Selasa, 24 November 2009

Kuda Idaman Penyebab Iman

KUDA IDAMAN PENYEBAB IMAN
ahulu kala tersebutlah seorang dari kaum Hawariyin yaitu para pengikut pilihan Nabi Isa as. Dia bernama Tsauf. la mendambakan sekali kira-nya raja Persia dengan segala upaya agar bisa mengikuti ajaran Nabinya itu. Dengan tekad yang bulat disertai bertawakal kepada Allah, dia bcrangkat menuju Persia untuk me-nuju istana baginda. Namun ketika sudah sampai di gerbang kerajaan, dia berjumpa dengan sekumpulan anak yang sedang bermain kelereng. Diamatinya cara bermain mereka. Maka setelah mengetahui aturan permainannya, dia segera menawar-kan diri agar diperbolehkan mengikuti mereka bermain.
Dengan senang hati mereka mempersilahkan orang ma itu untuk mengikuti permainan. Beberapa saat kemudian, mereka seluruhnya sudah dapat dikalahkan, padahal salah seorang di antara mereka merupakan anak seorang menteri kerajaan itu. Betapa kagum si anak menteri itu terhadap kepintaran Tsauf. Sehingga ketika permainan itu telah bubar, dia segera mendekati Tsauf seraya mengajak-nya untuk singgah sebentar di rumahnya.
Namun dengan halus Tsauf mengatakan agar anak itu minta izin dulu pada orang tuanya. Maka segera saja anak itu bergegas menjumpai ayahnya seraya mengatakan, . "Wahai ayah, ketika kami sedang bermain kelereng, datanglah seorang kakek tua mengikuti permainan kami. Ternyata dia begitu pintar, seluruh teman-teman kami akhirnya dapat dikalahkan dalam waktu yang singkat. Kemudian dia kuajak untuk beristirahat kemari, namun dia mengatakan bahwa sebaiknya saya meminta izin dulu kepada ayah. Adakah ayah memberi izin padanya agar beristirahat seperlunya di sini?" begitu tanya sang anak dengan nada berharap.
"Oh, silahkan saja nak, apalagi sekarang ayah sedang tidak ada kawan yang bisa diajak untuk berbincang-bincang," jawab sang ayah.
Dengan bergegas anak itu pun kembali ke tempat Tsauf tersebut untuk memberi tahu atas izin ayahnya. Maka beberapa saat kemudian datanglah kakek itu bersama anak menteri yang menyusulnya.
Di rumah sang menteri itulah Tsauf melihat banyak sekali setan-syetan bergentayangan, thuyul, banas pati, medon dan pocongan bersenda gurau cekikikan bersuka ria. Kemudian si kakek memantapkan langkah memasuki mmah dengan membaca bismillah. Dengan serta merta setan-setan itu segera melarikan diri terbirit-birit. Belum berselang lama, seorang pembantu telah keluar dengan membawa minuman dan berbagai kudapan serta buah-buahan lalu ditaruhkannya di hadapan Tsauf sebagai pelepas lelah.
Ketika itulah setan-setan kembali berkerumun di sekitar makanan tersebut, seakan-akan mereka juga ingin sekali berebut makanan tamunya itu sebagaimana kebiasa-an sehari-hari. Dan setelah dipersilahkan tuan rumah, Tsauf pun mengambil satu dua makanan itu dengan tidak lupa membaca basmalah. Betapa takjubnya si menteri itu, para syetan lari lagi berhamburan keluar rumah tanpa ikut me-rasakan hidangan nikmat yang telah tersaji itu.
Mengetahui keganjilan-keganjilan itu, si menteri dengan bijak mengajukan pertanyaaan, "Siapakah Anda ini sebenarnya? Aku lihat sejak-tadi pada diri Anda ada beberapa keajaiban yang belum pernah aku saksikan di-miliki orang lain. Pertama, ketika Anda memasuki rumah ini, syetan dan seluruh anak buahnya berlarian keluar men-jauh. Kedua, ketika makanan itu sudah disajikan dan Anda mau mencicipinya, syetan-syetan itu pun berlarian lagi menjauh. Padahal biasanya mereka mengeroyok dengan rakus seluruh makanan yang ada hingga kami sendiri ke-sulitan mengambilnya. Sekarang aku minta dengan hormat agar Anda kiranya sudi menjelaskan jati diri Anda. Sedikit pun jangan ragu, aku yang akan menjamin ke-selamatan Anda!" begitu pinta si menteri.
"Aku akan menjelaskan jati diriku namun dengan
syarat tuan menteri jangan sampai membocorkan rahasia ini pada orang lain. Ini merupakan syarat yang hams di-pegang teguh. Sanggupkah tuan untuk memegang amanah ini?" begitu sergah Tsauf.
Dengan tanpa beban, si menteri itu menerima per-syaratan Tsauf. Maka Tsauf pun segera menuturkan maksud kedatangannya.
"Sebenarnya Ruhullah^ Nabi Isa as telah mengutus saya untuk mengajak seluruh rakyat di sini menyembah Allah Yang Satu, menjalankan syari'at yang dibawanya, jangan sampai pula kita menyekutukan Tuhan, dan hendak-nya seluruh berhala yang telah menjadi sesembahan selama ini dengan segera ditinggalkan," begitu si Tsauf mulai me-lancarkan dakwahnya.
"Kalau begitu Anda perlu menerangkan lebih lanjut, bagaimana sifat-sifat Tuhan yang harus kami sembah nanti?!" tanya si menteri.
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menjadikan makhluk dan Yang memberi rizki mereka, Yang menghidupkan dan Yang mematikan," sahut Tsauf menjelaskan.
Setelah penjelasan dengan panjang lebar itu dirasa-kannya cukup, maka si menteri dan keiuarganya segera menyatakan beriman dan mengikuti syari'at Nabi Isa. Namun sikap itu masih disembunyikan mereka agar tidak mengundang bahaya yang belum mampu untuk ditang-gulangi. Dan Tsauf sendiri pada akhirnya diminta dengan hormat kiranya sudi untuk bertempat tinggal beberapa hari lamanya sampai dia merasa puas berada di rumah-nya. Betapa tawaran ini betul-betui menggembirakan hati Tsauf.
"Insya Allah dakwahku ini sebentar lagi akan tersebar
dan diterima seluruh rakyat negeri ini," gumam Tsauf.
Namun pada suatu hari sepulang dari bekerja di kerajaan, si menteri terlihat murung, galau dan gelisah. Kondisi seperti ini dengan cepat diketahui oleh Tsauf, se-hingga dia memberanikan diri untuk bertanya, "Hari ini aku lihat tuan tampak gelisah dan murung. Gerangan apa yang menjadi penyebab semua itu. Adakah karena tuan merasa keberatan saya menumpang di sini?" tanya Tsauf. "Oh tidak, engkau janganlah berprasangka seperti itu, Sekali lagi aku sangat senang engkau berada di sini. Namun begini..., kemarin siang seekor kuda kerajaan terlihat sakit dan pagi tadi telah mati. Betapa susah baginda, padahal kuda itu merupakan hewan satu-satunya yang menjadi kesayangan sang raja. Acapkali anak isterinya di-lupakan karena asyik merawat dan bercengkerama dengan kuda itu. Aku sendiri telah melihat baginda begitu bermuram durja, betapa kasihan baginda. Sebenarnya aku telah berusaha menghiburnya dengan berbagai macam cara, namun tampaknya tidak berhasil," begitu si menteri mengadukan perihalnya pada Tsauf.
"Kalau begitu hendaknya Tuan segera kembali ke kerajaan dan katakan pada baginda bahwa saya mempunyai seorang tamu yang bisa menghidupkan kuda yang mati itu dengan syarat segala ucapannya dituruti," pinta Tsauf. "Baiklah, aku akan berangkat ke istana!" jawab si
menteri.
Setelah bertemu baginda, ia segera mengutarakan apa yang telah dikatakan Tsauf tadi dengan sejelas-jelasnya dan
memberi informasi mengenai kejadian ajaib yang terjadi di rumahnya. Ternyata raja itu menerimanya dengan suka hati mengenai persyaratan tadi sehingga si menteri dengan segera kembali ke rumah untuk menemui Tsauf seraya mengatakan, "Wahai Tsauf, baginda menerima segala syarat yang engkau kemukakan dan akan menuruti apa pun yang menjadi permintaanmu," begitu tutur si menteri.
Saat itu juga Tsauf berangkat menuju istana bersama sang menteri. Dan setelah sampai di gerbang kerajaan, dia tidak lupa untuk membaca basmalak. Maka segera saja seluruh syetan yang berada di kerajaan itu melarikan diri sejauh-jauhnya. Baginda pun menyambutnya dengan sangat gembira seraya mengatakan, "Wahai Tsauf, aku telah mendengar bahwa engkau bisa menghidupkan makhluk yang telah mati, untuk itu aku minta bantuan agar engkau menghidupkan kuda kerajaan yang telah mati kemarin," pinta baginda.
"Wahai raja, aku hanya bisa menghidupkannya bila-mana baginda menuruti apa yang menjadi permintaanku. Namun kesemuanya itu hanya seizin Allah," jawab Tsauf.
"Silahkan, permintaan apa pun akan kami turuti asal sebatas kami mampu melaksanakannya. Perintahkan apa saja yang menjadi kemauanmu," sahut baginda melega-kan.
"Adakah keluarga baginda masih lengkap?" tanya Tsauf.
"Kami dikaruniai seorang putra dan satu isteri, tidak ada lagi selain itu," tukas baginda lagi.
"Coba ajak kemari mereka itu. Setelah itu aku mohon seluruh rakyat yang tidak berhalangan supaya hadir di kerajaan untuk menyaksikan prosesi penghidupan kuda ini,M sambung si Tsauf lagi.
Maka baginda segera membuat maklumat agar seluruh rakyat yang tidak berhalangan segera hadir di kerajaan. Esok harinya dari berbagai lapisan rakyatnya telah hadir dari seluruh penjuru. Setelah hari agak siang, Tsauf dengan mantap menuju bangkai kuda milik sang raja, kemudian ia pegangi satu kaki sebelah dari kuda itu seraya mengucapkan, La ilaba. ittal'lah. Tiba-tiba kaki yang dipegang itu bergerak-gerak, namun tiga kaki yang lain masih mati. Kemudian dia mengatakan, "Wahai baginda, suruhlah anak tuan untuk memegang satu kaki. Dan isteri man memegang satu kaki lagi. Sedangkan tuan sendiri memegang satu kaki.," begitu pinta Tsauf.
Semuanya pun menuruti permintaan itu. Dan setelah mereka siap memegang, maka Tsauf menyuruh untuk mengucapkan kalimah tauhid, La iUtha iUal'lah, bersama-sama. Dengan seketika itu pula ketiga kaki bangkai kuda tersebut bisa bergerak semuanya, namun tubuh kuda itu
masih mati.
Tsauf ke'mudian menyuruh seluruh rakyat untuk saling berpegangan tangan, dari yang paling depan sampai paling belakang secara berrantai. Dan setelah mereka di-lihatnya sudah siap, maka Tsauf berteriak, "Ucapkanlah
La ilaha- iUal'lahF
Mereka dengan serentak mengucapkan kalimah -tauhid itu dengan gemuruh membahana yang menjadikaA-hati merasa teduh. Ketika itulah kuda tadi langsung berdiri dengan mengibas-ngibaskan kepala. Kuda itu telah hidup dengan seizin Allah.
Setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri terhadap peristiwa ini, seluruh rakyat negeri itu dengan bahagia memeluk agama Allah. Maka selamatlah pen-duduk seluruh negeri dari api neraka, bahkan besar harap-an mereka semua akan menjadi penghuni surga abadi selama-lamanya. Wa-llahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar