v Sekarang lebih Cepat
Untuk remaja terbukti bahwa usia baligh pada masa sekarang terjadi lebih cepat. Pada kira-kira dua dekade yang lalu, masa baligh biasa muncul pada usia 13-14 tahun. Sekarang menjadi usia 9- 13 tahun. Dua alasan terjadinya proses percepatan itu. Pertama, karena faktor peningkatan kualitas gizi. Kedua, karena adanya rangsangan media. Media yang banyak mengumbar adegan merangsang rupanya punya andil dalam mempercepat proses kematangan anak. Faktor lingkungan dan budaya masa kini yang semakin permisif merupakan penyebab datangnya masa baligh secara lebih cepat. Dulu dan sekarang memang sama-sama ada kemungkaran. Tapi, kemungkaran sekarang lebih canggih karena didukung teknologi. Maka, anak-anak masa kini yang umumnya lebih terekspos dengan serbuan informasi dan budaya akhirnya menjadi semakin cepatnya memasuki periode pematangan.
v Penegasan Jenis Kelamin
Kesiapan anak menghadapi saat baligh sudah harus disiapkan orangtua sejak dini. Persiapan ini bisa diawali dengan penegasan jenis kelamin yang harus dimulai dari rumah. Ungkapan-ungkapan semacam saya laki-laki, dia perempuan, ibu perempuan, ayah laki-laki, aqiqah anak laki-laki memotong dua kambing, sementara perempuan satu dan sebagainya, boleh dikatakan sudah merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Selanjutnya, orangtua juga harus mulai mengajarkan adab-adab aurat pada anak. Seperti, memisahkan kamar tidur anak laki dan perempuan, tidak membiarkan mereka tidur satu selimut, mengajarkan adab mengetuk pintu kamar orangtua terutama pada tiga waktu terlarang (habis subuh, tengah hari, dan malam hari), mandi pada ruangan yang tertutup, dan menjaga batas-batas kesopanan aurat orangtua di depan anak.
Sekarang memang ada kecenderungan masyarakat untuk menerapkan pendidikan seks ala Barat. Pendidikan seks yang mereka ajarkan ini berlangsung dengan hampir tanpa tahapan dan batasan. Tak heran bila di negara-negara barat ini mandi bersama di antara orangtua dan anak merupakan sesuatu yang lumrah dan merupakan bagian dari pendidikan seks. Padahal dalam pendidikan seks Islam, hal itu tidak boleh dilakukan. Dari itu hendaklah sedini mungkin pemahaman agama disosialisasikan pada anak-anak kita agar moralitas mereka tetap kokoh dan tidak mudah keropos oleh intervensi kebudayaan asing.
v Mendidik dengan Adab
Sebaliknya, orangtua harus tetap menjaga kesopanan berpakaian di depan anak. Sayangnya, hal ini seringkali terabaikan, hingga ada ibu yang karena terlalu bebasnya, biasa memakan tank top dan celana pendek di depan anak-anak. Padahal, ada tiga macam pakaian bagi wanita dewasa. Pertama, pakaian ke luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki non-mahram. Pakaian jenis pertama ini adalah pakaian yang sempurna menutup aurat. Kedua, pakaian di tengah keluarga (anak-anak). Pakaian jenis ini adalah pakaian yang sopan. Misalnya, pakaian longdress sebetis atau sedengkul. Pakaian ketiga adalah pakaian khusus suami-isteri. Pakaian jenis ketiga ini tidak ada batasannya.
Penegasan tentang jenis kelamin diri juga mesti diiringi dengan pembentukan konsep diri (self concept). Maka perlu ditegaskan pentingnya pembentukan konsep diri pada diri anak sesuai dengan jenis kelamin mereka. Pendidikan sesuai jenis kelamin ini, nantinya akan mengarahkan anak menjadi orang yang bertanggungjawab sesuai dengan jenis kelamin mereka. Anak perempuan akan menjadi ibu, isteri, dan anggota masyarakat yang baik. Sementara anak laki-laki juga diarahkan menjadi suami, ayah, dan anggota masyarakat yang baik. Yang perlu dipahami, pembelajaran ini jangan diartikan berawal dari discrimination (pembedaan), tapi karena adanya distinction (perbedaan).
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar