Teh sebagai minuman penyegar sudah dikenal lama. Tetapi berbagai penelitian memaparkan teh bisa membantu menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, bahkan mencegah kanker.
Minum teh telah menjadi semacam "ritus" setidaknya di kalangan masyarakat Jawa. Kalau belum minum teh serasa belum pas. Pagi sebelum para anggota keluarga beraktivitas, teh nasgitel (panas, manis, dan kental) sudah tersaji di atas meja. Teh yang menyegarkan ini akan terhidang lagi di sore hari. Cuma kali ini biasanya ditemani nyamikan alias makanan kecil sebangsa singkong rebus, pisang goreng, atau jadah goreng.
Budaya minum teh tak cuma dikenal di masyarakat Jawa khususnya atau Indonesia pada umumnya. Di Jepang malah dikenal upacara minum teh yang lebih rumit dan dikenal dengan sado. Upacara ini berakar pada ajaran Zen Buddha sebagai perwujdan dari berkat yang diterima sehari-hari. Kini kebiasaan itu menjadi semacam tradisi untuk menghormati tamu.
Upacara ini diadakan di tea house, cha-shitsu, sebuah ruangan khusus. Upacara ini dijalankan dengan tata krama yang khas dan standar baku. Para tamu duduk dengan lutut di bawah. Sementara tuan rumah menempatkan diri di depan mereka. Di situ sudah tersedia berbagai peralatan: mangkuk untuk air buangan, sendok dari bambu, tempat teh, dan lainnya. Sebagian besar dari alat-alat ini dibersihkan dengan kain sutra. Bila tamu menginginkan minuman yang manis, tuan rumah segera mengambil gelas, memberi bubuk teh dengan air panas dalam mangkuk, lalu dengan hati-hati memutar mangkuk hingga akan terbentuk hiasan di salah satu mukanya. Acara minum teh ini biasanya berlangsung satu setengah jam. Jika dengan makanan kecil, diperlukan waktu lebih lama lagi, 3 - 4 jam. Hakikat dari seni minum teh ini ialah setiap pertemuan antar manusia mempunyai makna yang khusus. Pada biasanya tuan rumah memutuskan peristiwa-peristiwa apa yang akan dirayakan, dan peralatan teh macam apa yang akan dipilih. Saat tetamu datang dan merayakan bersama, maka tercipta hubungan yang erat di antara mereka. Sebuah mikrokosmos dalam lingkaran makrokosmos.
Tetapi ngomong-ngomong, tradisi minum teh itu sebenamya berasal dari daratan Asia, dan kemudian dilakukam di Jepang selama masa Kamakura (1192 - 1333) oleh pengikut Zen. Tujuannya agar mereka tetap terjaga selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen. Selama ahad ke-15 hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal.
Teh yang kita kenal berasal dari dedaunan muda dan pucuk daun tanaman teh Camellia sinensis. Dua varietas utama yang populer adalah teh berdaun kecil asal Cina, Camellia sinensis sinensis, dan teh berdaun lebar asal Assam, India, C. sinensis assamica.
Menurut legenda, teh sudah dikenal di Cina sekitar tahun 2700 SM sebagai minuman kesehatan dengan merebus daunnya di air mendidih: Publikasi pertama cara penanaman, pemrosesan, dan cara mengkonsumsi muncul pada tahun 350 M. Sekitar tahun 800 M benih pertama teh mulai masuk ke Jepang.
Teh dipilah-pilah berdasar asalnya sehingga dikenal teh Cina, Sri Lanka, Jepang, Indonesia, atau Afrika. Tapi penggolongan yang paling penting adalah berdasarkan pemrosesannya. Dalam hal ini dikenal tiga kelompok. Teh fermentasi (hitam), nonfermentasi (hijau), dan semifermentasi (pouchong). Teh hijau banyak dihasilkan dari teh asal Cina dan umumnya ditanam di Jepang, Cina, Malaysia, dan Indonesia. Teh hanya berisi empat kalori per gelas bila dikonsumsi tanpa bahan tambahan lain. Di dalamnya terkandung vitamin B-kompleks, termasuk B, dan asam nikotin. Rasa teh dihasilkan oleh minyak volatil dan astrigency. Sementara warnanya oleh tanin. Astringency dan perkembangan rasa meningkat semakin lama.
v Pelangsing
Dari sekadar minuman penyegar, khasiat teh pun berkembang ke mana-mana, seperti pelangsing tubuh dan mencegah berbagai penyakit. Teh pelangsing yang marak di pasaran umumnya berupa campuran daun teh Theae folium dan bahan tambahan berupa empat macam bahan tradisional. Dengan perbandingan Theae folium 80% dan ekstrak bahan tambahan 20% yang meliputi kayu rapat, adas, jati belanda, dan temu giring. Ada lagi yang menambahkan akar wangi, akar alang-alang, dan lainnya. Teh pelangsing sering disebut-sebut bisa mengurangi lemak dalam tubuh.
Sayang sekali semua itu hanya berdasarkan data empiris. "Secara laboratoris teh pelangsing memang belum diketahui kandungan unsur-unsur di dalamnya," ujar Dr. Budiono Santosa, M.D., Ph.D., dari Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat, Universitas Gadjah Mada. Meski belum jelas kandungan zatnya, sejumlah literatur dan pengalaman orang menunjukkan adanya khasiat dari masing-masing bahan ramuan yang berkaitan dengan urusan pelangsingan tubuh. Bahan dasar teh pelangsing yang berupa tunas dan daun muda diketahui memiliki beberapa khasiat.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar