Jumat, 27 November 2009

Bulimie Pengaruh Derita di Masa Kecil II

v Bunuh diri bertahap
Kini, dalam usia 39 tahun dan sctelah menjadi penderita bulimie selama dua puluh tahun, usus dan ginjalnya rusak. Giginya pun keropos akibat rusaknya email karena terkena banyak asam pada waktu ia muntah berulang-ulang. Melanie baru menyadari bahwa masa dua puluh tahun dalam hidupnya itu sama artinya dengan usaha bunuh diri bertahap.
Melanie adalah pasien tertua di Klinik Roseneck dan merupakan penderita yang paling lama. Se­bagian besar wanita penderita bulimie berusia antara 20—35 tahun. Gejala penyakitnya diawali de­ngan hilangnya rasa lapar dan rasa kenyang. Juga terganggunya kepekaan seseorang dalam menerima rasa panas, dingin, maupun rasa sakit. Selain itu, jantung pun bisa berhenti dengan tiba-tiba kalau kadar kalium terlalu rendah pada saat mereka memuntahkan makanan. Kelenjar lendir pun jadi seringkali membengkak.
Lewat penelitian yang rumit, para dokter akhirnya menemukan penyebab dari penyakit tersebut. Sebagian besar penderitanya terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai rasa percaya diri dan orang-orang yang mempunyai masalah yang rumit dalam kedudukannya sebagai wanita. Selain itu, sebagian besar para penderita­nya adalah mereka yang berpendidikan sekolah menengah dan mahasiswi, putri golongan masyarakat kelas atas seperti Melanie yang berasal dari keluarga pengusaha. Perasaan kurang dicintai oleh orang tua dibandingkan de­ngan saudara-saudaranya yang lain juga merupakan penyebab dalam kasus ini.
Dalam stadium lanjut penyakit bulimie, seorang penderita sampai-sampai tak bisa lagi melakukan hubungan intim atau kontak badaniah. Dorongan untuk melahap makanan makin hebat, sehingga hilanglah kebutuhan akan kelemahlembutan, rasa segan, dan rasa aman. Mereka mulai berani mencuri atau berutang. Bahkan kunci pengaman pada tempat penjualan kue pun bisa dipatahkan.
Untuk melepaskan diri dari kecanduan yang hebat, beberapa pasien ada yang sampai melukai diri mereka sendiri. Ada yang mengguratkan kata "mati" di tangannya dengan pisau, ada yang mencapiti perut mereka sampai berdarah. Luka akibat ditoreh pisau cukur atau pisau lipat sering sekali terjadi.
Sementara itu, program perawatan terhadap penderita bulimie di Roseneck juga makin berkembang. Tidak ada lagi ancaman dihukum dan pengawasan yang ketat. Isolasi terhadap pasien diperkecil. Orang-orang yang dekat dengan pasien turut serta dalam terapi. Terapi itu sendiri terdiri atas menceritakan pengalaman dalam kelompok, latihan gerak, dan kumpul-kumpul sambil melakukan kegiatan seperti menggambar, merajut, atau menyusun sesuatu. Pokoknya, pasien diminta untuk mengekspresikan perasaannya secara positif.
Serangan penyakit Melanie dimulai di masa ia menjadi au-pair (pengasuh anak intern) di Paris. Ketika itu ia harus menjaga seorang gadis kecil. Ia mengambil gula-gula anak asuhnya. Tindakannya itu merupakan cerminan dari masa kanak-kanaknya yang suram, yang sampai saat ini masih terasa. Melanie masih menyimpan pengalaman yang menyakitkan: adegan perceraian ayah dan ibunya serta adegan perkosaan yang dialaminya ketika ia berumur tujuh tahun, yang tak pernah diceritakannya kepada siapa pun.
Bagi orang tuanya, masalah seksual merupakan tema yang tabu dibicarakan. Sang ibu yang berkepribadian kuat menuntut anak-anaknya untuk menjadi seorang perfeksionis. Ia berpendapat hanya wanita yang kuat yang patut dikagumi. Orang yang lemah dianggap berkarakter buruk. Melanie memang akhirnya juga menjadi seorang perfek­sionis. Saat ini, kalau ia mau menangis akibat rasa nyeri, wajahnya tetap saja berseri-seri.
Pengalaman traumatis akibat perlakukan seksual yang tak senonoh di masa kanak-kanak rupanya diderita oleh sepertiga penderita bulimie. Demikian menurut penyelidikan yang diadakan di Amerika. Sebagian besar para penderita berasal dari keluarga yang jarang mau menjelaskan masalah-masalah seks, padahal sang putri yang tengah menerima musibah ketika itu secara tidak langsung merasa diejek teman-temannya dengan sebutan "wanita jalang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar