Minggu, 29 November 2009

Bisnis Buku

Bisnis Buku


Pameran buku kita, baik Pesta Buku Jakarta (Jakarta Book Fair maupun Islamic Book Fair (IBF), selalu ramai pengunjung. Tahun 2006, pengunjung PB1 mencapai 165.000 orang dan diharapkan meningkat di tahun ini yang diikuti oleh 180 stan dari 90 penerbit. Menurut pengalaman, jumlah pengunjung pameran buku memang selalu meningkat, juga jumlah stannya. Tahun 2000, jumlah stan mencapai 151; meningkat menjadi 158 di tahun 2001; dan di tahun 2002 meningkat hingga 164 stan. Bahkan. uPada Islamic Book Fair yang lalu, hampir semua target penerbit baik dalam jumlah pengunjung maupun jumlah omzet, tercapai semua," kata Abdul Hakim. Kepala Divisi Penerbitan dari penerbit Gema Insani.
Kalau mau iseng menghitung, sejak zaman kolonial Belanda, telah ada ribuan penerbit yang berkibar di dunia perbukuan Nusantara. Namun, tentu hanya sebagian kecil saja dari ribuan penerbit itu yang bisa berumur panjang. Sebab, berbisnis dengan buku tak jauh berbeda dengan berbisnis di bidang lain, ada pasang-surut dan risikonya. Dan di tingkat dunia, bisnis perbukuan di Indonesia memang belum bisa berbicara banyak. Event pameran buku yang rajin kita galakkan itu, harus kita akui masih bersifat B to C (business to consumer) Artinya, ajang pameran itu masih bersifat memasarkan buku (yang sudah tercetak) langsung kepada konsumen. Pameran buku kita merupakan ajang buat penerbit untuk menjual buku langsung kepada penggunanya atau pembacanya tanpa melalui toko buku atau penyalur lain. Ini amat berbeda dengan Frankfurt Book Fair misalnya, yang sudah masyhur sebagai ajang B to B (business to business) yang tujuan utamanya adalah menjual hak cipta atas suatu buku, alias benar-benar berdagang dengan buku.
Syahdan, seorang eksekutif dari sebuah perusahaan sepatu. dikirim bosnya ke wilayah yang jauh dan diminta untuk menjajaki kemungkinan memasarkan produk sepatu mereka di ranah yang selama ini belum mereka jangkau. Sang eksekutif pulang dengan laporan yang membuat kecut. Katanya, sepatu mereka tak perlu dipasarkan sampai ke sana karena penduduk wilayah yang dikunjuninya lebih suka bertelanjang kaki ke mana-mana.
Tak puas dengan laporan itu. sang bos mengirim utusan kedua ke tempat yang sama. Eksekutif ini kembali dengan laporan: Yakin kita harus menjual sepatu kita ke sana. Soalnya, penduduk di sana cukup padat. artinya pangsa pasar kita akan besar. Dan kedua. yang lebih penting mereka belum pada pakai sepatu! Bukankah itu suatu peluang emas?
Nah. jika Anda memiliki optimisme seperti pemasar kedua. Anda bisa menganggap semua rintangan dalam bisnis penerbitan ini-minat baca yang rendah. keberaksaraan kita yang menyedihkan. serbuan audio-video yang gencar, pajak yang mengganjal-sebagai sekadar peluang belaka.
Jika penerbit atau penulis tak kunjung mengganggap ratusan juta penduduk Indonesia yang belum mau rajin membaca buku ini sebagai peluang pangsa pasar, akan seperti apa jadinya nasib perbukuan kita?
Di Indonesia, jumlah orang yang melek huruf terus meningkat. spanduk bernada "desa kami telah bebas buta aksara" terus bertambah dari desa ke desa. Namun. jumlah yang bisa membaca tapi tak senang membaca juga terus meningkat.
Nah. jika Anda tertantang untuk menulis sesuatu yang akan membuat bangsa ini senang membaca. Anda harus ikut menerbitkan karya Anda. Berikut sekadar tip untuk membuat buku Anda beredar.

v Setelan Selesai Dengan Naskah Anda...
S PAHAMI dulu. bahwa tiap buku yang beredar punya peringkat tertentu di mata penerbitnya. Ada buku yang laris (best seller yakni yang terjual cepat dalam kuantitas yang cukup). ada yang agak laris. ada yang tidak laku. Anda harus jeli mengamati buku apa yang paling banyak digemari.
S SEBAGAI catatan. sehabis dilanda krisis moneter tahun 1998. orang tergi-lagila dengan pelbagai panduan praktis untuk mengatasi persoalan hidup dan terutama ekonomi. Maka menjamur dan larislah buku yang berifat how to dan self help. Di zaman yang serba bergegas ini orang gemar dengan sesuatu yang instan. termasuk buku yang memberi petunjuk yang bisa langsung dipraktikkan.
S BAWA naskah Anda ke penerbit yang kecil dulu, apalagi kalau Anda belum punya nama sebagai penulis. Kelak jika buku Anda sudah terbit dan laris, penerbit lain akan menawari Anda untuk membuat buku laris lainnya. Saat itulah Anda bisa lebih banyak bicara dengan penerbit besar.
S ALASKAN tema tulisan atau bidang kajian (politik. Ekonomi,sosial, fikih, ibadah, akidah, dakwah, manajemen, parenting wanita, keluarga). Sesuaikan tema itu dengan visi dan misi penerbitnya.
S CANTUMKAN data lenkap Anda (alamat, nomor telepon, biografi ringkas serta daftar karya Anda yang pernah diterbitkan kalau ada).
S ALASKAN selling point naskah Anda. Apa bedanya naskah Anda dengan buku lain.
S BAGAIMANAPUN yang paling berkuasa menentukan buku Anda layak diterbitkan atau tidak adalah penerbit. Jadi. Anda harus bisa meyakinkan mereka dan sebisa mungkin memenuhi selera mereka.
S BIASANYA Anda akan mendapat royalti sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga jual dan diskon langsung dari penerbitnya jika Anda membeli sejumlah tertentu buku Anda sendiri secara tunai.
S SEBAGAI penulis. Anda juga berhak mendapat informasi mengenai jumlah cetakan, jumlah penjualan, jumlah stok fisik di gudang, harga jual, rencana cetak ulang, dan sebagainya. Hak itu akan diatur terinci dalam kontrak penerbitan.
S Kalau Anda sudah lelah ditolak penerbit. atau tak rela idealisme Anda dicegat penerbit. Anda bisa menjadi penerbit independen, penerbit swakelola. Artinya, selain menjadi penulis. Anda juga menjadi penjualnya. Begini:
S ANDA akan menanggung semua biaya (dan kelak menangguk semua untung-ruginya).
S SETELAH naskah selesai, hubungi percetakan di sekitar Anda yang berkinerja baik, tentu saja, negosiasikan biaya cetaknya.
S HARGA buku. Anda yang menentukan. Ini asyiknya.
S UNTUK memasarkan karya Anda, hubungi saja toko-toko buku dan bernegosiasilah dengan mereka dalam menentukan harga jual kepada konsumen.
S DENGAN cara ini, pendapatan Anda biasanya akan lebih besar ketimbang penulis lain yang mendapatkan penhasilan dari royalti yang mereka terima dari penerbit konvensional-kalau buku Anda laris, tentu saja.
Selamat berjuang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar