Gosip Membuat Kita Bebal
°°Tiada hari tanpa gosip" adalah jargon yang sering disebutkan Trans TV untuk mempromosikan "Kros Cek"; acara infotainment mereka yang sejak awal Juli lalu mengudara tiap hari tiap pukul setengah empat sore. Sebelumnya acara ini muncul dua kali dalam seminggu. Infotainment lain yang disajikan stasiun yang sama, "EKo Ngegosip" kini muncul hampir tiap hari setelah sebelumnya hanya muncul setiap Ahad petang.
Bergosip memang jadi kesukaan berbagai stasiun TV sekarang. Acara yang disebut sebagai infotainment ini ada pada semua stasiun TV. Tidak cukup satu, satu stasiun bisa memiliki dua hingga empat acara sekaligus.
Belum lagi, sejak dua bulan ini, sejumlah stasiun pada dini hari menayangkan ulang acara infotainment yang telah dipertunjukkan pada sore atau malam hari sebelumnya. Misalnya saja, RCTI menayangkan ulang "Kabar-Kabari" dan "Cek & Ricek"; Trans TV setiap hari dengan "Kros Cek"-nya, dan TV7 dengan "Inside Selebritis" atau "Cuci Mata". Kesan bahwa acara infotainment itu sangat berjejalan sungguh terasa.
Sesuai dengan namanya, infotainment, acara ini menggabungkan antara informasi (information) dan hiburan (entertainment). Tetapi sesungguhnya, acara demikian adalah gunjingan tentang orang ternama alias gosip. Sejumlah jargon atau nama acara semacam itu jelas-jelas menyebut acaranya sebagai acara gosip. Misalnya, jargon "Kros Cek" tadi di Trans TV, "Tiada hari tanpa gosip". Atau, bahkan kata °gosip" jadi nama acara. Misalnya, "E...Ko Ngegosip".
Keseragaman dan Hasrat Ingin Tahu Acara infotainment di TV diawali oleh "Kabar-
Kabari" di RCTIyang muncul di penghujung 1990-an. Acara ini dinilai sukses, maka segera saja muncul pengekornya. Pada awal tahun 2000 tidak hanya RCTI, namun sejumlah stasiun TV lain telah rnemiliki acara sejenis-bahkan lebih dari satu. Acara tersebut memiliki nama berbeda-beda, tetapi sebenarnya kemasannya hampir sama dan seragam. Kabar terbaru tentang seorang artis akan diberitakan sama hampir di semua acara itu. Alhasil, jika kita menonton satu acara infotainment, maka hal yang sama akan kita dapatkan jika kita menonton tayangan infotainment lain di stasiun lain atau pada jam lain.
Acara ini menarik minat stasiun TV karena pembuatannya murah dan menarik banyak iklan. Acara semacam ini memang menguntungkan. Masyarakat sendiri menggemari berita-berita tentang orang ternama. Sebab, bukankah prinsip jurnalistik berbunyi "Name makesnews" (nama membuat berita)? Masyarakat selalu ingin tahu, apalagi jika itu menyangkut nama orang terkenal. Media (terutama TV dan film), menurut penulis ternama, John Naisbitt, dalam bukunya High Tech High Touch, telah merangsang kehausan voyeuristik (rasa ingin tahu, mengintip, red) kita untuk menyaksikan berbagai drama kehidupan nyata.
Acara-acara infotainment memenuhi hasrat keingintahuan penonton akan kehidupan orang lain. Makin seru, dramatis, dan kontroversial yang diberitakan, makin asyik orang menonton dan makin senang pula stasiun N menayangkannya.
Soal kreativitas? Itu persoalan kesekian. Yang dipentingkan pembuatnya adalah berita tentang orang ternama. Apakah itu ditayangkan oleh acara sejenis lain, tak penting untuk dipertimbangkan. Apalagi karena penayangannya harus cepat, karena disajikan tiap hari, maka proses pembuatannya pun instan pula. Dalam model 'kejar tayang' semacam itu, sulit sekali menuntut kreativitas dari si pembuat acara! Itulah sebabnya acara semacam ini umumnya seragam dalam penyajian.
v Hal Remeh dan Etika
Paul Kennedy, dalam bukunya yang terkenal Preparing for the Twenty First Century menulis kekhawatirannya tentang remaja AS yang larut dalam apa yang disebutnya triavialism (kecenderungan untuk menyukai hal-hal remeh). Kennedy meramal, kecenderungan yang diproduksi media massa itu akan membuat AS di masa depan tertinggal dan mengalami kebangkrutan ekonomi.
Apa yang disajikan Kennedy dalam bukunya itu selalu mengingatkan saya saat saya menonton acara-acara gosip di TV. Materi yang disajikan acara-acara semacam itu sungguh remeh, tak penting, tetapi membuai penonton hingga menyukainya. Itulah triavialism!
Dengan berjejalannya acara infotainmentdi TV (dini hari, pagi hari, siang, petang, dan malam), potensi kita sebagai penontonnya untuk terpengaruh sangat besar. Acara TV yang muncul pada setiap saat dan suasana iti mengarahkan kita, memberikan informasi kepada kita, menghibur kita. Kita dapat saja berdalih bahwa itu semua semu dan bahwa kita tak terlalu memedulikan. Namun, apa yang tampak di layar sesungguhnya masuk ke memori kita, mimpi kita, serta percakapan kita.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar