Jumat, 27 November 2009

Bulimie Pengaruh Derita di Masa Kecil I

Bulimie Pengaruh Derita di Masa Kecil



Biasanya orang yang ingin langsing enggan makan, tetapi penderita bulimie malah makan sebanyak-banyaknya, lalu dikeluarkan lagi secara paksa penyakit itu bisa dianggap bunuh diri seca perlahan-lahan bagaimana cara menanggulanginya?
Dua puluh tahun lamanya Melanie Wallmann ber­perang melawan tubuhnya. Ketika ia berusia delapan belas tahun, ia ingin kurus. Seta­hun lamanya ia hanya makan apel. Namun, kemudian ia tidak dapat menekan rasa laparnya dan dorongan makannya yang hebat pun jadi tidak bisa direm. Untuk menanggulanginya ia punya cara baru: memuntahkannya. Namun, sejak saat itu, ia terjerumus dalam lingkaran yang tak ada akhirnya antara serangan rasa lapar dan dorongan untuk mengalahkan­nya. Ia terombang-ambing antaara kecanduan dan rasa mual. Selain itu, isolasi jiwanya makin besar. Acapkali setelah makan dan memuntahkannya, muncullah perasan benci pada diri sendiri. Wanita penderita bulimie ini beratnya hanya 43 kilogram padahal tinggi badannya 1,84 meter. Akibat penyakitnya, ia gagal menyelesaikan kuliahnya.
Sejak beberapa bulan ini, ia menjadi pasien di Klinik Roseneck di Chiemsee, Jerman Barat. Diagnosa dari penyakitnya adalah Bulimia nervosa atau dalam bahasa sederhananya adalah p-nyakit yang mengganggu nafsu makan.
Penyakit Bulimia nervosa atau bulimie seringkali dijumpai pada wanita-wanita di negara-negara industri pada sepuluh ta­hun belakangan ini. Para penderita bulimie bisa tiba-tiba terserang nafsu untuk melahap makanan yang mengandung kalori sampai 15.000. Serangan nafsu makan itu bisa muncul beberapa kali dalam seminggu dan biasanya timbul di siang hari.
Walaupun begitu, sesudahnya, sang penderita langsung berusaha mengeluarkannya dengan paksa atau mengeluarkan makanan yang ditelannya itu dengan bantuan obat-obatan pencahar supaya tak ada sisa makanan yang tertinggal di dalam tubuhnya. Sebagian besar para penderita penyakit itu bisa menyembunyikan penyakit mereka. Namun, begitu meninggalkan rumah atau saat tak ada orang yang memperhatikan, mereka langsung membeli berbagai macam makanan atau gula-gula. Mereka juga mengenal toko-toko kue atau tempat penjualan makanan yang buka sampai malam.
Melanie Wallmann yang berprofesi sebagai restorator lukisan merupakan orang yang berkecukupan dilihat dari sudut keuangan. Ia dapat saja mengunjungi rumah makan besar yang istimewa., tetapi ia ternyata lebih suka makan di rumah makan kecil. Alasannya? Supaya kekasihnya tidak melihat "tingkah lakunya yang tidak normal." Di rumah makan kecil, ia memesan berbagai macam makanan dan melahapnya sampai-sampai pelayannya terheran-heran melihat nafsu makannya. Namun akhirnya, ia memuhtahkan semua makanan yang ditelannya itu di WC. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan uang 60—100 mark un­tuk makan.
Pukul 04.00 jam weker di rumahnya berbunyi. Melanie segera bangun untuk menelan obat-obatan pen­cahar. Bertahun-tahun Melanie menelan berbungkus-bungkus obat pencahar setiap pagi. Seandainya ia melihat persediaan pil pencaharnya habis, ia jadi panik dan tergesa-gesa mencari apotek yang buka walaupun apotek itu terletak di luar kota. Pokoknya, ia tidak memperbolehkan makanan mengendap di dalam tubuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar