Jumat, 15 Januari 2010

MENGAJAK KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN

MENGAJAK KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN


Keduanya merupakan tiang pokok yang menjadi tumpuan tegaknya kepentingan masyarakat yang baik, dan merupakan ciri dari masyarakat Islam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk ma-nusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).
Jika kita meninggalkan tugas mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran maka rusaklah masyarakat, hancurlah akhlak dan menjadi buruklah pergaulan sosial.
Upaya mengajak kepada kebaikan dan mencegah ke-mungkaran tidak merupakan kewajiban individu tertentu saja, tetapi merupakan kewajiban setiap muslim, laki-laki atau perempuan, alim atau awam sesuai dengan kemampuan dan ilmunya. Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
(( مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَالِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ ))
“Barangsiapa melihat kemungkaran maka ubahlah ia dengan tangannya, jika tidak mungkin maka dengan lisannya, jika tidak mungkin maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).

MACAM-MACAM AJAKAN KEPADA KEBAIKAN
1. Khutbah pada hari Jum’at dan dua Hari Raya, di mana Khatib menjelaskan macam-macam kemungkaran.
2. Ceramah dan artikel di majalah atau surat kabar yang menjelaskan penyakit-penyakit masyarakat dan memberi-kan obat yang tepat untuk penyembuhan.
3. Buku, di mana penulisnya memamparkan hal-hal yang hendak dijelaskan kepada masyarakat tentang ide-ide untuk memperbaiki masyarakat.
4. Peringatan pada majlis taklim di mana salah seorang yang hadir umpamanya berbicara tentang bahaya rokok terhadap akal fikiran maupun keuangan.
5. Nasihat yang dilakukan seorang saudara terhadap saudara seagamanya secara diam-diam, seperti nasihat untuk me-nanggalkan cincin emas pada tangan seseorang laki-laki atau memperingatkan untuk tidak meninggalkan shalat.
6. Surat, ia merupakan sarana yang paling efektif, karena dengan surat setiap orang dapat membaca beberapa hal tentang shalat, jihad, zakat, dan dosa-dosa besar umpa-manya.

SYARAT-SYARAT PENYERU KEBAIKAN
1. Perintah dan larangannya diberikan secara halus dan lemah lembut sehingga diterima oleh jiwa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Musa dan Harun:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun sesungguhnya ia telah melampaui batas, maka berkatalah kamu berdua kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha: 43-44).
Jika anda melihat orang yang mancaci-maki atau kafir maka nasihatilah dengan lemah lembut dan mintalah ia memohon perlindungan Allah dari godaan setan yang menjadi penyebab caci maki tersebut. Sesungguhnya Allah telah menciptakan kita dan memberi nikmat kepada kita dengan nikmat yang banyak yang perlu disyukuri. Sedangkan keka-firan itu tidak memberi manfaat bahkan menjadi penyebab kesengsaraan dunia dan adzab akhirat. Lalu mintalah agar dia bertaubat dan beristighfar.
2. Harus mengetahui yang halal dan yang haram sehingga seruannya dapat bermanfaat dan tidak memberi akibat negatif dengan kebodohannya.
3. Penyeru wajib melaksanakan apa yang diperintahkan-nya dan menjauhi apa yang dilarangnya sehingga faedahnya lebih sempurna dan bermanfaat. Allah berfirman kepada yang menyeru kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya:
“Apakah kamu menyeru manusia untuk berbuat baik dan kamu melupakan dirimu sendiri, sedangkan kamu mem-baca Al-Kitab (Al-Qur’an), apakah kamu tidak berfikir?” (Al-Baqarah: 44).
Dan orang yang berdosa hendaknya waspada terhadap dosa yang pernah dilakukannya sambil mengakui kesalahan-nya.
4. Agar kita ikhlas dalam bekerja, juga berdo’a agar orang-orang yang berselisih dengan kita diberi petunjuk dan dimaafkan oleh Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, ‘Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan memmbinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras? Mereka menjawab, ‘Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa…” (Al-A’raf: 164).
5. Penyeru hendaknya berani, tidak takut pada celaan dan hinaan orang tapi hanya takut kepada Allah dan sabar terhadap segala cobaan yang menimpanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar