Sabtu, 28 November 2009

Kiat Merawat Buku agar Awet

Merawat Buku

Dengan semangat menggebu-gebu Iwan menuju ke perpustakaan fakultasnya. Ia yakin bisa mendapatkan bahan yang diperlukan untuk skripsinya. Sesampai di sana ia lemas, karena bagian yang dia perlukan sudah tidak utuh lagi. Ada yang dimakan rayap atau robek. Tentu saja ini menyulitkannya. Hal semacam ini pun bisa terjadi pada buku-buku Anda di rumah.
Entah siapa yang salah: pengelola perpustakaan, Anda, pembaca lain, serangga, atau jamur yang merusak buku itu? Buku baru mungkin masih bisa dicetak ulang jika diperlukan, tapi bagaimana kalau itu buku lama bahkan langka?
Sebagai sumber ilmu pengetahuan dan informasi, kelestarian buku perlu dijaga, dirawat, dan dipelihara. Sering kita hanya mencari-carinya kalau sedang butuh, tapi sesudah itu dibiarkan begitu saja. Jadi agar tidak menyesal kehilangan informasi dan data sejarah yang sangat dibutuhkan, perlu diketahui bagaimana cara merawat buku agar tetap baik dan awet.
Merawat buku bukan sekadar memberinya sampul, lalu sudah. Tapi yang perlu dilakukan kemudian ialah melindunginya agar tidak rusak (conservation), memperbaikinya jika sudah telanjur rusak akibat dimakan usia, terlalu sering dipakai, atau rusak karena soal-soal lain (preservation).
Kerusakan buku sebenarnya sudah diketahui sejak lama, tetapi kesadaran untuk merawat buku baru muncul seabad yang lalu. Mulanya perawatan ini hanya ditujukan pada buku-buku yang langka dan berharga. Tetapi kini ditujukan pada semua koleksi perpustakaan: buku, majalah, mikrofilm, kaset, kaset video, dan sebagainya..

v Dari kutu sampai banjir
Pada dasarnya kerusakan ljuku disebabkan oleh tiga hal utama, yaitu faktor biotis, finika, dan kimia. Di samping itu juga faktor manusia dan hencana seperti banjir atau kebakaran.
Yang termasuk faktor biotis ialah jamur dan serangga. Buku yang jamuran warna kertasnya berubah menjadi kuning, karena jamur dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada kertas. lamur juga bisa bikin kertas lengket satu sama lain. Tumbuhnya jamur itu akibat kelembapan udara yang tinggi, ± 60% atau lebih. Jamur akan berhenti berkembang biak kalau kelembapan udara tidak sesuai. Tanda-tanda jamur yang sudah tidak aktif lagi adalah adanya bin-tik-bintik coklat pada buku. Sementara itu serangga, yaitu bangsanya rayap, kecoa, ngengat, kutu buku, dan ikan perak, tidak kalah ganasnya dengan jamur. Bahkan sangat berbahaya. Rayap, misalnya, akan menyerang buku jika kayu-kayu yang ada di sekitarnya sudah habis dimakan. Karena itu sebaiknya rak buku dibuat dari bahan logam. Sedangkan kecoa merusak buku dengan meninggalkan noda pada kertas. Kotorannya yang be-rupa cairan dapat merusak keutuhan buku. Makanya kalau masuk ke ruang penyimpanan buku atau ruang baca sebaiknya tidak bawa makanan, karena hal itu dapat membantu mencegah kecoa dan serangga lain masuk ke situ. Di samping itu untuk menjaga kebersihan ruangan dan menghindari buku. dari kotor dan noda minyak. Serangga bertubuh tipis dan berwarna coklat bernama ngengat juga menjengkelkan. Ia gemar sekali hidup di tempat gelap seperti di dalam buku, rak, lemari, dan sebagainya. Celakanya, ngengat justru demen sekali menggerogoti lem kanji pada punggung buku, karena lem itu merupakan zat gizi yang baik bagi kehidupannya.
Ikan perak punya hobi serupa dengan ngengat, karena ia juga senang memakan perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bahkan sasarannya acap kali tidak hanya punggung, tapi juga kulit dan label buku, serta gambar dalam buku. Lalu kutu buku yang juga musuh utama buku lebih kurang ajar lagi. Serangga berupa larva kumbang ini senang sekali mengikis habis permukaan kertas. Akibatnya huruf-huruf yang ada pada kertas menjadi hilang hingga sulit dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar