Kiat Membuka Kios Produk Islami
Pak Gozali, saya karyawati berusia 35 tahun, sudah menikah dengan dua anak. Saya ingin membuka kios penjualan produk-produk islami, dari buku, VCD, jilbab, hingga souvenir. Namun, karena keterbatasan dana, agaknya saya hanya bisa memulai langkah dengan membuka etalase di halarnan rumah.
Saya tinggal di lingkungan ekonomi menengah ke bawah. Rumah saya tidak di tepi jalan raya, tapi gang rumah saya cukup besar sehingga lalu-lalang kendaraan cukup banyak. Di sekitar rumah saya juga banyak terdapat Taman Kanak-Kanak Islam. Di rumah, saya telah membuka usaha isi ulang air minum yang dikelola suami.
Apa saja yang harus saya perhatikan supaya usaha saya ini berkembang? Bagaimana penataan tempat yang baik supaya dengan dana yang terbatas, orang tetap
berminat berkunjung? Terima kash
Wassalamu'alaikum
Nyonya Y
Jawaban
Sebelumnya saya ucapkan saiut atas niat Anda untuk membantu keuangan keluarga dengan ikut membuka usaha. Keterbatasan tempat dan modal, tentunya bukan halangan untuk membuka usaha sendiri. Tempat yang ramai atau di pinggir jalan bukan jaminan usaha akan ikut ramai. Kita harus mempertimbangkan kecocokan antara barang yang kita jual dengan kebutuhan dan selera orang-orang yang lalu-1alang di depan rumah. Kalau menurut Anda mereka adalah kalangan ekonomi menengah ke bawah, maka tentu harga-harga barang yang dijual pun harus disesuaikan dengan isi kantong mereka. Dan karena barang yang ingin Anda jual terbatas untuk kalangan tertentu saja, maka pastikan cukup banyak kalangan tersebut di sekitar rumah. Banyaknya TK Islam memang bisa menjadi salah satu cirinya. Namun, Anda bisa lebih memastikan lagi dengan melakukan survei kecil-kecilan. Mudah saja, coba tanya konsumen usaha air isi ulang suami Anda, seberapa besar kebutuhan mereka terhadap barang-barang yang ingin Anda jual, sehingga Anda bisa lebih fokus hanya menjual barang yang permintaannya cukup tinggi saja. Misalnya, fokus di buku dan VCD, atau fokus di jilbab dan aksesories.
Mengenai penataan tempat, tentu saja Anda yang lebih tahu persis bagaimana kondisi rumah Anda, letak dan posisi etalase, dan sebagainya. Namun, secara umum dapat saya sarankan agar Anda menempatkan barang-barang yang perputaran tinggi dan punya masa kadaluwarsa lebih cepat seperti majalah dan kaset di depan, sedangkan barang yang lebih "awet" seperti buku di belakang. Selain itu, majalah dan kaset sering berganti-ganti dan berwarna-warni, sehingga penempatan di depan akan memberikan kesan barang-barang di toko Anda selalu up to date.
Ada beberapa barang yang sering dibeli secara impulsif, yaitu barang yang dibeli tanpa rencana, atau dibeli lantaran bentuk dan warnanya yang menark Misalnya, aksesories dan pernak-pernik yang tidak terlalu mahal, atau buku saku yang
praktis. Nah, tempatkan benda-benda seperti ini di dekat kasir atau di jalur masuk atau keluar agar konsumen tergoda untuk membelinya.
Untuk barang yang tidak termasuk dalam kategori barang yang biasa dibeli secara impulsif yaitu barang yang pembeliannya lebih terencana, serius, atau harganya agak mahal semisal buku-buku referensi atau kamus, bisa ditempatkan lebih di belakang. Barang-barang seperti itu terjual karena ada faktor niat dari calon pembelinya. Jadi, meski letaknya kurang strategis, pembeli pasti akan mencarinya atau menanyakannya pada penjaga toko.
Oh ya, bicara mengenai penjaga toko, tentunya ini faktor yang cukup penting untuk diperhatikan. Karena Anda bekerja di luar rumah, maka siapa yang akan mengelola toko menjadi hal yang sangat penting untuk ditentukan sebelum memulai usaha Anda. Apakah suami Anda bisa mengelola dua usaha sekaligus? Atau, Anda bisa mengendalikan toko dari jarak jauh? Bukan hanya mengenai penjaga tokonya lho, tapi juga siapa yang akan belanja, termasuk memutuskan barang apa saja yang perlu dibeli dan sebagainya. Jangan sampai Anda serahkan sepenuhnya pada karyawan yang ia sendiri tidak cukup berani atau tidak cukup jeli dalam melihat kebutuhan pasar.
Kalau yang akan mengelola toko itu suami, pastikan keuangan usaha ini tidak dicampur dengan usaha air minumnya. Uangnya A boleh saja bercampur, tapi pencatatannya tetap harus dipisah, karena kita perlu tahu bagaimana jalannya kedua usaha tersebut masing-masing agar bisa melakukan evaluasi. Dan tentunya keuangan pribadi pun tidak boleh bercampur dengan keuangan usaha. Anda pasti tidak mau usaha Anda gagal berkembang karena digerogoti oleh pengeluaran pribadi. Atau sebaliknya, usahanya kurang bagus tapi disubsidi terus dari uang gaji Anda.
Dan saran terakhir dari saya, sebagus apa pun Anda menata toko, sebagus apa pun Anda Promosi tidak harus dalam media massa, tapi bisa juga dengan melalui berbagai macam kegiatan. Bisa engan kerja sama dengan TK Islam di sekitar rumah, mensponsori kegiatan keislaman di lingkungan, membagikan brosur kepada konsumen usaha air minum suami, dan sebagainya menyediakan kebutuhan konsumen, tentu tidak akan ramai konsumen yang belanja jika mereka tidak tahu berbagai kelebihan dari toko Anda. Betul, kan? Oleh karena, itu jangan lupa untuk selalu berpromosi alias menyampaikan pada konsumen dan calon konsumen untuk datang dan belanja di toko Anda.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar