Jumat, 27 November 2009

Penyandang Paket Hemat

Mereka Menerima Pahe
Kalau nanti sampai tidak kuat lagi membiayai diri, lebih baik dokter suntik saya supaya tidur selamanya," demikian gurauan sedih yang keluar dari mulut Pak Alfred (52), pasien cuci darah yang sudah putus asa memikirkan biaya pengobatan yang harus dipikulnya.
Ia sudah enam tahun menderita gagal ginjal gara-gara terlalu banyak minum obat gout rematik. Sebelum Januari 1998, pegawai negeri golongan II ini tidak pernah memikirkan biaya cuci darah karena semuanya ditanggung PT Askes. Kini pria asal Irian Jaya yang terpaksa aipindahkan ke Jakarta ini harus menjalani cuci darah di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dua kali seminggu. Istrinya yang juga pegawai negeri masih tinggal di Irian bersama seorang anaknya. Di Jakarta Alfred mengontrak sebuah rumah dengan dua kamar tidur, yang dibayarnya Rp 1,5 juta/tahun, bersama seorang anaknya. Untuk makan ia memesan lauk pauk yang diatur gizinya seharga Rp 4.000/hari. Alhasil, gaji yang diterima hanya cukup untuk membiayai dirinya bersama anaknya.
Akibat krisis moneter, Alfred harus membayar tambahan biaya Rp 80.000,- yang bisa diangsur, bila harus menggunakan ginjal buatan baru. Beban baru ini tentu menambah penderitaannya. Sebab itu RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo mencari alternatif lain dengan menerapkan sistem pemakaian ulang untuk meringankan penderitaannya dan pa­sien senasib lainnya. Ini salah satu paket hemat yang cukup menolong pasien.
"Walaupun kelihatannya ringan, toh masih berat buat kami, para pegawai negeri yang gajinya kecil," kata istri penderita lain, Taslim Hidayat (48) yang sudah sembilan tahun mondar-mandir cuci darah. Sementara ketiga putra-putrinya masih memerlukan biaya sekolah. Usaha kecil-kecilan sang istri pun sedang macet.
Beruntung, Taslim, yang diduga menderita gagal ginjal gara-gara obat tekanan darah tinggi, bisa bertahan sampai sembilan tahun. Ini tak lain karena semangat hidupnya serta dukungan dari keluarga. "Kami upayakan keluarga tetap harmonis, hidup disiplin, tetap bersemangat, dan makan sesuai anjuran dokter," kata istrinya. Misalnya, sehari hanya diperbolehkan minum air 500 - 1.000 cc. Itu sudah termasuk makanan berair macam buah-buahan dan kuah sayur. Makanan yang mengandung kalium tinggi seperti pisang ambon tidak dianjurkan. Sebaliknya, ma­kanan yang mengandung protein tinggi, seperti produk hewani, amat bermanfaat. Dalam satu minggu be­rat badan tidak boleh naik lebih dari 2,5 kg. "Yang penting kami berupaya agar dia merasa dirinya tidak sakit atau tidak terlalu membatasi makanan kesukaannya supaya daya tahan tubuh bisa tetap dipertahankan dan kadar Hb tetap baik," tambahnya.
"Suami saya semula menjalani cuci darah di rumah sakit swasta. Di sana walaupun kami menerima bantuan dari Askes dan menggu­nakan alat ginjal buatan ulangan, tetap terasa berat karena harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Ternyata sekarang di sini pun kami harus mengeluarkan biaya," keluh istri penderita lain.
Soal perbedaan menggunakan alat ginjal baru dan ulangan, semua mengeluh, badannya tidak sesegar kalau digunakan alat baru. Badan masih terasa pegal-pegal. "Tapi apa boleh buat, dari pada tidak sama sekali," kata mereka.
Pak Hadi (50), ayah empat anak, yang sudah delapan bulan men­jalani cuci ginjal menyesalkan pemberitahuan biaya tambahan ini ti­dak dilakukan oleh PT Askes sendiri, "Kalau orang dari Askes memberitahukan secara resmi bahwa dana yang diberikan tidak bisa ditambah, mungkin kami lebih bisa terima," katanya. Jangan mendadak begini sehingga membuat para penderita semakin stres. "Mengapa plafon dana yang diberikan oleh Askes tidak dinaikkan, supaya kami tidak dibebani seperti ini," tambah penderita lainnya.
Mudah-mudahan suara hati mereka bisa didengar para pengambil keputusan.



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar