Sabtu, 28 November 2009

Mantan Preman yang Dihormati Imam Hambali

Bisyr bin Harits, Sufi dari Irak
Mantan Preman yang Dihormati Imam Hambali

Semula Bisyr bin Haris adalah seorang preman. Namun setelah menemukan secarik kertas bertuliskan basmalah, Bisyr mendapat hidayah sehingga ia menjadi orang yang saleh, bahkan Ahmad bin Hambal (pendiri madzhab Hambali) menghormati Bisyr.
Pada zaman dulu, ada seorang preman yang mabuk-mabukan. Preman ini dikenal dengan nama Bisyr bin Harits. Hampir setiap hari kerjanya menyakiti orang, minta uang dengan paksa, untuk dibuat beli minuman keras. Suatu hari dalam keadaan mabuk, ia menemukan secarik kertas bertuliskan basmalah. Lalu, kertas itu disimpan dengan rapi di rumahnya, dan setiap hari disemprot parfum mawar sehingga selalu berbau harum.
Beberapa bulan kemudian setelah Bisyr menemukan kertas itu, seorang manusia suci bermimpi diperintah Allah untuk bertemu dengan Bisyr. Tugas manusia suci itu, agar mengatakan kepada Bisyr.
"Engkau telah megharumkan nama-Ku, maka Aku pun mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun memuliakan dirimu. Engkau mensucikan nama-Ku, maka Aku pun mensudkan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Kuharumkan namamu baik di dunia, maupun di akhirat."
Setelah bangun dari tidurnya manusia suci itu merasa ragu. Karena yang dimimpikan adalah seorang preman. Untuk menghilangkan keraguannya, ia kemudian wudu, salat dan tidur kembali. Namun aneh, ia mimpi lagi bertemu dengan Bisyr. Kejadian tersebut hingga tiga kali.

v Bisyr Tobat
Keesokan harinya, manusia suci itu ingin bertemu Bisyr di rumahnya.. Ternyata yang dicari tidak ada di tempat. Menurut keluarganya, Bisyr pergi ke pesta anggur di rumah temannya. Manusia suci ini menuju rumah teman Bisyr. Apa yang dikatakan keluarganya memang benar. Bisyr lagi minum anggur hingga mabuk berat. Setelah bertemu dengan Bisyr, orang suci ini menunggu hingga Bisyr siuman.
Setelah siuman manusia suci menyampaikan pesan. "Pesan dari siapa," kata Bisyr.
"Dari Allah" jawabnya.
"Apakah pesan untuk menghukum diriku? Jika demikian tunggulah aku akan pamit kepada teman-temanku," kata Bisyr sambil berlinang air mata.
Kepada sahabatnya ia berpesan, jangan hiraukan lagi dirinya, karena pertemuan kali ini, adalah pertemuan terakhir, karena ja tidak mau lagi minum-minuman keras.
Sejak saat itu tingkah laku Bisyr berubah menjadi orang saleh. Sedemikian asyiknya ia menghadap Allah, bahkan mulai saat itu, ia tak pernah lagi memakai alas kaki. Inilah sebabnya Bisyr dijuluki sufi berkaki telanjang. Ketika banyak orang Baghdad bertanya, mengapa ia selalu tanpa alas kaki. Apa jawabnya?
"Ketika aku berdamai dengan Allah, aku sedang bertelanjang kaki. Sejak saat itu aku malu mengenakan alas kaki. Apalagi bukankah Allah telah berkata:
Telah kudapatkan bumi sebagai permadani untukmu. Bukankah tidak pantas, apabila berjalan memakai sepatu, atau sandal di atas permadani raja?"

v Kotoran Keledai
Ketika Bisyr sudah menjadi sufi, ia hidup sezaman dengan Ahmad bin Hambal (pendiri madzhab Hambali). Ia sering mengunjungi Bisyr dan mempercayai kata-katanya, sehingga banyak murid Hambali yang mencela gurunya itu. Ia sangat takut akan gurunya yang sudah menguasai hadis, dan fikih itu masih saja percaya pada seorang sufi yang tidak pernah mamakai alas kaki, Bagaimana ini?
"Pada saat ini tidak ada orang yang menandingi kealiman Tuan di bidang hadis, fikih, tauhid dan pengetahuan lain. Tetapi setiap saat guru menemani seorang mantan preman. Pantaskah perbuatan ini?" ucap seorang muridnya.
"Mengenai setiap bidang yang kalian sebutkan tadi, aku memang unggul, tetapi mengenai Allah, Bisyr lebih unggul dari aku ujar Ahmad bin Hambal.
Selama Bisyr masih hidup, tidak ada keledai yang membuang kotorannya di jalan-jalan kota Baghdad. Hal ini sebagai karomah Bisyr, karena keledai-keledai ini menghormati Bisyr yang berjalan tanpa alas kaki.
Pada suatu malam, seorang lelaki melihat keledai yang dibawanya membuang kotore^ di atas jalan. Maka lelaki pemii:-keledai itu berseru, "Bisyr teiar tiada."
Mendengar seruan it-orang-orang Baghdad pergi me-nyelidiki. Ternyata kata-kata itu benar. * 03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar