v Dicrot-crotkan
Bermacam-macam kapulaga itu diimpor dari India dan Sri Lanka oleh Prancis dan Jerman. Tetapi setelah disortir, buah itu ada yang dikupas. Bijinya yang telanjang bulat dikemas lagi yang lebih bagus, lalu diekspor kembali ke negara-negara
Timur Tengah. Di sana kapulaga dipakai sebagai campuran kopi aspal supaya lebih sedap.
Negeri Eropa lainnya seperti Belanda dan Norwegia mengimpor kapulaga yang belum dikupas untuk dipakai sendiri. Kalau hendak dipakai, buah sebanyak satu sendok makan ditumbuk ringan dulu dalam lumpang porselen kecil khusus untuk dapur, agar terlepas dari kulit buahnya. Biji pecah kulit ini kemudian diayak untuk dibuang kulitnya. Bijinya ditumbuk lebih lanjut sampai halus atau setengah kasar sesuai keperluan. Inilah yang dibubuhkan pada masakan sesuai resep botolan. Masakan yang dikehendaki tinggal dicrot-croti minyak ini ketika sedang dimasak. Minyak kapulaga juga dipakai untuk menyedapkan soft drink- dan es krim Amerika di pabriknya.
Biji kapulaga akan lebih baik ditumbuk sebagian-sebagian, beberapa saat sebelum dipakai. Jadi kesegarannya, masih terasa benar. Sebelumnya, kapulaga memang harus disimpan berupa buah yang masih ada kulitnya yang utuh. Sebab, kulit ini melindungi biji terhadap udara kering dan panas, jangan sampai terlalu cepat kehilangan bau sedapnya. Dalam dapur modern yang serba terburu-buru masa kini, menumbuk buah semacam itu jelas ketinggalan kereta. Beberapa pabrik bumbu lalu mengekstrakkan minyak asiri dari biji itu saja menjadi oil of cardamom
v Jamu tenggorokan
Seorang keponakan pernah judek mengobati sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh, meskipun sudah berkali-kali diobati antibiotik. Selama sakit tenggorokan, badannya tidak tahan masuk angin. Minum es teler sedikit saja sudah kontan pilek masuk angin. Setelah berganti dokter, ia diberi saran untuk tidak minum obat antibiotik lagi, tetapi minum teh kapulaga saja yang harganya tidak setinggi langit. Yaitu serutan batang kapol kering yang dapat dibeli pada penjual jamu di pasar. Sebanyak dua sendok teh direbus, lalu disaring. Sarinya yang larut dalam air perebus diminum seperti teh sore-sore. Tidak usah diberi gula, karena rasa kapol sudah nyaman. Teh sore-sore itu tidak ces pleng seperti peincilline losenges. Tetapi setelah sebulan membiasakan minum teh kapol, alias kapulaga lokal, lendir yang mengotori tenggorokan keponakan keluar semua.
Di kalangan farmasi, kapulaga memang terkenal sebagai ekspektoran. Bagusnya, sejak terbebas dari radang tenggorokan, keponakan itu tidak rentan terhadap serangan angin yang masuk. Minum dingin, atau es krim, tenggorokannya tegar saja, tidak terasa gatal-gatal dirangsang untuk batuk.
Biang keladi khasiat ekspektoran itu ternyata minyak asiri sineol juga, si pembantu karminatif obat masuk angin. Sineol yang serupa tapi tak sama dengan eukaliptol kayu putih ini pedas, tetapi kalau ditelan jadi sejuk, sampai banyak dipakai untuk membuat peppermint palsu. Permen yang tulen dibuat dari minyak daun peppermint beneran Mentha piperita. Dalam tugasnya sebagai ekspektoran, sineol diperkuat oleh terpineol dalam minyak asiri kapol itu juga, yang antiseptik. Berbeda dengan kapulaga sabrang, kapol hanya berbuah sedikit, tetapi buahnya lebih besar dan bulat-bulat sampai orang Belanda menyebutnya ronde kardemon. Kalau buah kapulaga sabrang banyak diminta pasaran Eropa, buah kapol lebih banyak diminta oleh RRC untuk menyedapkan ramuan obat sinse
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar