Kamis, 26 November 2009

menopause pria Lebih Awal

menopause pria Lebih Awal
Periode „menopause pria" ti­ba 10 tahun lebih awal daripada wanita. Kaum wanita mengalami ma­sa menopause tersebut 10 ta­hun lebih tua. Menurut psy­cholog Levinson perubahan jiwa pada pria pada usia ini memang normal. Pokoknya mereka tidak dapat hidup seperti sediakala. Pada usia antara 35 dan 45 tahun seorang pria dapat hi­dup bahagia dalam pekerjaan dan keluarganya. Namun ma­sa ini juga masa yang berba­haya. Banyak yang tiba-tiba berubah menjadi pemabuk, murung dan tambah gemuk. Andaikata se­belumnya sudah ada kesulitan seks gejala ini akan menjadi tambah parah sekarang.
Kesulitan yang paling hebat disebabkan karena seorang pria pada usia ini merasa tak dapat tambah dewasa lagi. Ia hanya merasa tambah tua. Se­telah umur 40 orang hanya menjadi tua dan mati. Kenya­taan bahwa orang sekali wak­tu harus meninggalkan dunia fana ini sukar untuk diterima. Menurut seorang “kelinci percobaan" berusia 44 tahun: “Sekarang saya lebih memper­hatikan iklan duka cita dalam koran yang sebaya dengan sa­ya.” Padahal selama orang masih umur tigapuluhan hal ini tidak begi­tu dihiraukan. Orang dewasa umumnya meninggal karena ke­celakaan. Namun banyak orang empat puluhan yang mening­gal tiba-tiba karena serangan jan­tung. Nanti 6 tahun lagi saya sudah 50 tahun."
Orang. sering mengatakan bahwa bagi pria “Life begins at forty", kehidupan mulai pa­da usia 40 tahun. Masa ini di­anggap sebagai masa semi, namun kesemian yang tidak ber­langsung lama. Sering orang menjadi panik.
Seorang buruh pabrik yang umurnya permulaan empatpu­luh, mengatakan: “Kalau orang, tambah tua, ia menjadi kesusu. Tahun-tahun seperti lewat se­cepat kilat. Padahal kita toh mau mencapai sesuatu dalam hidup ini.” Arti kehidupan ini sering dicari jauh dari tempat yang lazim. Yang paling ekstrim ia­lah suami yang tiba-tiba mening­galkan isteri dan anak-anak untuk mulai hidup baru sebagai pe­lukis atau penulis.
Yang juga dianggap ekstrim oleh Dr. Levinson ialah pria yang dengan hati berdebar-debar menunggu harlahnya ke-40 te­tapi hidup seperti sediakala. Demikian pula seorang suami yang mulai nyeleweng dengan gadis manis dan di tempat kerja mundur prestasinya. Aki­batnya tentu kericuhan di ru­mah maupun di kantor. Namun andaikata dari luar seakan tidak ada yang berubah, menu­rut Dr. Levinson, dunia pikir­annya toh tak sama lagi seper­ti sebelumnya. Semua mempu­nyai arti lain bagi dia.
Pada masa ini banyak hal yang dulu dianggap penting, sekarang tak berarti lagi, kata psycholog Charlotte Darrow. Sesuatu yang dulu menjadi idamannya dan sekarang su­dah tercapai, rasanya toh ti­dak sebagus seperti yang diba­yangkan dulu. Ada yang mulai mendekati wanita lain. Namun umum­nya dorongan itu tinggal pi­kiran saja. Hanya sepertiga dari orang yang ditanya be­tu1-betul mewujudkan keinginan­nya. Seorang pria mengata­kan: “Saya tidak berani men­dekati wanita lain. Pikiran ada tetapi tidak pernah terlaksa­na."

v Merasa Tertekan
Dr. Ray Walker, psychiater dari team Yale mengatakan: “Pada usia pertengahan seorang pria yang mencari-cari tujuan hidup, ti­ba-tiba dapat menginsafi bah­wa hubungan dengan isterinya tidak baik.” Seorang biolog ter­masuk kelompok yang diselidi­kinya berkata: “Sekarang saya merasa lebih kesepian daripa­da waktu saya baru kawin. Rasanya pasti ada orang lain dengan siapa saya dapat hi­dup lebih berbahagia dan da­pat menenangkan jiwa saya.”
Dr. Walker juga mngatakan: “Pemuda yang mencari pasangan hidup umum­nya menggunakan ibunya seba­gai model. Kalau orang sudah mencapai umur empat puluhan idealisme itu berubah 180 dera­jat. Isteri harus seorang yang mempunyai jiwa keibuan, bu­kan hanya teman dan kekasih. Sekonyong-konyong ia menilai isteri­nya dari sudut lain. Isterinya dianggapnya tidak mau beru­saha mewujudkan idealisme ini.
Menurut Maria Levins, psycholog dari kelompok Yale dan isteri pe­mimpin kelompok bahwa seorang pria lalu merasa tidak puas, tertekan kalau ingat apa yang dicapai dalam hidupnya. Dan isterinya dianggap ikut ber­tanggung jawab atas "kegagal­an" nya.
Apa tugas isteri? Kebanyakan kaum wanita merasa bahwa suaminya beru­bah kalau mencapai usia per­tengahan. Tetapi apa yang ha­rus dilakukan. Maria Levinson mengatakan: “Sering kami ditulisi surat oleh kaum ibu yang mengeluh bah­wa suarninya seperti terkena virus tertentu. Reaksi pertama sebagai seorang isteri ialah dengan jiwa keibuan. Bagai­mana dapat mengusir virus itu secepat mungkin.
Menurut Ny. Levinson tin­dakan ini salah. Penyakit ini jangan dianggap seperti se­rangan selesma, tetapi sebagai sesuatu yang biasa dan akan sembuh kalau tiba waktunya. Yakni kalau ia sudah insyaf bahwa sebagai orang tua tiba waktunya untuk memberi tem­pat pada generasi muda.
Satu-satunya jalan untuk me­nyelamatkan perkawinan, me­nurut Ny. Levinson ialah ka­lau isteri mau menerima ke­nyataan dan menerima nasib. Kadang-kadang inipun percuma saja kalau hubungan antara kedua partner sudah retak sebelum­nya. Adakalanya perceraian juga lebih baik bagi kedua be­lah pihak maupun anak-anak.
Kalau seorang wanita ingin mempertahankan suaminya da­lam keadaan krisis ini ia harus ngalah, kata Maria Levinson. Berat sama di pikul ringan sa­ma dijinjing sedapat mungkin. Katanya, sepuluh tahun ini ja­ngan dijadikan permulaan dari akhir. Ia sering hanya merupakan peralihan ke suatu hubungan baru yang lebih erat antara dua in­san.




:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar