Sabtu, 28 November 2009

Pembunuh Kejam Mati Digigit Ular

Pembunuh Kejam Mati Digigit Ular


Allah mendengarkan doa orang yang teraniaya
Abdul Karim Zaidan pernah bercerita bahwa pada suatu musim panen di sebuah desa di Iraq, keluarlah orang-orang miskin menuju ke perkebunan mencari pekerjaan memetik buah-buahan. Dari usaha ini mereka mengharapkan upah yang akan dipergunakan untuk membeli makanan sehari-hari.
Di tengah-tengah kebun ada seorang anak laki-laki yang masih kecil belum mencapai usia balig (dewasa). Anak itu melihat gandum berserakan di tanah. Di-pilihnya gandum yang berserakan itu, lalu dimasukkannya ke dalam karung, kemudian pulanglah ia memikul karung itu. Dalam hatinya terbayanglah kegembiraan ibunya menerima itu karena telah beberapa waktu mereka berutang bahan makanan lantaran kemiskinan yang dialaminya. Tiba-tiba dari kejauhan kelihatan seseorang memacu kudanya yang sangat cepat ke arahnya.
Timbul cemas dan ketakutan mengalir dengan cepat ke seluruh urat nadinya bagaikan darah yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Ternyata dia adalah si pemilik kebun. Ketika pemilik kebun ini melihat anak kecil itu membawa gandum keluar dari dari kebunnya. Direnggutnya gandum dari anak kecil itu. Gandum bertaburan di atas tanah dan anak kecil itu tidak diberikannya kesempatan untuk memilikinya kembali. Bahkan dengan beringas, dibunuhnya anak kecil itu. Setelah itu, pemilik kebun meninggalkan anak kecil itu terkapar berlumuran darah. Pemilik kebun itu pergi seakan-akan baru saja membunuh seekor ayam. Apalah artinya seekor ayam bagi orang kaya seperti dia.
Ketika janda miskin tahu keadaan yang menimpa anaknya, sambil menangis ia berlari menuju ke tempat itu. Dilihatnya anaknya telah mati berlumuran darah. Janda itu menjerit sekuat-kuatnya, melepaskan rasa duka yang menimpanya atas kematian anak satu-satunya, teman hidup dan tumpuan harapannya untuk masa depan.
Tak seorang pun jadi tempat mengadukan musibah yang menimpa dirinya. Tak seorang pun bisa jadi tempat membagi duka nestapa yang menimpanya. Pelan-pelan di angkatnya kedua tangan dan matanya menengadah ke langit. Sambil menangis dengan suara yang terputus-putus, dia memohon kepada Allah agar menghukum orang yang telah melakukan kekejaman kepada anaknya itu. Setelah itu ia membawa anaknya, dimandikan dan disalatkan, serta dimakamkannya dengan baik.
Sementara ibu yang teraniaya itu sibuk dengan malapetaka yang menimpa dirinya, lelaki yang membunuh anaknya beserta kerabatnya kini melihat dengan jelas, di depan mereka tampak seekor ular yang amat besar menuju moreka. Mereka menyangka benda itu akan membelok setelah sampai di dekat rumahnya. Akan tetapi dengan cepat benda itu masuk ke rumahnya.
Ular itu langsung menuju laki-laki pembunuh itu yang be-rada di tengah-tengah mereka. Orang-orang yang ada di sekitarnya langsung berlarian. Mereka tak dapat berbuat apa-apa lagi dan tak dapat pula membunuh ular tersebut.
Ular itu langsung membelit laki-laki pembunuh anak kecil itu dan menggigitnya dengan gigi dan lidah yang berbisa. Laki-laki tersebut menjerit kesakitan. Ular tersebut merobek-robek tubuhnya. Setelah itu, ular berlalu tanpa menyakiti orang yang berada di sekitarnya. Orang yang digigitnya itu langsung mati seketika. Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu keheranan tak mengerti, mengapa ular tersebut hanya menggigit Tuan yang kejam itu, padahal ada orang lain di dekatnya. Orang-orang jadi bertanya, menyelidiki dan mengira-ngira sebab peristiwa itu.
"Mengapa ular itu tidak memangsa kita semua," ujar teman-teman si pembunuh itu keheranan.
Akhirnya terbukalah hakikat peristiwa itu. Seorang hakim di negeri itu menceritakan bahwa seorang janda miskin yang teraniaya telah didengar dan dikabulkan doanya oleh Allah dengan segera.
Peristiwa itu menjadi pelajaran yang positif bagi orang-orang yang teraniaya dan menjadi peringatan bagi manusia lainnya agar tidak melakukan perbuatan zalim. Dan juga sebagai pelajaran, bahwa kalau Allah mengabulkan doa orang yang teraniaya. Hanya saja bagi setiap sesuatu ada ajalnya dan bagi setiap pekerjaan ada perhitungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar