Keteladanan bagi Anak
Pada umumnya orang mengakui pentingnya keteladanan demi tegaknya suatu budaya. Baik dalam ketuarga, di tempat kerja, maupun dalam kehidupan masyarakat luas. Budaya dialog dalam keluarga misalnya, tidak mungkin terwujud tanpa adanya keteladanan dari anggota keluarga lebih dulu. Budaya di kantor pun pada dasarnya terwujud karena keteladanan, terutama yang ditampilkan pimpinan perusahaan.
Para karyawan pasti akan merasa aneh, tatkala mereka diminta datang tepat waktu oleh manajer yang setiap hari justru selalu datang terlambat. Nasihat ibu kepada putranya agar jangan suka memukul adiknya, tidak akan berarti apa-apa jika nyaris setiap hari sang putra menyaksikan ayahnya memukuli ibu dan ibu suka menampar saudaranya. Budaya berlalu lintas yang baik pun tidak bisa diwujudkan sematamata dengan undang-undang lalu lintas yang bagus. Undangundang itu akan menjadi sekadar barang mati, jika insan-insan penegak hukum tidak memberi teladan ketaatan yang konsisten dalam memberlakukan undang-undang tersebut. Perlu ada semacam insan-insan pelopor untuk pembudayaan berlalu lintas yang baik.
Perwujudan dan pewarisan budaya terjadi karena faktor penting keteladanan. Karena manusia hidup di tengah budayanya, niscaya dia membutuhkan keteladanan demi hidupnya. Keteladanan merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kehidupan insan yang wajar. Manusia tidak cuma butuh makanan, minuman, scmdang, papan, pekerjaan, kesehatan, dan, cinta kasih. Dia juga butuh keteladanan.
Selain merupakan kebutuhan psikososial insani yang mendasar, keteladanan juga merupakan faktor penting terwujudnya relasi antar manusia yang harmonis. Ucapan, perintah, atau imbauan yang tidak disertai teladan nyata yang sesuai, akan melahirkan kebingungan (disonansi kognitif), kesinisan, ketakpercayaan, yang pada akhirnya meniadakan rasa hormat. Hilangnya rasa hormat akan mematikan apresiasi. Padahal apresiasi, atau semangat menghargai, merupakan satu kondisi yang amat penting untuk menyangga relasi antarmanusia yang baik. Relasi tidak akan bertumbuh kembang semakin anggun jika: insan-insan tidak memiliki semangat untuk menghargai kebersamaan mereka. Disonansi kognitif akan membuahkan mispersepsi dan gangguan komunikasi yang menyuburkan rasa saling curiga. Kesinisan akan menggerogoti ketaatan, sedangkan ketidakpercayaan akan merusak seluruh sendi relasi.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar