Jumat, 27 November 2009

Kegunaan Ragi

v Ragi Bir Pembuat Roti
Sebagaimana barangkali su­dah Anda dengar selentingannya, ragi adalah sejenis cendawan, Saccharomyces, yang sebagai tumbuh-tumbuhan re­nik tingkatan rendah lainnya hanya berbentuk sel lembut saja. Tapi kalau berangkai de­ngan para tetangga dan anak cucunya sendiri, da­pat menjadi sekelompok pasukan „kolonial" yang lumayan juga dapat dilihat (di bawah mikroskop), diraba, ditawan, dipekerjakan dan diganyang, menurut situasi dan kondisi, tapi jenisnya bermacam-macam.
Ragi yang bermukim di po­hon Aren dan suka membuat tuak misalnya (Saccharomy­ces tuac), tidak sama dengan ragi yang mau mengerjakan peuyeum Bandung Selatan (Saccharomyces vordermannii). Dan ragi yang mengerjakan sari buah anggur di Perancis (Saccharomyces ellipsoideus) juga tidak sama dengan ragi yang membuat “anggur" go­wok di Pasarminggu. Dan ini juga beda dengan ragi yang suka mendobrak gandum untuk menghasilkan Bir Bintang (Saccharomyces cerevisiae), meskipun ragi bir yang banyak kita impor sebagai Koningsgist kalengan dari Belanda ini se­ring juga dapat kita suruh mengerjakan tepung terigu un­tuk membuat roti tanpa ban­ting.
Bedanya hanya, kalau pada pembuatan bir adalah alkohol­nya yang ingin kita-ambil, sedang pada pembuatan roti adalah gelembung gas karbon­dioksida yang timbul sebagai hasil sampingannya yang kita maui. Sebab, gelembung ini membuat adonan roti dapat mengembang sehingga rongga­rongga yang tinggal setelah gasnya terusir waktu dimasak dalam oven, dapat membuat roti itu membuat empuk, enak dimakan dan mudah dicerna. Makin banyak gas karbondiok­sida yang terbentuk karena makin giat proses peragiannya, makin nyaman tentunya. Lebih nyaman daripada roti gambang misalnya. Atau roti ganjel ril para amatir yang kekurangan ragi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar