Tidak jarang, gangguan relasi muncul hanya karena orang getol mengubah perilaku orang lain tanpa menampilkan teladan nyata perilaku yang dikehendaki. Banyak contoh yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak berusia empat tahun punya kebiasaan buruk, yaitu sering lupa gosok gigi pada malam hari sebelum tidur. Karena kesal, ayahnya sering memaksa anak itu bangun dari tidur pulasnya untuk menggosok gigi. Sang ayah pun berulang-ulang menasihati si anak, supaya dia teratur menggosok gigi, demi kesehatan dan kebersihannya sendiri. Namun ternyata si anak tetap bergeming. Dia masih sering lupa gosok gigi. Ayah dan ibu bingung dan bertanya kepada konselor, apa yang harus mereka lakukan. Konselor mengatakan supaya mereka meneladankan tindakan menggosok gigi secara teratur di hadapan anak. Mereka mengatakan, sudah melakukan hal itu, bahkan setiap selesai makan kedua orang tua itu. selalu menggosok gigi. Mereka merasa sekadar menuntut si anak melakukan tindakan yang biasa dilakukan ayah dan ibunya. Lantas, apa lagi yang tidak beres? Adakah memang si anak pemalas? Ternyata tidak. Selidik punya selidik, anak itu hanya butuh teladan nyata. Memang, ayah dan ibunya setiap hari taat menggosok gigi. Namun mereka hanya melakukannya di kamar mandi pribadi mereka, sehingga si anak tidak pernah melihatnya. Padahal anak membutuhkan teladan yang sungguh dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, beberapa bulan setelah ayah dan ibu menggosok gigi di wastafel. yang ada di kamar si anak setiap kali mereka selesai makan malam, anak itu tidak pernah lagi lupa menggosok gigi setiap menjelang tidur malam.
Seorang istri tidak bisa lagi merasakan cinta dalam relasi dengan suaminya, hanya karena dia sudah terlalu sebal pada suami yang selalu menuntut ini dan itu tanpa pernah menunjukkan teladan yang sesuai. Yang paling menyebalkan, si suami sering kali "menguliahi" dirinya supaya mendidik anak dengan baik. Namun ternyata dia sendiri tidak pernah sudi menyediakan waktu untuk ikut mendidik anak, untuk mewujudnyatakan dan mempraktikkan nasihat-nasihat pendidikan buat istri. Sampai suatu saat sang istri minta cerai.
"Aku tidak lagi bisa mempercayaimu. Bahkan rasa-rasanya aku tidak lagi mampu menghargaimu. Di hadapanku, engkau tampak sangat menyebalkan.Aku tidak lagi bisa berharap apa pun kepadamu," ujar sang istri putus asa.
Si suami kaget dan bingung ketika mendengarkan ucapan tersebut. Dia masih merasa betapa dirinya baik dan patut dihargai. Dia tak menyadari kelemahannya, yakni bahwa dirinya tidak pernah memberi teladan. Dengan demikian dia tak pernah memenuhi kebutuhan istrinya akan keteladanan. Dia lupa bahwa istrinya pun manusia biasa yang tidak cuma butuh makanan, minuman, sandang, dan papan. Si istri juga butuh keteladanan. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut mengakibatkan kerusakan relasi. Memang, insan pewujud relasi antarmanusia yang baik niscaya merupakan insan yang meneladankan hidup yang baik, taat moral dan mengindahkan etika umum.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar