai seorang hamba (budak) yang taat dan senantiasa melakukan pekerjaan dengan tekun. Namun, Abdul Wahid merasa heran dengan perilaku budaknya. Sebab, ketika siang hari ia bekerja dengan tekun. Namun saat malam tiba, ia tidak ada di rumah. Pada waktu pagi hamba tersebut telah berada kembali di dalam rumah dan menyerahkan satu keping uang dirham.
Abdul Wahid pun bertanya kepada budaknya:
"Kemana engkau pergi ketika malam hari?”
Bukannya menjawab, budak itu justru mengajukan syarat kepada Abdul Wahid:
"Saya akan memberi kepada tuan setiap hari satu keping uang dirham asalkan tuan jangan bertanya kemana saya pergi."
v Mengikuti Budaknya
Mendapat jawaban itu, Abdul Wahid tetap penasaran. Suatu malam setelah salat Isya, ia mengawasi perilaku hamba sahayanya itu. Ia kaget, begitu melihat hambanya menuju ke pintu hanya dengan menunjukkan jarinya saja pada pintu tersebut, lalu pintu tersebut terbuka dengan sendirinya.
Dengan sejuta rasa penasaran, ia terus mengikuti ke mana budaknya pergi. Hingga akhirnya sampai di suatu padang pasir. Subhanailah, dalam dinginnya malam yang menusuk tulang di tengah hamparan pasir, budak itu bersujud (salat malam) hingga terbit fajar. Setelah selesai salat, ia lalu menengadahkan tangan ke langit dan berdoa kepada yang Mahakuasa dengan berkata:
"Wahai Tuhanku, berilah upah kepada tuanku yang kecil."
Selesai ia berdoa jatuhlah sekeping uang dirham dari langit. Karena hari sudah terang, Abdul Wahid mencari air di sekitarnya untuk berwudu dan menunaikan salat Subuh. Saat ia berdoa dia berjanji akan memerdekakan hambanya karena hamba yang saleh sepertinya tidak seharusnya menghambakan diri kepada sesama manusia.
Selesai berdoa Abdul Wahid mencari hambanya tetapi tidak menemukannya. Dia telah menghilang. Abdul Wahid mencoba mencari di sekitar tempat itu, tetapi tidak menemukannya. Dengan perasaan cemas dan menyesal atas tindakannya tiba-tiba dia melihat bayang-bayang dari jauh orang berkuda sedang menuju ke arah dirinya.
"Jauh rumah kamu dangan tempat ini?" tanya orang berkuda tersebut.
"Saya tidak tahu," jawab Abdul Wahid.
"Jaraknya adalah dua tahun perjalanan dengan kuda yang berlari dengan cepat," kata orang berkuda.
Abdul Wahid terkejut dengan kata-kata orang berkuda tadi. Ia mulai mengingat lagi. Menurutnya, ia hanya beberapa menit saja mengikuti hamba sahaya tersebut.
v Batu Jadi Emas
Setelah itu, Abdul Wahid bertemu dengan budaknya. Lantas budak itu berkata,
"Janganlah tuan mengulangi lagi perbuatan ini dan tunggulah di sini sehingga saya selesai salat."
Setelah selesai, hambanya dan Abdul Wahid berjalan dengan cepat. Tidak sampai beberapa menit, mereka telah tiba di depan rumah Abdul Wahid. Hambanya bertanya kepada Abdul Wahid:
"Betulkah tuan akan memerdekakan saya karena Allah?"
, Memang betul engkau akan aku merdekakakan hanya karena Allah setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri atas ketinggian martabatmu di sisi-Nya. Dijawab demikian, budak itu memberi sebuah batu kepada Abdul Wahid. Lalu Abdul Wahid mcengambil batu tersebut dan dengan serta merta batu tersebut berganti menjadi sebongkah emas.
Keesokan harinya, saat Abdul Wahid sedang keluar sejenak, di rumahnya malah terjadi kericuhan. Anak perempuan Abdul Wahid memaki hambanya karena menyangka selama dua malam menghilang dari rumah sang budak membunuh ayahnya. Ia menuduh itu dikarenakan ayahnya mengintip perbuatan jahatnya menggali kuburan orang. Anak perempuan Abdul Wahid dengan perasaan marah telah mengambil sebongkah batu dan melemparnya ke arah hamba tersebut. Batu itu mengenai matanya, hamba itu lantas jatuh pingsan.
Setelah Abdul Wahid kembali ke rumahnya, seorang tetangga menceritakan apa yang sudah terjadi. Dengan perasaan marah Abdul Wahid mengambil pedang lalu memotong tangan anaknya sehingga putus. Abdul Wahid merasa kesal atas tuduhan anaknya, padahal anaknya tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Setelah tersadar dari pingsannya, hamba sahaya tersebut bangkit sambil berdoa kepada Allah supaya memulihkan kembali penglihatannya. Setelah berdoa, matanya kembali sembuh seperti sedia kala. tidak hanya itu, ia segera mengambil tangan anak Abdul Wahid yang putus lalu menyambungnya seraya membaca sesuatu.
Tidak lama kemudian tangan anak Abdul Wahid kembali pulih seperti sedia kala. Budak itu terus meminta diri dan berlalu dari rumah Abdul Wahid.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar