Sabtu, 28 November 2009

Dongeng bisa menyembuhkan psikis

Dongeng menyembuhkan
Rudolf Geiger, 73, kepala administrasi pada klinik psikiatris di Freiburg, Jerman Barat, senang mendongeng kepada para pasien. Dongengnya sama saja seperti yang ia ceritakan kepada ketujuh orang cucunya. Ternyata pasien-pasiennya lebih nyenyak tidur daripada sebelum mendengar dongeng. Tidak heran kalau ada dokter yang memberi resep dongeng, bukan pil.
"Salah sekali kalau menganggap dongeng hanya untuk anak-anak," kata Wakil Ketua Lembaga Pencinta Dongeng Eropa, Juergen Janning (42 tahun).
"Dongeng yang biasa diceritakan tentara, nelayan, penebang kayu dan pengembara pada saat mereka tidur di udara terbuka, bukanlah sekedar pengisi waktu, melainkan juga pengusir rasa takut," katanya.
Lembaga yang mempunyai lima ratus anggota itu merupakan lembaga kesusastraan terbesar di Jerman setelah Lembaga Goethe, Schiller dan, Theodor Storm. Setiap tahun ada enam puluh orang yang mendapat kesempatan ikut mendongeng. Yang ingin ikut jauh lebih banyak. Mendongeng ada seninya sendiri, jadi lain dengan membaca.
Orang dewasa pun banyak yang tertarik mendengarkan, karena hal itu membuat mereka tergetar dan merasa senang. Bukan cuma kakek dan nenek yang senang menceritakan dongeng, pemuda dan pemudi pun menyukainya. Di Jakarta pun tahun-tahun terakhir ini beberapa kali diselenggarakan lomba mendongeng. Gaya orang mendongeng pun bermacam-macam. Ada yang tenang, ada yang sambil menggambar, ada yang melakukan banyak gerakan.
Charlotte Rougemount dari Hamburg yang berumur 80 tahun, kewalahan melayani permintaan untuk mendongeng, terutama dari sekolah-sekolah. Setelah mendengar dongengannya, seorang anak memberi komentar, "Seperti ada film bermain di kepala."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar