Minggu, 29 November 2009

Pala, sumber keserakahan Belanda 1

Pala pernah disalahgunakan sebagai narkotik. Untung ada akibat sampingan yang tidak menyenangkan. Ia tidak jadi disalahgunakan, tapi tetap saja membius orang yang salah pakai.
Seorang pembaca Intisari dari Glenmore, ibu Sumandari, melayangkan surat ke Redaksi. Ia tidak begitu mengerti, mengapa pala manis yang pernah dirasakannya di Bogor itu disukai orang, padahal kudapan itu membuat orang mabuk, pusing dan telmi (telat mikir).
Seorang pembaca lain dari Forus, Norwegia, lbu Liza Osmundsen, juga tidak begitu mengerti mengapa hanya Kota Jakarta dan Bogor saja yang menjual manisan pala basah segar. Sedangkan di kota lain, manisan pala dijual kering, dibentuk seperti sukulen hijau, atau kipas merah jingga yang penuh ditaburi gula pasir.

v Supaya bangun
Membaca surat-surat itu saya teringat kembali anak belasan tahun yang menjajakan manisan pala di kereta listrik Jakarta - Bogor. "Prawan manis, prawan manis,” teriaknya dengan bahasa Indonesia yang salah.
Bapak-bapak yang duduk di depan saya bangun dari tidur lelapnya. "Ini 'kan pala, Jang! Kenapa bilang prawan manis?” tanya seorang bapak berlogat Sunda, tiba-tiba. Sejak tadi ia tidak tidur, tapi berdiri di gang gerbong. "Abis! Kalo cuman ditawarin pala manis, ngantuk jawab penjaja itu seraya berlalu, "Prawan manis! Prawan manis!" Anak itu akan berteriak kalau para penumpang ngantuk terus. Tapi ia akan


Pohon pala yang sedang berbuah
menyanjung pembeli sebagai juragan, kalau sudah mengeluarkan duit. Pala manis yang dijajakan itu memang mampu menggugah orang ngantuk. Rebusan daging buah dalam larutan gula itu mengandung minyak asiri myristicin. Asam-asam manis agak pedas dan sepet rasanya. Sungguh mengesankan. Kalau dikunyah, kehangatan yang timbul dalam rongga mulut membuat orang melek.
Karena manisan yang masih basah itu tidak tahan lama, ia terpaksa dijajakan di daerah yang dekat dengan rumah perajinnya saja. Bogor dan Jakarta. Dalam waktu sehari sudah harus terjual semua. Jadi tidak ada yang sempat busuk.
Agar dapat disimpan lebih lama, manisan itu ada yang dikeringkan dan ditaburi gula pasir. Lalu bisa dijajakan ke kota-kota besar lain yang lebih jauh, dalam stoples tertutup, di toko oleh-oleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar