Sabtu, 28 November 2009

Ketika Doa Ibu Dikabulkan Allah

Ketika Doa Ibu Dikabulkan Allah


Hindun seorang ibu yang tekun ibadah. Tanpa sengaja ia berdoa kurang baik pada anaknya. Ternyata doa ini dikabulkan Allah. Akhirnya Hindun sadar, ia berdoa kebaikan untuk anaknya. Allah pun mengabulkan. Inilah bukti kekuatan doa ibu.
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW pernah bercerita kepada sahabat-sahabatnya tentang seorang bayi laki-laki ketika sedang menetek ibunya, tiba-tiba lewat seorang pemuda tampan berbadan tegap sedang mengendarai kuda. Lantas ibunya, sebut saja namanya Hindun berkata, "Ya Allah, jadikanlah putraku ini seperti orang itu."
Tiba-tiba bayi yang sedang dis-usui Hindun ini sebut saja namanya Hasyim, melepaskan putting susu ibunya dan melihat orang yang berkuda itu sambil berkata, "Ya Allah, jangan Engkau jadikan aku seperti orang itu."
Setelah berkata demikian, Hasyim kembali menetek. Tidak lama kemudian, ada seorang budak wa-nita dipukuli majikannya. Sambil memukul dengan keras sehinga budak itu kesakitan, mulut majikan itu berbicara, "Kamu pencuri, kamu pelacur."
Sementara sang budak wanita itu hanya berkata, "Hasbiyallah Wani'mal Wakil." (cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik zat yang dia pasrahi).
Melihat demikian itu Hindun merasa kasihan dan ia berkata, "Ya Allah, jangan jadikan putraku seperti perempuan itu."
Mendengar ibunya berkata demikian itu, bayi Hasyim langsung tidak setuju dan berkata, "Ya Allah, jadikan aku seperti dia."
Sang ibu sangat heran, lalu Hindun bertanya kepada bayinya yang dianggap selalu bertolak belakang dengannya. Si bayi kemudian men-jelaskan, "Pria yang naik kuda yang
gagah itu adalah orang yang sangat kejam, sedangkan budak itu di-tuduh berzina, padahal dia tidak berzina. Dituduh mencuri, padahal ia tidak pernah mencuri, maka aku berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia1."
DOA IBU
Itulah sebuah kisah seorang bayi yang bisa bicara dengan ibunya: Bayi mungil ini tinggal di distrik (kawasan) Zamakhsyar, sebuah wi-layah di Iran. Kekaguman. seorang ibu seperti berharap, agar anaknya seperti pria tersebut, adalah suatu kewajaran. Sementara sang ibu tidak menghendaki seperti budak yang dianiaya, digebuki, dan dicaci maki oleh tuannya, karena dituduh mencuri dan berzina pula.
Itulah kisah yang sering kali diceritakan Rasulullah SAW, yang kemudian lewat hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim itu, Allah sekali lagi hendak mengingatkan manusia bahwa apa yang tampak, terutama apa yang sesuai dengan perhiasan titipan Allah itu, tidak selalu benar di sisi Allah. Pandangan manusia umum-nya hanya terbatas pada apa yang tampak dan menafikan segala sesuatu yang bersifat batin.
Dari teladan yang diberikan Rasulullah di atas, maka manusia menilai sesuatu dari ukuran lahiri-ah, sering tidak sesuai dengan ke-nyataan yang sebenarnya. Sesung-guhnya Allah adalah zat yang membolak-balik hati, menginsyaf-kan orang yang zalim, serta mem-bantu orang-orang yang tertindas dan keletihan.
Kembali pada cerita diatas, ketika anak Hindun sudah dapat ber-jalan, Hasyim menjadi bocah balita yang lucu. Setiap pagi ia bermain-main di halaman. Hindun sang ibu
sangat gembira melihat anaknya sehat, dan ceria. Hasyim senang sekali bermain dengan anak bu-rung yang sudah dijinakkan. Ketika Hindun memanggil, si bocah tetap saja asyik bermain hingga akhirnya terjadilah sebuah tragedi. Bocah yang lucu ini .mematahkan kedua kaki anak burung itu. Dan, Hasyim sangat senang dengan pekerjaan-nya itu.
Merasa panggilannya tidak di-gubris, Hindun menghampiri dengan marah-marah. Dia bertambah marah, ketika tahu anak laki-la-kinya berbuat dosa, kepada sang burung yang hampir putus kedua kakinya.
"Oh, anakku. Bagaimana kamu bisa .seenaknya mematahkan kedua kaki anak burung itu? Hal itu berdosa anakku. la lumpuh tidak bisa berjalan, dan terbang. Anakku, kamu telah merampas masa de-pan burung itu. Coba pikirkan jika itu terjadi padamu. Kamu akan menderita anakku. Kamu sungguh keterlaluan!" ujar Hindun.
JADI ULAMA
Beberapa belas tahun kemudian, Hasyim yang pernah mematahkan dua kaki anak burung itu, sudah menjadi remaja. la dikirim oleh ibunya ke sebuah pondok pesan-tren untuk menuntut ilmu agama. Setiap liburan, ia pulang mengun-jungi ibunya dengan naik kuda. Suatu kali dalam perjalanan pulang ke rumahnya, ia ditimpa musibah. Kuda yang dinaikinya tiba-tiba dis-erang kalajengking. Sehingga, kuda yang dinaiki Hasyim terjerembab. la terjungkal ke tanah tidak sadark-an diri, sampai ada orang lain yang menolong dan rnengantarkan sampai di rumah ibunya.
Nasib malang harus dijalani remaja yang santri ini. Ibunya men-
emukan kedua kaki anaknya terk ilir hebat. Seorang tabib paling ke sohor di wilayah itu didatangkan. ,Namun, tidak bisa menyembuh-kan. Akhirnya, kaki Hasyim tak bisa dipulihkan. Satu-satunya jalan ke-luar, adalah mengamputasinya. Hindun dan anaknya harus rneneri-ma takdir Allah itu dengan ikhlas dan pasrah, menjadi manusia ber-kaki buntung..
Sejak kaki anaknya buntung, Hindun benar-benar terpukul atas nasib anaknya. Sebagai ibu yang taat beribadah, ia setiap malam selalu salat tahajud. Suatu malam se-habis melakukan ibadah itu, Hindun begitu tersadar, bahwa. 'kata-kata buruk' yang diucapkan belas-an tahun lalu, kepada anaknya yang dengan ulah nakalnya mematahkan kedua kaki burung itu, rupanya kini menjadi kenyataan.
Dalam larut atas rasa berdosa yang tidak terkendali, Hindun berdoa kepada Allah, agar anaknya di kemudian hari, bisa menjadi manusia yang berguna bagi Islam. Doa baik sang ibu dikabulkan Allah. Anak itulah yang dikemudian hari dikenal sebagai Abu Qasim Azzamakhsyari, seorang ulama paling brilian di zamannya, sekaligus cendekiawan garda depan Mukta-zilah dengan karya tafsirnya yang terkenal hingga kini "Alkasyasyaf".
Dialah satu-satunya ulama. yang buntung kedua kakinya dan itu diyakini buah dari "kata-kata buruk" sang ibu. la menjadi tokoh ternama dan itu juga diyakini sebagai buah dari "kata-kata mulia" sang ibu. Benar sabda Rasulullah SAW, bahwa salah satu doa yang pasti dikabulkan Allah, adalah yang terucap dari mulut orang tua (demi nasib anaknya). Maka berhati-hati-lah berucap untuk anak-anak terutama para ibu-ibu. * 03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar