Bila Anak Susah Tidur
Kebiasaan buruk anak biasanya muncul bila anak kehilangan rcrsa percaya diri, rasa aman, atau kasih sayang orang tua.
Pasangan muda Sutana - Iriyanti cukup dibuat pusing oleh putri mereka, Iin (4,5). Keluarga bahagia ini bukannya khawatir Iin bermasalah di sekolah. Bahkan in cukup cerdas dibandingkan dengan teman sebayanya. Tapi, kalau putri mungilnya ini mau tidur, pasti terjadi keributan kecil. Pasalnya, Iin punya kebiasaan yang mereka anggap buruk. Kalau hendak tidur, ia harus selalu menciumi atau paling tidak memegang selimut dekilnya. Jika dilarang Iin terus rewel. Karena sudah seharian ditinggal bekerja, rasa iba mereka pun muncul. Lagi pula Sutana - Iriyanti sudah terlalu capek untuk mengalihkan perhatiannya ke hal-hal lainnya. Kejadian ini terus berlanjut menjadi kebiasaan. Sehari saja selimut tak ada di sampingnya, ada saja alasan untuk rewel atau menangis.
Kelakuan "buruk" macam itu tak cuma menimpa Iin. Banyak anak balita lain yang memiliki kebiasaan serupa. Cindy tak mau tidur tanpa boneka panda di pelukannya, Tesi masih saja ngompol meski usianya sudah menginjak 5 tahun. Tole masih menyusu pada usia sapih. Orang tua tentu khawatir jangan-jangan kebiasaan itu berlanjut hingga masa-masa selanjutnya.
v Ungkapan sayang yang kongkret
Kriteria "baik atau buruk" nya kebiasaan anak harus dilihat dari segi usia, jenis tingkah laku, sejak kapan kebiasaan itu muncul; dan masalah yang di hadapi si anak. Usia anak harus dipakai antuk menilai wajar-tidaknya suatu tingkah laku. Sebab, setia.p tingkatan usia ditandai dengan perilaku berbeda. Dalam psikologi perkembangan, usia anak dibagi atas beberapa tahap, yakni usia bayi (0 – 2 tahun), prasekolah (2 - 6 tahun), dan sekolah (6 tahun ke atas).
Jenis tingkah laku yang boleh disebut wajar untuk anak prasekolah antara lain ngompol, tempertantrum (menangis sampai meronta-ronta ketika ingin sesuatu), dan tidur dengan memegang sesuatu macam boneka, selimut, atau benda-benda tertentu. Pada masa prasekolah seorang anak biasanya juga memiliki teman khayal. Pada saat-saat tertentu dia akan mengajak bermain si teman khayal seolah-olah sedang berada di dekatnya.
Kebiasaan yang dimiliki seorang anak dikatakan wajar bila sesuai dengan usianya. Namun, meski wajar, orang tua diminta tetap waspada atau hati-hati agar kebiasaan tersebut jangan sampai berlanjut. Apalagi kalau tingkah laku itu sedikit aneh atau sampai menggangu fungsi fisik, sosial, atau fungsi lainnya. Misalnya kalau ada anak suka mencabuti rambutnya, sehingga kepalanya terancam kebotakan. Hal macam itu perlu ditangani secara khusus dan sudah dianggap tidak wajar. Apa jadinya kalau perilaku itu didiamkan, bahkan berlanjut pada tingkatan usia berikutnya.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar