Kalau ingin memakai bijinya sebagai bibit, biji harus disemaikan dulu dalam kantung-kantung plastik berisi media pesemaian yang dapat dibeli di kios-kios, sarana produksi pertanian. Biji itu harus dikeluarkan dulu dari kulit buahnya yang sudah masak (berwarna hijau kekuning-kuningan) dan dicuci agar bebas dari lendirnya, lalu dikering anginkan sebelum disemaikan dalam kantung plastik. Kantung bibit ini harus ditaruh di tempat teduh, di bawah naungan pohon yang rindang, dan disirami setiap hari (tetapi seminggu sekali, air penyiram diberi urea satu sendok makan tiap 10 liter), bibit akan tumbuh pesat, dan pada umur 6 bulan sudah cukup kuat (tingginya 30 cm) untuk dipindahtanamkan ke lubang penanaman dekat batang pohon naungan.
Pemeliharaan kapulaga selanjutnya sederhana sekali. Pada umur satu bulan sejak dipindahtanamkan, tanaman dipupuk urea satu sendok makan tiap batang, untuk mendorong pembentukan rumpun. Lalu satu sendok makan lagi sesudah berumur tiga bulan. Setiap enam bulan sekali dipupuk kandang 3 kg tiap rumpun. Selain disiangi dicabuti rumputnya, rumpun kapulaga perlu diberi mulsa di sekitar batangnya untuk menjaga kelembapan. Mulsa (penutup tanah di sekitar batang tanaman) boleh berupa rumput hasil penyiangan yang sudah dikeringkan, atau jerami kering.
Secara rutin, tanah di sekitar batang juga perlu didangir agar gembur, dan batang yang sudah mengering karena tua dipotong untuk dibuang. Sesudah berumur dua tahun, selain diberi pupuk kandang rutin, rumpun juga diberi pupuk majemuk kimia NPK yang angka P-nya besar, untuk mendorong pembentukan buah. Tiap rumpun cukup diberi 40 g setahun. Tetapi dicicil dua kali angsuran. Cicilannya dititipkan pada pupuk kandang pemberian rutin tiap "semester" itu.
Kapulaga akan berbuah setelah berumur tiga tahun, Tandan buah yang merayap perlu diberi alas lembaran plastik, agar tidak kotor kecipratan air hujan. Buah dipetik kalau warnanya sudah berubah hijau muda, dan padat berisi. Dipungut terlalu masak, buah akan banyak yang meledak ketika dikeringkan. Kita hanya mendapat sisa yang kocar-kacir saja, berikut kulit yang kopong.
Karena bunga tidak bersamaan keluarnya, buahnya terpaksa tidak dapat dipanen serentak, tetapi sebagian-sebagian. Tanda bahwa buah sudah boleh dipetik ialah sisa perhiasan bunga di ujung tandan sudah luruh. Kalau sudah begitu, pangkal tandan dipotong dengan pisau, tepat di bawah buah yang paling bawah. Rangkaian buah kemudian dijemur sampai berubah lagi warnanya menjadi kuning jerami, Kalau dapat, dalam pengeringan itu buah diusahakan agar sesedikit mungkin yang terbuka. Untuk itu, buah harus digunting dari tandannya berikut tangkainya, meskipun tangkai ini nanti juga dibuang lagi sesudah tidak diperlukan. Tetapi waktu dikeringkan di atas tampah, tangkai harus masih ada untuk mencegah pecah.
Buah kapol lebih sedikit, tetapi besar dan bulat, sampai disebut ronde kardemon. Biji kapulaga lokal juga mengandung minyak asiri, bahkan lebih harum, sampai dulu banyak dipakai gebagai mut-mutan pengharum abab (bau mulut). Tetapi sejak dunia kebanjiran Wybert, Mentos, dan Pagoda Pastilles, kapulaga lokal tidak dipakai lagi karena kurang bergengsi. Untuk membedakan kedua jenis itu, para petani menyebut kapulaga dari India kapulaga, sedangkan kapulaga lokal disebut kapol. Dalam buku resmi jahe-jahean, kapol masih tetap ditulis resmi kapulaga (meskipun kadang diberi embel-embel "lokal" Sedangkan kapulaga keturunan India ditulis kapulaga sabrang (berbatang lunak, tidak berkayu) yang membentuk rumpun (muncul dari tanah berbatang banyak). Sosoknya seperti jahe, tetapi tumbuhnya menahun setinggi 3 m, dan baru berbuah pada umur 3 tahun. Sedangkan jahe hanya dapat setinggi 1,5 m, dan tidak ditunggu sampai berbuah tetapi dibongkar habis sebelum berbunga untuk dipungut umbinya.
Buah kapulaga muncul dari batang semu dekat tanah, dan merayap berserta
tandannya yang sepanjang 1 m ke tanah sekitamya. Supaya tidak kotor kecipratan tanah kalau hujan, petani pemiliknya menyelipkan lembaran plastik sebagai alas di
bawah tandan buah itu. Buah lonjong sepanjang 1 cm yang bersisi tiga itu dipetik kalau sudah montok, padat berisi, setengah matang. Warna hijaunya sudah berubah hijau muda. Tadinya hijau banget. Ketika berubah warna itulah baunya sedap sesedap-sedapnya.
Di India, buah yang sudah dikeringkan, disortir menurut ukuran dan warnanya. Yang sudah kuning jerami cantik, dikemas sebagai buah siap jual, sedangkan yang belum, pucatkan dulu. dengan uap belerang. Penjagaan mutu inilah yang membuat India menjadi pengekspor kapulaga yang digemari orang. Buah yang sudah kering menjadi keriput, bergaris-garis, berisi 4 - 7 butir biji kecil coklat kemerah-merahan. Rasanya agak pedas seperti jahe, tetapi baunya tidak. Inilah yang dapat kita beli di toko dan pasar swalayan terkemuka di dunia barat. Di Indonesia justru tidak! Dalam perdagangan kemudian ditawarkan juga varietas kapulaga lain dari pegunungan tinggi Mysore (India) yang buah lonjongnya lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan kapulaga Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh tegak. Dari Sri Lanka ditawarkan Elettaria cadamomum var major sebagai Ceylon cardamom. Buahnya lebih lebar dan pipih daripada Malabar cardamom, E. cardamomum var. minor. Dari Thailand, kemudian juga ditawarkan Siamese cardamom yang masih sejenis dengan kapol kita, Amomum cardamomum.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar