Kamis, 26 November 2009

Ragam Komplikasi Diabetes

Ragam Komplikasi Diabetes


Dunia kedokteran Selan­dia Baru baru-baru ini memperkenalkan pengobatan diabetes dengan pen­cangkokan insulin dari sel he­wan. Bisa jadi Prof. Bob Elliot dari Fakultas Kedokteran Universitas Auckland merupakan orang pertama yang melaku­kan cara itu.
Sel berasal dari hewan babi ini ditandai dengan titik-­titik di sekitar kelenjar pencer­na utamanya yakni pankreas. Dengan bahan seperti gel un­tuk mencegah kerusakan, ini disuntikkan ke dalam rongga perut manusia yang ha­nya berlangsung 5 me­nit.
Satwa tersebut ter­pilih sebagai donor ka­rena setelah penelitian­nya sejak 10 tahun lalu Elliot berpendapat, donor ini dinilai paling hersaha­bat bagi tubuh manu­sia. Namun diharapkan nantinya tidak hanya ba­bi, tapi juga sapi yang bisa diambil selnya untuk peng­obatan kencing manis. Pengobatan ini diharapkan akan membantu jutaan penderita diabetes berat di dunia yang selalu membutuhkan in­sulin. Sel-sel ini akan memproduksi sekitar seperempat insulin dari yang dibutuhkan pasien, paling tidak 7 bulan setelah menerima pencangkok­an sel.
Sampai sekarang untuk menanggulangi kekurangan insulin, cara yang masih di­lakukan yakni dengan me­nambah insulin dari luar. Pa­dahal berbagai insulin simetis yang selama ini digunakan dinilai para ahli di Inggris ti­dak selalu menjamin keaman­an. Apalagi tahun 1994 lalu di negeri itu ditemukan seorang gadis kecil berusia 8 tahun meninggal dalam tidur­nya karena mengalami penu­nrunan kadar gula (hipoglike­mik) secara drastis sehabis mendapatkan terapi insulin sintetis keluaran baru. Rupa­nya, insulin buatan ini terlalu cepat menguras habis gula dalam darah sehingga pen­derita mengalami koma akibat kehabisan zat gula.
Diakui, sejak ditemu­kan insulin (obat yang dibuat dari hormon insulin alami) pada 1921 oleh Frederick Banting dkk. dari Kanada, angka kematian, keguguran pada ibu penderita diabetes, serta komplikasi akibat diabetes, memang menurun. Menyusul kemudian tahun 1954 Franke dan Fuchs mene­mukan tablet OHO (obat hi­poglikernik oral) untuk menanggulangi diabetes.
Meski demikian, menurut laporan terakhir WHO, di du­nia kini terdapat sekitar 120 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan naik men­jadi 250 juta pada tahun 2025. Kenaikan ini an­tara lain karena usia harapan hidup sema­kin meningkat, diet ku­rang sehat, kegemuk­an, serta gaya hidup modern.
Di Indonesia, menu­rut survai 1993, prevalensi penyakit diabetes di kota-kota besar: 6 - 20 tahun 0,26%, usia di atas 20 tahun 1,43%, dan usia di atas 40 tahun 4,16%. Sedangkan di pede­saan, usia di atas 20 tahun 1,47%. Diperki­rakan jumlah seluruh penderita diabetes di Indonesia sekitar 2,5 juta orang.Sepintas, penyakit ini tidak terlalu men­colok gejala maupun pende­ritaannya. Tapi, menurut dr. David Handoyo Mulyani DSPD dari Klinik Medis Raden Sa­leh, Jakarta, kalau tidak hati­-hati (sehingga kadar gula ja­di terIalu tinggi, hiperglike­mia; atau terlalu rendah, hipoglikemia) akan menimbul­kan komplikasi yang berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar