Kamis, 26 November 2009

Implikasi Negatif Suara Musik

Epilepsi karena bunyi
Kenyataan bahwa bunyi atau musik erat kaitannya dengan kehidupan hampir semua makhluk, tercermin dari kandungan bunyi atau musik dalam bagian-bagian tubuh manusia sekaligus reaksinya terhadap pengaruh bunyi dari luar.
Seorang neurolog Inggris, Macdonald Critchey memberi beberapa gambaran, antara lain analisisnya mengenai penyakit epilepsi musikogenik yang ditemuinya di St. Peters­burg, Sovyet, tahun 1913. Pe­nyakit aneh ini muncul ketika seorang kritikus musik terke­muka saat itu, Nikonov, se­dang menyaksikan pementas­an opera The Prophet karya Meyerbeer, di Imperial Opera House. Babak pertama dan kedua dilewatinya tanpa gangguan. Namun ketika pertunjukan memasuki babak ketiga, tiba-tiba ia gemetar dan seluruh tubuhnya ber­keringat. Tanpa dapat ditahan mata kirinya kejang. Berba­rengan dengan itu ia terse­rang sakit kepala hebat sam­pai pingsan. Sejak saat itu Nikonov selalu menjadi kor­ban serangan penyakit aneh ini setiap saat ia mendengar­kan opera. Bahkan dengan hanya mendengar musik tersebut dari jarak jauh, ia sudah cukup menderita.
"Setiap kali mendengar suara himne tentara berbaris, ia akan segera menutup ku­ping dan bersembunyi di balik pintu," ujar Critchey. Contoh lain bisa dibaca dari buku Leloirier berjudul Treatise of Spectres. Di situ digambarkan ada orang yang selalu terkencing-kencing alias beser tanpa dapat dikendali­kan (urinary incontinence) setiap kali ia mendengar bu­nyi tertentu.
Sebaliknya, dapatkah bagi­an tubuh tertentu menjadi lebih sehat bila bunyi musik dipaparkan?
Pada tahun 1529, Caelius Aurelianus menuliskan kisah seorang musikus yang punya kemampuan menyembuhkan bagian-bagian tubuh yang sakit. "Secara khusus ia akan memainkan suatu instrumen tepat di atas bagian tubuh yang terkena penyakit. Ketika musik dimainkan, bagian tu­buh tersebut akan berdenyut dan bergetar. Hal ini secara perlahan akan menghilangkan sakit dan berangsur-angsur menyembuhkan." Demikian sebagian kutipannya.
Keampuhan terapi musik sebagai sarana pengobatan tertulis pula dalam buku On Inspiration karangan Theo­phrastus (tahun 160). Meski sekilas tidak masuk akal, ma­yarakat zaman itu sudah meyakini bahwa sakit encok di pinggang akan reda bila yang bersangkutan mende­rigarkan alunan bunyi flute yang dimainkan dengan amat lembut dan melodius. Hal ini herlaku juga untuk penyem­buhan luka-luka gigitan ular. Beberapa abad kemudian, penulis Democritus dalam bukunya berjudul On Deadly Infections, pun menyiratkan hal yang sama, bahwa alun­an suara flute yang begitu menyihir mampu mengobati beberapa penyakit. Seorang psikolog anak baru-baru ini melaporkan, pengalamannya menangani pasien berumur 11 tahun yang menderita schizoprenia cantatonis. Sudah tujuh tahun lamanya bocah ini bisu, tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam suatu kon­sultasi, sang psikolog memu­tar lagu Jesu, Joy of Man's Desiring. Mendengar musik itu bocah nampak berlinang air mata. Ketika alunan musik selesai ia berkata, "Inilah mu­sik paling kuat yang pernah aku dengar. Sekarang aku bisa bicara."
v Alat Tenun yang Mempesona
Kelebihan musik atau bu­nyi juga dimanfaatkan oleh berbagai lembaga riset il­miah. Ahli komputer Robert C. Morrison dari Univeritas East Carolina telah me­ngembangkan suatu program komputer yang mampu me­nerjemahkan pola data nu­merik ke dalam bentuk notasi musik. Dengan percobaan ini ia ingin membuktikan, telinga merupakan indera yang lebih sensitif dibandingkan dengan mata untuk keperluan pende­teksian. Di samping tetap mampu memaparkan analisis baik secara visual maupun matematikal, dengan medium bunyi seseorang akan bisa membedakan motif-motif yang berulang dalam analisis ki­mia.
Kemampuan metode musik ini jauh lebih dahsyat ketika sekelompok ilmuwan, David W Abraham, Ralph L. Hollis, dan Septimiu E. Salcudean dari Pusat Riset Thomas J. Watson di New York, me­ngombinasikan dengan alat yang punya kemampuan un­tuk merasa. Lembaga riset milik IBM ini mengembangkan alat canggih yang disebut "gelang magis," yang bisa mengkonversikan gambar­-gambar rumit dari sebuah scanner mikroskop elektron alat yang mampu menampak­kan permukaan atom sebuah benda ke dalam gerakan-­gerakan tiga dimensi. Ini ber­arti orang yang mengenakan gelang tersebut bisa merasakan sendiri susunan permukaan atom logam dan campur­annya, misalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar