Sabtu, 28 November 2009

Tekun Ibadah sampai Mata Buta

'Ufayrah 'Abidah, Sufi dari Iran
Tekun Ibadah sampai Mata Buta

Begitu tekunnya dalam beribadah sambil menangis, 'Ufayrah 'Abidah akhirnya menjadi buta. Banyak teman-temannya menyarankan agar berhenti menangis, tapi ia menolaknya dengan halus.
‘Ufayrah dilahirkan di kota Bashrah, Irak. Ia adalah teman dekat sufi wanita Mu'azhah Adawiyah. Pada suatu hari ada salah satu sahabatnya bertanya:
"Kamu terlalu banyak menangis sehingga sakit mata dan akhirnya menjadi buta."
Mendengar pertanyaan itu 'Ufayrah tidak marah kepada penanya, ia malah menjawab dengan senyuman.
"Aku lebih suka menangis, bahkan hingga buta demi cintaku kepada Allah. Aku lebih suka beribadah sambil menangis daripada tidak. Kalau tidak menangis ibadahku kurang khusuk. Aku takut dengan siksaan api neraka, jika dalam beribadah aku tidak menangis. Aku lebih suka buta di dunia daripada buta di akhirat."
Bukan hanya sahabat 'Ufayrah yang merasa kasihan terhadap 'Ufayrah, tetapi seorang ulama yang bernama Yahya Albusthami menuturkan ceritera, pada suatu hari dirinya bersama seorang teman bersilaturahim ke rumah 'Ufayrah. Beberapa saat setelah melihat 'Ufayrah menangis hingga buta, Yahya merasa kasihan sekali.
"Kasihan sekali 'Ufayrah, karena terlalu banyak menangis ia menjadi buta," kata Yahya.
"Aku kasihan sekali melihat 'Ufayrah, karena menanggung kebutaan setelah memiliki penglihatan sempurna," tutur sahabat Yahya.

v Suka Menangis
Ketika komentar itu sampai ke telinga 'Ufayrah, dia berkata, "Adalah jauh lebih sakit menanggung kebutaan hati terhadap.
Allah daripada tidak memiliki panglihatan mata yang hanya bisa melihat dunia. Demi Allah, aku lebih suka jika dia menghi-langkan semua anggota badanku dan membiarkan aku hanya dengan permata cinta kepada Allah."
Beberapa waktu kemudian seorang ulama terkenal bernama Run ibn Salamah bersilaturahim ke rumah 'Ufayrah, karena mendengar kabar jika 'Ufayrah itu kini menjadi buta, padahal beberapa bulan sebelumnya ruh ibn Salamah bertemu dengan 'Ufayrah masih kelihatan segar dan bisa berjalan. Setelah masuk ke rumah 'Ufayrah, Ibn Salamah bertanya, "Apakah sekarang ini Anda tidak bisa melihat dan aku mendengar bahwa di malam hari engkau tidak pernah tidur, hanya khusus untuk beribadah."
Mendengar pertanyaan itu, 'Ufayrah menangis sambil menjawab, "Sebenarnya aku lebih suka tidur. Tapi aku tak bisa. Bagaimana aku bisa tidur sedangkan Allah mengawasi mereka yang tidak tidur siang ataupun malam?"
Terpengaruh begitu dalam oleh perkataan 'Ufayrah, Ruh Ibn Salamah menulis. "Demi Allah, aku bersumpah, aku menangis dan menangis terus dan hanya bisa mencela diriku sendiri."

v 'Ufayrah Pingsan
Sementara itu, ulama lain-nya bernama Malik ibn Zaygam menyatakan, "Suatu ketika aku mendengar 'Ufayrah berkata:
"Aku telah berdosa terhadap-Mu dengan segenap anggota badanku dan ingkar kepada-Mu sebanyak keingkaran. Aku bersumpah demi Engkau, bahwa jika Engkau menolongku dalam kepatuhanku, aku tidak akan mampu mematuhi-Mu .dengan semua anggota badanku yang ingkar ini."
Bahkan ulama lainnya yang bernama Sa'id al-'Ami teringat, bagaimana dia menyarankan kepada 'Ufayrah agar dia berupaya mengurangi tangisnya. Sambil menangis lagi keras-ke-ras, 'Ufayrah menjawab:
"Nak,bagaimana orang yang terkungkung penderitaan akan pernah bisa berhenti, dari melakukan sesuatu yang mungkin bisa me-ngurangi rasa sakitnya?" Lalu dia mulai menangis lebih ba-nyak lagi.
Sedangkan Yahya ibn Rasyid mengunjungi rumah 'Ufayrah dan salah seorang keponakan-nya baru saja kembali dari per-jalanan jauh. Kabar gembira itu disampaikan kepadanya. Tapi dia hanya menangis saja.
"Hari ini adalah hari gembira, bukan hari berduka," kata salah satu keluarganya.
Tapi air mata 'Ufayrah justru mengalir makin deras.
"Demi Allah, aku bersumpah, bahwa dalam hatiku kebahagiaan tidak punya tempat, sementara aku ingat kehidupan akhirat. Keja-dian ini telah mengingatkan aku betapa kita semua akan dibawa ke hadirat Allah. Siapa yang bisa mengatakan, bahwa dia akan bahagia pada hari itu, atau justru berduka?" kata 'Ufayrah. Tak lama kemudian ia pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar