Pengaruh suhu, sinar, debu, kelembapan, dan polusi udara adalah faktor fisika perusak buku. Suhu yang tinggi dapat mempercepat proses perusakan kertas. Kertas menjadi kering dan pecah-pecah atau berlipat-lipat. Kelembapan (kadar air di udara) yang tinggi dapat menyuburkan pertumbuhan jamur, sedangkan kelembapan yang rendah dapat menyebabkan kertas menjadi kering dan cepat hancur. Sinar matahari dan fluorescent light tidak baik bagi buku. Apabila sinar ultra violet yang dikandungnya mengenai dokumen atau buku akan merupakan katalisator terjadinya reaksi fotosintesis dan dapat mengubah struktur selulose bahan pembuat kertas.
Debu juga jangan dianggap remeh. Selain mengganggu kesehatan, dapat pula menimbulkan noda, mengaburkan tulisan dalam buku, menularkan jamur jika menempel pada permukaan bahan pustaka. Debu yang mengandung partikel-partikel logam dan bereaksi dengan uap air akan menyebabkan tumbuhnya jamur pada permukaan kertas.
Polusi udara yang berasal dari asap knalpot, asap industri, dan juga minyak, tidak hanya berpengaruh pada kesehatan manusia, tapi juga pada buku. Sulfur dioksida yang dilepaskan akan masuk ke dalam halaman-halaman buku, bereaksi dengan substansi lain, dan membentuk asam sulfur. Akibatnya, kertas buku menjadi coklat dan ujungnya pecah-pecah.
Lalu faktor kimia yang dapat merusak buku yakni asam dan zat-zat lain, misalnya, klor. Asam sudah ada sejak awal proses pembuatan kertas, karena dalam proses itu banyak digunakan zat-zat yang bersifat asam. Klor digunakan sebagai pemutih kertas. Jika proses pencucian tidak dilakukan dengan baik, zat-zat tersebut akan tetap tertinggal dalam kertas. Akibatnya, kertas lama-kelamaan akan berubah warnanya menjadi kuning kecoklat-coklatan dan cepat rapuh.
v Manusia ikut andil
Tidak bisa dipungkiri, manusia sering ikut andil dalam kerusakan buku. Misalnya, dengan sengaja merobek bagian-bagian tertentu sebuah buku (biasanya pinjaman dari perpustakaan), atau mencoret-coretnya dengan tinta. Padahal tinta mudah sekali menularkan asam yang dikandungnya ke permukaan kertas.
Tidak jarang pula orang melipat bagian tertentu pada buku sebagai tanda batas baca. Bahkan kadang-kadang mereka melipat buku ke belakang. Tanpa disadari semua itu dapat merusak kertas dan sampul buku. Penempatan buku yang terlalu padat di dalam rak juga akan merusak buku, terutama kulit dan punggungnya. Kebakaran dan banjir adalah faktor penyebab kerusakan buku yang datangnya tidak dapat diduga.
Sebaiknya para pengelola perpustakaan maupun kolektor buku perlu melakukan persiapan, agar dapat mengambil tindakan cepat dan tepat guna mengurangi risiko. kerusakan, apabila terjadi bencana. Antara lain melengkapi ruangan dengan alat pemadam api.
Usaha pencegahan kerusakan bahan-bahan pustaka sebaiknya dilakukan sejak dini. Hal ini akan lebih mudah dan baik dibandingkan dengan melakukan perbaikan terhadap buku-buku yang sudah telanjur rusak.
Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk men-cegah terjadinya kerusakan terhadap buku-buku. Membersihkan bahan pustaka dan tempat penyimpanannya secara berkala, merupakan salah satu cara untuk mencegah kerusakan bahan pustaka oleh debu. Untuk menghilangkan debu yang mudah lepas dapat digunakan sikat atau kuas. Atau vacum cleaner untuk mengisap debu yang mengotori tempat penyimpanan buku maupun bagian luar buku. Tapi mengingat daya sedotnya yang kuat, sebaiknya tidak digunakan untuk mengisap debu yang melekat pada buku-buku yang sudah rapuh. Ini untuk menghindari bertambah rusaknya buku.
Karet busa atau. spons dapat pula untuk membersihkan buku dari debu. Tapi mesti hati-hati, sebaiknya dilakukan dari arah tengah ke pinggir. Sedangkan noda-noda yang sulit dihilangkan dengan kuas atau sikat bisa dihilangkan dengan karet penghapus. Buku yang sudah rapuh dan dicetak dengan tinta yang berkualitas rendah harus ditangani dengan hati-hati. Jika tidak, hal ini justru akan menghancurkan buku-buku tersebut.
Meletakkan buku-buku di dalam lemari kaca merupakan salah satu cara untuk menghindari debu. Walaupun demikian buku-buku dan lemari kaca tetap harus dibersihkan secara berkala. Akan lebih baik lagi kalau di dalam ruang penyimpanan buku dipasangi alat pembersih udara karena dalam alat ini terdapat karbon aktif yang berfungsi sebagai filter udara untuk mengurangi debu.
Salah satu cara merawat bahan pustaka sekarang ini yaitu dengan memasang AC. Selain sebagai penyaring debu, AC membantu menurunkan kelermbapan udara, serta mencegah perkembangan jamur pada buku. Dengan AC pula suhu dan kelembapan udara ruangan bisa disetel sesuai dengan yang ideal bagi ruang penyimpanan buku atau perpustakaan, yakni antara 20 dan 240٥C, dan kelembapan antara 45 dan 60% RH. Idealnya AC harus dinyalakan nonstop selama 24 jam, karena bila tidak justru akan lebih memperburuk kondisi buku.
Ada baiknya jika ruang penyimpanan buku juga dilengkapi dengan dehumidifier yang berfungsi menyerap uap air. Sirkulasi udara sangat penting guna mencegah timbulnya kantung-kantung udara yang muncul akibat suhu dan kelembapan udara tidak memenuhi standar yang ideal. Kipas angin juga sering digunakan untuk melengkapi ruang penyimpanan buku, agar sirkulasi udara baik.
Penggunaan silika gel juga membantu mengurangi kelembapan udara. Bahan ini dapat efektif apabila digunakan di dalam ruangan yang tertutup. Sebelum digunakan, warnanya biru dan apabila sudah digunakan warnanya akan berubah menjadi dadu. Hal ini menunjukkan kadar kelembapan ruangan tersebut. Semakin lembap ruangan, semakin cepat perubahan warnanya.
Agar ruang penyimpanan atau ruang baca buku dapat terbebas dari serangga, sebaiknya dinding, langit-langit, rak buku, dan tempat penyimpanan yang lain secara berkala disemprot dengan bahan insektisida. Di samping itu letakkanlah bahan-bahan berbau yang tidak disukai serangga, seperti kamper, miphtalene ball, atau sejenisnya.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar