Sabtu, 28 November 2009

Mengantar Anak Menuju Baligh 3

v Komunikasi
Bekal utama bagi persiapan menuju masa baligh adalah terbangunnya komunikasi yang baik antara anak, orangtua dan guru. Tetapi, kunci utamanya tetap berada di lingkungan rumah, antara anak dan orangtua.
Karenanya, membangun komunikasi yang baik dan sehat antara orangtua dan anak adalah sebuah keharusan. Sebab, komunikasi yang tidak baik akan membuat apa pun yang disampaikan orangtua tidak sampai semua bisa dianggap `omong kosong' bagi anak. Dan satu upaya untuk mendapatkan hasil maksimal, komunikasi ini harus terbangun dalam suasana yang menyenangkan. Sebab, otak hanya akan menyerap banyak informasi bila bekerja dengan prinsip ketenangan (pleasure principle).

v Komunikasi Menyeluruh
Mengkomunikasikan masalah persiapan baligh ini mencakup banyak aspek. Yaitu, aspek syariah, kesehatan, dan psikologis. Tanpa komunikasi yang baik, tentulah sulit untuk dapat mengkomunikasikan hal itu kepada anak. Dari sisi kesehatan, orangtua perlu juga menyampaikan informasi tentang .organ tubuh, dan proses reproduksi manusia. Penjelasan ini sangat penting bagi anak agar mereka mengerti apa yang akan atau tengah terjadi pada diri mereka sendiri. Anak perempuan misalnya, perlu diingatkan untuk menjaga dan merawat kebersihan diri, khususnya alat genital bagian luarnya secara benar. Ia perlu diberi tahu bahwa cara cebok yang benar adalah dari depan ke belakang, bukan sebaliknya. Begitupun masalah haid. Apa proses yang terjadi pada diri perempuan saat haid? Bagaimana cara bersuci setelah selesai haid? Bagaimana pula cara mengqadha shalatnya? Tanpa penjelasan dari orangtua, anak perempuan akan merasa takut dengan peristiwa menstruasi pertama.
Begitu pula dengan anak laki-laki. Orangtua perlu menjelaskan dengan bahasa yang sopan dan dapat dimengerti oleh anak tentang `peristiwa' yang akan ia hadapi, yaitu mimpi basah. Sebaiknya penjelasan ini dilakukan dengan bahasa yang ringan. Misalnya dengan mengatakan, "Nak, nanti suatu saat kamu akan mengalami peristiwa yang juga dialami oleh semua laki-laki di seluruh dunia. Termasuk Ayah, kakek, om, juga pak guru yaitu mimpi basah."
Setelah memberi informasi dan penjelasan mengenai apa yang terjadi dan bagaimana menghadapinya, selanjutnya sebisa mungkin uraikanlah mengenai konsekuensi yang ditimbulkannya. Konsekuensi ini perlu ditekankan pada anak, bahwa setelah ia mengalami peristiwa ini, ia sudah memiliki tanggungjawab pribadi terhadap Allah. Kemudian orangtua juga perlu menerangkan bagaimana caranya bersuci.
Selain komunikasi umum pada semua anak, orangtua perlu membangun komunikasi khusus bagi setiap anak. Dengan komunikasi khusus diharapkan semua anak merasa spesial bagi kedua orangtua mereka, sehingga terbangun keterbukaan dan kepercayaan.
Pada lazimnya, akibat kelalaian orangtua, banyak anak laki-laki yang setelah baligh masih saja berkeliaran di jalan pada waktu shalat Jum'at. Mereka tidak shalat Jum'at, padahal sudah wajib menunaikannya. "Apalagi, kalau sampai usia baligh mereka juga belum tahu bagaimana cara bersuci."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar